Skip to main content

IBADAH YANG MERUNTUHKAN SEGALA YANG INDAH

IBADAH YANG MERUNTUHKAN SEGALA YANG INDAH


Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Sehari setelah benteng Konstantinopel berhasil dibuka, sultan Muhammad al Fatih rahimahullah pergi mendatangi gurunya di kemahnya. Ketika ia datang, sang guru sedang berbaring dan sama sekali tidak beranjak dari posisinya.
Al Fatih mendekat lalu mencium tangan syaikh Aq Syamsuddin rahimahullah. Setelah dipersilahkan duduk, ia pun berkata, "Wahai guru, saya ada beberapa keperluan dengan dirimu."

Syaikh bertanya, "keperluan apa itu ?"
Al Fatih berkata, "Aku ingin ikut berkhalwat (menyendiri) dalam ibadah bersamamu."

Mendengar permintaan al Fatih tersebut, syaikh Aq Syamsuddin langsung menolaknya. Meski berkali- kali ia memohon namun jawaban gurunya tetap sama" tidak".

Sampai ia mendesak lagi untuk kesekian kali dengan nada yang sudah meninggi : "Sungguh aku mendengar ada orang Turki datang kepadamu, dengan satu kata saja, engkau langsung mengizinkannya membersamaimu dalam ibadah, lalu engkau perlakukan aku seperti ini !?"
Akhirnya sang guru menjelaskan dengan bijak alasan ia menolak al Fatih : "Wahai anakku, jika engkau sudah merasakan lezatnya menyendiri dalam ibadah, niscaya itu akan meruntuhkan kenikmatan lainnya termasuk nikmat engkau diberi amanah untuk mengurus negara ini.

Jika sampai begitu, ini tentu akan menyebabkan urusan pemerintahan menjadi kacau. Engkau akan sibuk dengan dirimu sendiri, lalu menelantarkan rakyatmu. Dan Allah akan murka kepadamu meskipun nampaknya engkau sedang khusyu' di tempat ibadah.

Karena itu sudah benar, engkau harus mengurus negara sebagai bagian dari ibadah terbesarmu juga..."
Akhirnya al Fatih bisa mengerti alasan gurunya mengapa ia ditolak untuk ikut berkhalwat bersamanya. Lalu ia berpamitan dan beranjak pergi.
Subhanallah. Pelajaran yang sangat agung untuk kita yang sering terlena oleh dunia. Kenikmatan menjadi Sultan yang shalih saja bisa runtuh di hadapan indah dan nikmatnya ibadah berdua-duaan dengan Allah, lalu bagaimana lagi dengan kenikmatan sekedar jadi pejabat setingkat bupati, camat, atau pak lurah ?
Itulah mengapa al imam Fudhail bin Iyadh pernah berkata :

لو يعلم الملوك وأبناء الملوك ما نحن فيه لجلدونا عليه باالسّيوف

"Seandainya raja-raja dunia mengetahui kenikmatan ibadah yang kami rasakan, maka mereka akan mengacungkan pedang-pedang mereka untuk merebutnya dari kami."

semoga bermanfaat 

📜فاتح القسطنطنية السلطان محمد الفاتح ص ١١٧-١١٨، تفسير لابن رجب الحنبلي (٢/١٣٤)

Comments