Not many people know that the Black Stone was stolen and disappeared for 22 years

Not many people know that the Black Stone was stolen and disappeared for 22 years
Black Stone at the corner of the Kaaba at the Grand Mosque

Mecca – The Black Stone is a black stone located in the eastern corner of the Kaaba in the Grand Mosque in Mecca, Saudi Arabia. 

The Hadith of the Prophet narrated by At-Tirmidhi states that the Black Stone is a stone from the rocks of heaven. This stone was deliberately brought by the Angel Gabriel from heaven and given to the Prophet Ibrahim who was carrying out the construction of the Kaaba on Allah's orders. 

According to Islamic tradition, the Black Stone was originally a white stone that shone brightly. However, due to human sins, the stone began to fade and turn black. 
Grand Mosque, Mecca, Saudi Arabia Photo : Reasahalharmain

When Prophet Ibrahim AS and his son, Prophet Ismail AS were building the Kaaba on Allah's orders, the angel Gabriel gave them the Black Stone as a guide to mark the first place in the construction of the Kaaba. 

For hundreds of years, the Black Stone has been a symbol of Muslim unity during the Hajj pilgrimage. Every year, millions of Hajj pilgrims from all over the world try to touch or kiss the stone as they perform tawaf, which involves circling the Kaaba seven times. 
However, not many people know that the Black Stone was once stolen and lost for 22 years, you know! 
The theft of the Black Stone occurred with bloodshed. 

In 930 AD, the Black Stone was stolen by a Qarmatian leader named Abu Tahir al-Qarmati. This theft shocked Muslims and caused great concern throughout the Muslim world. 

Not only was the Black Stone lost, along with this event, there was also a mass massacre of Hajj pilgrims and the population of Mecca in general. This cruel event was also carried out by the Qarmatian group. 
This was narrated by Ibnu Kathir in Al-Bidâyah wan Nihâyah. Here's the story:

Once upon a time during the Hajj season in 317 H/886 AD, a group of robbers came to Mecca to cause trouble. 
They are a Qarmatian group (including Shia Ismailiyah) under the leadership of Abu Thahir Sulaiman bin Abu Said al-Husain al-Janabi. 

Their existence is very feared. 
Just hearing his name, the people of Mecca immediately protected themselves. Coincidentally, the Hajj pilgrims from Iraq under the leadership of Manshur ad-Dailami who were going to Mecca this year were their targets. 

Exactly on the day of Tarwiyah (8 Dzulhijjah), the Qarmatians confiscated all the congregation's property, and did not even hesitate to massacre any congregation they encountered. 

Many worshipers were killed. Their bodies were then thrown into the Zam-Zam well, some were also buried in the Haram land and the location of the Grand Mosque, without being washed, shrouded or offered prayers. "I can't believe it, in the glorified month of Dzulhijjah (including Ashhurul Hurum), in the holy land of Mecca, even near the Kaaba, Qarmatians did all this as if they felt innocent," wrote Ibnu Katsir in Al-Bidâyah wan Nihâyah. 

The Black Stone then disappeared and was kept in an unknown place for 22 years. 
In 952 AD, after diplomatic negotiations between the Qarmatians and the Abbasid government, the Black Stone was finally returned to Mecca. 
Hajar Aswad Photo : Islamic landmarks

This was welcomed with great joy by Muslims all over the world. The black stone was then reinstalled in the eastern corner of the Kaaba and again became the center of worship for Muslims performing the Hajj. 
The Black Stone has great spiritual and historical significance for Muslims. For Muslims, this stone is not just a stone, but also a symbol of Muslim unity, religious history, and devotion to Allah SWT. 

Every year, millions of Muslims come to Mecca to experience an unforgettable spiritual moment by touching or kissing the Black Stone as part of their pilgrimage. 


Tak Banyak yang Tahu, Hajar Aswad Pernah Dicuri dan Hilang Selama 22 Tahun
Hajar Aswad di sudut Kabah Masjidil Haram

Mekkah – Hajar Aswad adalah sebuah batu hitam yang terletak di sudut timur Kabah di Masjidil Haram di Mekkah, Arab Saudi. 

Hadis Rasulullah yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi menyatakan bahwa Hajar Aswad adalah batu dari batu-batuan surga. Batu ini sengaja dibawa oleh Malaikat Jibril dari surga dan diberikan kepada Nabi Ibrahim yang sedang menjalankan pembangunan Ka'bah atas perintah Allah.

Menurut tradisi Islam, Hajar Aswad awalnya adalah sebuah batu putih yang bersinar terang. Namun, karena dosa-dosa manusia, batu tersebut mulai memudar dan berubah menjadi hitam. 
Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi Photo : Reasahalharamain

Ketika Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS sedang membangun Kabah atas perintah Allah, malaikat Jibril memberikan Hajar Aswad kepada mereka sebagai panduan untuk menandai tempat pertama dalam pembangunan Kabah.

Selama ratusan tahun, Hajar Aswad menjadi salah satu simbol kesatuan umat Islam dalam ibadah haji. Setiap tahun, jutaan jamaah haji dari seluruh dunia berusaha menyentuh atau mencium batu tersebut saat mereka melakukan tawaf, yaitu mengelilingi Kabah sebanyak tujuh kali.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa Hajar Aswad pernah dicuri dan hilang selama 22 tahun, lho! 

Pencurian Hajar Aswad pun terjadi dengan pertumpahan darah. 
Pada tahun 930 M, Hajar Aswad dicuri oleh seorang pemimpin Qarmatian bernama Abu Tahir al-Qarmati. Pencurian ini mengejutkan umat Islam dan menyebabkan kekhawatiran besar di seluruh dunia Muslim. 

Tak saja kehilangan Hajar Aswad, bersamaan dengan peristiwa tersebut, terjadi pula pembantaian massal jemaah haji dan penduduk Mekah secara umum. Peristiwa kejam itu juga dilakukan oleh kelompok Qarmatian.
Hal ini diceriatakn oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidâyah wan Nihâyah. Berikut ini kisahnya:

Sekali waktu di musim haji tahun 317 H/886 M, segerombolan perampok datang ke Makkah untuk berbuat onar. 
Mereka merupakan kelompok Qarmatian (termasuk Syiah Ismailiyah) di bawah pimpinan Abu Thahir Sulaiman bin Abu Said al-Husain al-Janabi.

Keberadaan mereka sangat ditakuti. 
Mendengar namanya saja, orang-orang Mekkah segera mengamankan diri masing-masing. Kebetulan, jemaah haji dari Irak di bawah pimpinan Manshur ad-Dailami yang pada tahun ini ke Mekkah menjadi sasaran mereka.
Tepat pada hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah), orang-orang Qarmatian merampas seluruh harta jamaah, bahkan tak segan membantai siapa saja jamaah yang mereka temui. 

Banyak jamaah yang terbunuh. Mayat-mayat mereka kemudian dibuang ke sumur Zam-Zam, ada juga yang dikubur di tanah Haram dan lokasi Masjidil Haram, tanpa dimandikan, dikafani, ataupun disholati. “Tidak habis pikir, di bulan Dzulhijjah yang dimuliakan (termasuk asyhurul hurum), di tanah suci Mekkah, bahkan di dekat Kabah, Qarmatian melakukan semua itu seolah merasa tak berdosa,” tulis Ibnu Katsir dalam Al-Bidâyah wan Nihâyah. 

Hajar Aswad pun kemudian hilang dan disimpan di tempat yang tidak diketahui selama 22 tahun.
Pada tahun 952 M, setelah perundingan diplomatik antara pihak Qarmatian dan pemerintah Abbasid, Hajar Aswad akhirnya dikembalikan ke Mekkah. 
Hajar Aswad Photo : Islamic landmarks

Hal ini disambut dengan sukacita besar oleh umat Islam di seluruh dunia. Batu hitam itu kemudian dipasang kembali di sudut timur Ka'bah dan kembali menjadi pusat ibadah bagi umat Islam yang melakukan ibadah haji.

Hajar Aswad memiliki makna spiritual dan sejarah yang besar bagi umat Islam. Bagi umat Islam, batu ini bukan hanya sebuah batu, tetapi juga merupakan simbol kesatuan umat Islam, sejarah agama, dan pengabdian kepada Allah SWT. 

Setiap tahun, jutaan umat Islam datang ke Mekkah untuk mengalami momen spiritual yang tak terlupakan dengan menyentuh atau mencium Hajar Aswad sebagai bagian dari ibadah haji mereka.

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post