Skip to main content

Revealed, This is the Reason China Has Difficulty Making Sophisticated Chips

Revealed, This is the Reason China Has Difficulty Making Sophisticated Chips


Revealed, This is the Reason China Has Difficulty Making Sophisticated Chips. Photo: Shutterstock

Jakarta -
The appearance of the Huawei Mate 60 Pro with a domestically produced 7nm chip is a signal of progress in China's chip production. However, China is still far behind in making progress at the next level. 

This is because the lithography machines owned by China are old machines that are not yet capable of producing chips with smaller fabrications, as reported by detikINET from the South China Morning Post. 
The main problem for China is the restriction on Chinese ownership of advanced lithography machines equipped with Extreme Ultraviolet (EUV) technology. This machine is the main tool for making chips with smaller and more sophisticated fabrication. 

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

This has been in effect since 2019 when the US imposed restrictions on exports of advanced technology to China. Therefore, making chips with 7nm fabrication from a domestic manufacturer in China, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC), is a step that is seen as China's progress in building a chip ecosystem. 

America responded to China's ability to produce the 7nm chip by investigating the chip. US Commerce Secretary Gina Raimondo also said that they had found no evidence that China was capable of producing such chips on a large scale. 

"There is no evidence that China is producing 7nm chips on a large scale, China's breakthrough may not lead to mass production," he said. 
Currently, the capability to produce more sophisticated chips is only owned by one company, namely Advanced Semiconductor Materials Lithography (ASML), which is a company from the Netherlands. 
ASML has become the largest supplier to the semiconductor industry in the world. Apart from that, ASML is also the only manufacturer of lithography machines equipped with EUV. This machine is the main tool for making chips with smaller and more sophisticated fabrication. 

Responding to Lithography Machine Limitations

To respond to restrictions on access to lithography machines by the US, China needs to develop its domestic company Shanghai Micro Electronics Equipment Group (SMEE) to have more advanced chip production capabilities. 
This was stated by China Business and Economic Observer from CSIS, Paul Triolo. He explained that China needs to provide various breakthroughs through SMEE such as advanced optics and system integration. 

He has also seen China's efforts in developing more independent technology, especially in chip production. 
"There is a major effort underway in China in the research and development phase to develop a series of critical technologies for EUV lithography, but it will still be four to five years before a commercially viable system can be produced based solely onChinese suppliers," Triolo said. 
*This article was written by Argya D. Maheswara, a participant in the Merdeka Campus Certified Internship Program at detikcom. 




Terkuak, Ini Alasan China Kesulitan Bikin Chip Canggih


Terkuak, Ini Alasan China Kesulitan Bikin Chip Canggih. Foto: Shutterstock

Jakarta -
Kemunculan Huawei Mate 60 Pro dengan chip yang memiliki fabrikasi 7nm produksi dalam negeri menjadi sinyal kemajuan produksi chip China. Namun, China masih tertinggal jauh untuk menciptakan kemajuan di level berikutnya.

Hal ini diakibatkan karena mesin litografi yang dimiliki China merupakan mesin lama yang belum mampu memproduksi chip dengan fabrikasi yang lebih kecil seperti dilansir detikINET dari South China Morning Post.
Masalah utama bagi China adalah adanya pembatasan kepemilikan China atas mesin litografi canggih yang dibekali teknologi Extreme Ultraviolet (EUV). Mesin inilah yang menjadi alat utama untuk membuat chip dengan fabrikasi yang lebih kecil dan canggih.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal ini sudah berlaku sejak 2019 ketika AS memberlakukan pembatasan ekspor teknologi canggih ke China. Maka dari itu, pembuatan chip dengan fabrikasi 7nm asal pabrikan dalam negeri China, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) menjadi langkah yang dipandang sebagai kemajuan China dalam membangun ekosistem chip.

Amerika merespons kemampuan China atas produksi chip 7nm tersebut dengan menginvestigasi chip tersebut. Sekretaris Perdagangan AS, Gina Raimondo juga mengatakan bahwa mereka tidak menemukan bukti bahwa China mampu memproduksi chip tersebut dalam skala besar.

"Tidak ada bukti bahwa China memproduksi chip 7nm dalam skala besar, terobosan China tersebut mungkin tidak mengarah pada produksi massal," ungkapnya.
Saat ini, kemampuan produksi chip yang lebih canggih hanya dimiliki oleh satu perusahaan yaitu Advanced Semiconductor Materials Lithography (ASML) yang merupakan perusahaan asal Belanda.
ASML telah menjadi pemasok terbesar bagi industri semikonduktor di dunia. Selain itu, ASML juga merupakan satu-satunya produsen mesin litografi yang dibekali EUV. Mesin inilah yang menjadi alat utama untuk membuat chip dengan fabrikasi yang lebih kecil dan canggih.

Merespons Pembatasan Mesin Litografi

Untuk merespon pembatasan akses terhadap mesin litografi yang dilakukan oleh AS, China perlu mengembangkan perusahaan dalam negeri mereka Shanghai Micro Electronics Equipment Group (SMEE) agar memiliki kemampuan produksi chip yang lebih canggih.
Hal ini diutarakan oleh Pengamat Bisnis dan Ekonomi China dari CSIS, Paul Triolo. Ia menerangkan bahwa China perlu memberi berbagai terobosan melalui SMEE seperti optik canggih dan integrasi sistem.

Ia juga sudah melihat upaya China dalam pengembangan teknologi yang lebih mandiri terutama dalam produksi chip.
"Ada upaya besar yang sedang dilakukan di China dalam fase riset dan pengembangan untuk mengembangkan serangkaian teknologi penting untuk litografi EUV, namun upaya itu masih membutuhkan empat hingga lima tahun sebelum sistem yang dibangun layak secara komersial dapat diproduksi hanya berdasarkan pemasok China," kata Triolo.
*Artikel ini ditulis oleh Argya D. Maheswara, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

Comments