ENDS BEAUTIFULLY
The perfect distance is not a farewell, but when you miss it, the noise gets louder while the distance gets stranger.
How far have you left my silent point? Has it arrived at the most tenuous position, or is it still holding on to the most memorable attachment?
I can no longer guess at the signs, because the poems have been trapped in a vacuum, the buds of words no longer crack on their stalks.
Something is missing, the most flowery season that used to be an antidote to anger, we once bloomed to heal each other, but ended up withering in exchange of sorrow, like a flower that aborts itself and falls to the earth.
Time has stabbed all the beats of our love, until all that's left is a story without a soul, asking to be buried as a memory until it melts away.
Like a poet who calls for a broken heart, the most heartfelt poems are born from the womb of pain. It should be the same for us, similar to poetry; timeless, but ambiguous.
So, from wounds without anger, from the most magnificent apologies, I greet you with courage. Happy walking in the other direction, hopefully get well soon, we stop hurting each other.
AKHIRI DENGAN INDAH
Jauh yang sempurna bukanlah sebuah perpisahan, tapi ketika rindu semakin bising sementara jarak semakin asing.
Sudah sejauh mana kamu meninggalkan titik diamku? Apakah telah sampai pada letak paling renggang, atau masih bertahan pada lekat paling kenang?
Aku tak bisa lagi menerka pertanda, sebab sajak-sajak telah terjebak di ruang hampa, kuncup kata tak lagi rekah pada tangkainya.
Ada yang hilang, musim paling bunga yang sempat jadi penawar gusar, kita pernah mekar untuk saling menyembuhkan, tapi berujung layu menukar pilu, serupa kembang yang menggugurkan diri jatuh ke bumi.
Waktu telah menikam seluruh denyut cinta kita, hingga yang tersisa hanya sebongkah kisah tanpa nyawa, meminta dikubur menjadi kenangan hingga lebur.
Seperti penyair yang menagih patah hati, maka terlahirlah puisi-puisi paling hati yang lahir dari rahim nyeri. Selayaknya itu juga kita, serupa puisi; abadi, tapi ambigu.
Maka, dari luka tanpa amarah, dari maaf paling megah, kuucap salam sepenuh tabah. Selamat berjalan di lain arah, semoga lekas pulih hati, kita berhenti saling menyakiti.
Comments