GOLD ADVICE THAT WAS THOUGHT HADITS
By: Ahmad Syahrin Thoriq
Maybe we have heard not just once but many times a beautiful phrase or advice that reads like the following:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ.، ومن أرادهما معاً فعليه بالعلم
"Whoever wants (happiness) in this world should seek it with knowledge, whoever wants (happiness) in the hereafter should seek it with knowledge, and whoever wants (happiness) from both of them should seek it with knowledge."
Sangking very popular advice above, to the extent that many who attribute it as a hadith spoken by the Prophet sallallaahu'alaihi wassalam.
There is even an article that includes the history of Bukhari and Muslim. Subahanallah, even though let alone the history in the authentic book, not even one of the hadith books is a reference that includes it.
Then, if not the hadith, who owns the speech?
If we look at several sources of classical books, there are those who attribute this advice to Sayidina Ali bin Abi Talib, there are also those who state that this is the words of al Imam Sufyan ats Thauri and the most popular is the ratio to al Imam Syafi'i Rahimahullah.
1. Ali bin Abi Talib radhiyallahu'anhu
In the Multaqa Expert Archives of Hadith in volume 50 page 466 it is said that this is the saying of sayidina Ali bin Abi Talib.
2. Al Imam Sufyan ats Thauri Rahimahullah
Several books attribute this saying to the great scholars of this tabi'in generation. But the editorial is slightly different, namely:
God bless you
"Who wants the world and the hereafter then he should seek knowledge (religion)."
This advice was included by al imam Ibn Abdil Barr in his book Bahjatul Majalis page 273, also by Abul Ma'ali al Baghdadi in his book at Tadzkirah al Hamudiyah volume 1 page 114, and al imam Ibn Qayyim al Jauziyah in his book al Miftah darr as Sa' is volume 1 page 471.
3. Al Imam Shafi'i Rahimahullah
Most scholars state that the owner of the golden advice above is al imam ash Syafi'i Rahimahullah ta'ala. This was stated by al imam Baihaqi Rahimahullah in his book Manaqib asy Syafi'i in volume 2 page 239.
Then by al Imam Nawawi Rahimahullah in his book Majmu' Syarh al Muhadzdzab on the first volume page 20, he also included it in his book entitled Tahdzib al Asma wa al Lughat volume 1 page 54.
Then al Imam Ibnu Katsir Rahimahullah in his book Tabaqat Asy Syafi'iyyin page 33. Then Imam Syarbini Rahimahullah in his book Sirajul Munir volume 4 on page 231.
And there are many other scholars who say this is the saying of al Imam Syafi'i.
Khotimah
The advice above is essentially true and contains goodness. However, not all words that contain good and true meanings can immediately be declared as hadiths of the Prophet. Because, attaching something to him has serious consequences in religion. So we should be careful in this matter.
If you make a hoax against a state official, for example, to attribute a word to the president even though it's not true, that alone can have fatal consequences, then what if it was done to the Prophet sallallaahu'alaihi wassalam?
Mentioned in the hadith:
Amen وَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Surely lying on my behalf is not the same as lying to other than me. Whoever lies on my behalf intentionally, let him occupy his seat in hell." (Mutafaqun 'Alaih)
In another hadith:
فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ
"Whoever lies in my name, a house will be built for him in the hell of Jahannam." (Narrated by Thabrani)
Wallahu a'lam
NASEHAT EMAS YANG DIKIRA HADITS
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Mungkin kita pernah mendengar bukan hanya sekali tapi sudah berkali-kali ungkapan atau nasehat indah yang berbunyi seperti berikut ini :
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ.، ومن أرادهما معاً فعليه بالعلم
“Barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia hendaklah ia mencarinya dengan ilmu, barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat hendaklah ia cari dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan (kebahagiaan) dari keduanya hendaklah ia cari dengan ilmu.”
Sangking sangat populernya nasehat di atas, sampai banyak yang menisbahkan itu sebagai hadits yang diucapkan oleh Nabi shalallahu’alaihi wassalam.
Bahkan disebuah artikel ada yang mencantumkan riwayat Bukhari dan Muslim. Subahanallah, padahal jangankan riwayat dalam kitab shahih, bahkan tak ada satupun dari kitab-kitab hadits yang menjadi rujukan yang mencantumkannya.
Lalu, jika bukan hadits, siapa pemilik ucapan tersebut ?
Jika kita telisik di beberapa sumber kitab klasik, ada yang menisbahkan nasehat ini kepada sayidina Ali bin Abi Thalib, ada juga yang menyatakan ini perkataan al imam Sufyan ats Tsauri dan yang paling populer adalah nisbah kepada al imam Syafi’i rahimahullah.
1. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu
Dalam Arsip Multaqa Ahli Hadits di jilid ke 50 halaman 466 dikatakan bahwa ini adalah ucapan sayidina Ali bin Abi Thalib.
2. Al imam Sufyan ats Tsauri rahimahullah
Beberapa kitab menisbahkan ucapan itu kepada ulama besar generasi tabi’in ini. Namun redaksinya sedikit berbeda, yakni :
من أراد الدنيا والآخرة فعليه بطلب العلم
“Siapa yang menginginkan dunia dan akhirat maka hendaknya ia menuntut ilmu (agama).”
Nasehat ini dicantumkan oleh al imam Ibn Abdil Barr dalam kitabnya Bahjatul Majalis halaman 273, juga oleh Abul Ma’ali al Baghdadi dalam kitabnya at Tadzkirah al Hamudiyah jilid 1 halaman 114, dan al imam Ibnu Qayyim al Jauziyah dalam kitabnya al Miftah darr as Sa’adah jilid 1 halaman 471.
3. Al imam Syafi’i rahimahullah
Kebanyakan para ulama menyatakan bahwa empunya nasehat emas di atas adalah al imam asy Syafi’i rahimahullah ta’ala. Ini dinyatakan oleh al imam Baihaqi rahimahullah dalam kitabnya Manaqib asy Syafi’i pada jilid ke-2 halaman 239.
Lalu oleh al imam Nawawi rahimahullah dalam kitabnya Majmu’ Syarh al Muhadzdzab pada jilid pertama halaman ke-20, juga beliau cantumkan dalam kitabnya yang berjudul Tahdzib al Asma wa al Lughat jilid 1 halaman 54.
Lalu al imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam kitabnya Tabaqat Asy Syafi’iyyin halaman 33. Lalu imam Syarbini rahimahullah dalam kitabnya Sirajul Munir jilid 4 di halaman 231.
Dan masih banyak ulama lainnya yang menyatakan ini adalah ucapan al imam Syafi’i.
Khatimah
Nasehat di atas secara esensi benar dan isinya mengandung kebaikan. Namun, tidak semua perkataan yang kandungan maknanya baik dan benar, bisa serta merta dinyatakan sebagai hadits Nabi. Karena, menisbatkan sesuatu kepada beliau memiliki konsekuensi yang berat dalam agama. Maka hendaknya kita harus berhati-hati dalam hal ini.
Bila membuat hoax atas diri seorang pejabat negara, semisal menisbahkan sebuah perkataan kepada presiden padahal tidak benar, itu saja bisa berakibat fatal, lalu bagaimana jika itu dilakukan kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam ?
Disebutkan dalam hadits :
إِنَّ كَذِبًا عَلَىَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ ، مَنْ كَذَبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Sesungguhnya berdusta atas namaku tidaklah sama dengan berdusta pada selainku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka.” (Mutafaqun ‘Alaih)
Dalam hadits lain :
فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ
“Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan untuknya rumah di dalam neraka Jahannam.” (HR. Thabrani)
Wallahu a’lam