Skip to main content

ULAMA DENGAN KARYA PALING SPEKTAKULER

ULAMA DENGAN KARYA PALING SPEKTAKULER


Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

1. Al imam Ibnu Jarir ath Thabari rahimahullah meski hidup di zaman yang sudah telat dari kelahiran madzhab-madzhab  fiqih, namun beliau adalah sedikit ulama yang bisa sampai ke level derajat mujtahid mutlak, sehingga kemudian mampu mendirikan madzhab sendiri yakni madzhab Jaririy.
Imam adz Dzahabi berkata tentangnya :
وكان من كبار أئمة الاجتهاد
“Beliau adalah temasuk dari pembesar ulama di level mujtahid.”[1]
Hanya saja sayangnya madzhab ini punah beserta sebagian besar karyanya yang tidak ditemukan.

2. Para ulama di zamannya dan juga zaman setelahnya sepakat atas keimamannya dalam berbagai disiplin ilmu. Baik dalam ilmu tafsir, fiqih, hadits, sejarah, bahasa dan ilmunya lainya.
Berkata al Qafthiy rahimahullah :
جامع العلوم لم يُرَ في فنونه مثله، وصنف التصانيف الكبار منها تفسير القرآن الذي لم يُرَ أكبر منه، ولا أكثر فوائد
“Dia telah menggabungkan dalam dirinya semua ilmu, yang tidak pernah ditemui orang yang menguasai berbagai cabang ilmu seperti dia. Ia telah menyusun karya-karya besar, diantaranya adalah tafsir al Qur’an yang tidak diketahui ada kitab tafsir yang sebesar itu kedudukannya dan tidak ada yang lebih banyak faedahnya.”[2]
Al imam Khathib al Baghdadi rahimahullah berkata tentangnya : “Beliau adalah salah satu ulamanya ulama, perkataannya bijaksana dan selalu dimintai pendapatnya karena pengetahuannya dan kemuliaannya. Beliau telah mengumpulkan ilmu-ilmu yang tidak penah ada seorangpun yang melakukannya semasa hidupnya.
Beliau adalah seorang Hafidz, pandai ilmu Qira’at, ilmu Ma’ani, dan sangat paham tehadap hukum-hukum Al Qur’an, tahu sunnah dan ilmu cabang-cabangnya, serta tahu mana yang shahih dan yang cacat, nasikh dan mansukhnya, perkataan shahabat dan tabi’in.
Beliau memiliki kitab yang masyhur tentang sejarah umat dan biografinya dan kitab tafsir yang belum pernah ada yang bisa mengarang semisalnya dan kitab yang bernama “Tahdzibul Atsar” yang belum pernah aku lihat semacamnya, namun belum sempurna ditulis...
Dalam semua bidang ilmu, Imam Thabari melahirkan karya bernilai tinggi yang mengungguli karya para penulis lain.”[3]
Imam Nawawi rahimahullah berkata :
أجمعت الأمة على أنه لم يصنف مثل الطبري
“Umat Islam telah bersepakat bahwa tidak ada seorang pun yang bisa menulis karya semisal imam Thabari.”[4]
Imam Suyuthi rahimahullah berkata :
الإمام أبو جعفر، رأس المفسرين على الإطلاق، أحد الائمة، جمع من العلوم ما لم يشاركه فيه أحد من أهل عصره،
“Imam Thabari adalah penghulunya ahli tafsir secara mutlak. Telah mengumpulkan ilmu dalam dirinya yang tidak ada yang seperti beliau di zamannya...”[5]

3. Beliau adalah ulama yang sangat produktif dalam menghasilkan karya. Bahkan konon kehidupannya yang membujang hingga wafat dikaitkan dengan kesibukannya dalam berdakwah, menulis dan melayani umat.
Beliau dalam kurun waktu 40 tahun menulis setiap harinya 40 lembar, sehingga dalam waktu ini saja ia melahirkan tulisan sejumlah 548.000 lembar atau 1.168.000 halaman !
Ini belum lagi ditambah dengan waktu-waktu yang lain yang ia menulis setiap harinya tidak sampai 40 lembar dalam sehari. Ibnu Katsir berkata :
وقد روي عنه أنه مكث أربعين سنة يكتب في كل يوم أربعين ورقة

“Telah diriwayatkan bahwa beliau pernah berdiam selama 40 tahun dan setiap harinya menulis 40 lembar.[6]
Syaikh Abdul Fattah Abu Ghudah berkata :
ابن جرير أعظم مؤلف في الإسلام كثرة تأليف وحسن تصنيف أحرز الإمام ‌ابن ‌جرير ‌الطبري قصب بالسبق في التصنيف في إتقان، مع عموم النفع
“Imam Ibnu Jarir Thabari adalah pengarang terbesar dalam Islam, sebab selain banyak karyanya, juga karena bagusnya susunan tulisannya. Beliau juga unggul dalam masalah ketelitian dan luasnya manfaat dari karya-karyanya.”[7]

4. Beliau adalah ulama yang sangat zuhud dan wara’. Berkata al imam Ibnu Katsir rahimahullah :
وكان من العبادة والزهادة والورع والقيام في الحق لا تأخذه في ذلك لومة لائم،... وكان من كبار الصالحين
“Beliau adalah ahli ibadah yang sangat zuhud, wara dan menegakkan kebenaran yang tak peduli celaan dari orang yang suka mencela... Beliau adalah termasuk dari pemukanya orang-orang shalih.”[8]
Syaikh Muhammad Zuhaili berkata :
وكان الطبري زاهدًا في الدنيا، غير مكترث بمتاعها ومفاتنها، وكان يكتفي بقليل القليل أثناء طلبه للعلم...ويمتنع عن قبول عطايا الملوك والحكام والأمراء
“Imam Thabari adalah orang yang zuhud terhadap dunia. Bersikap acuh tak acuh terhadap pesona dunia dan kesenangannya. Beliau selalu merasa cukup dengan yang sedikit sejak berstatus sebagai penuntut ilmu. Dan ia mencegah dirinya dari menerima pemberian daripara raja, penguasa ataupun pejabat.”[9]
Imam Thabari pernah menolak secara hadiah uang sebesar 1000 dinar (sekitar Rp3,9 miliar) dari seorang pejabat negara bernama Abbas bin Hasan atas bukunya yang ia tulis.
Di lain waktu, karena tulisannya yang sangat bermutu seorang pejabat memberikan kepadanya 3000 dinar (lebih dari Rp 11,7 miliar), beliaupun menolak dengan mengatakan, “Aku tidak bisa membalas hadiah sebesar itu dengan yang lebih baik.”[10]
Hal ini karena beliau memiliki kebiasaan membalas pemberian orang lain dengan sesuatu yang lebih baik lagi dari apa yang ia terima.

5. Imam Thabari sangat anti meminta-minta meski dalam kondisi terpaksa. Pernah semasa masih berstatus sebagai pelajar, ia tidak memiliki uang sepeserpun untuk memenuhi kebutuhannya.
Akhirnya ia memilih memotong kain lengan bajunya, lalu ia jual sekedar untuk bisa membeli makanan untuk mengganjal perutnya.[11]
Ia mengungkapkan diantara alasan mengapa sangat anti meminta kepada siapapun dalam bait syairnya yang indah :
إذا أعسرت لم يعلم رفيقي … وأستغني فيستغني صديقي حيائي حافظ لي ماء وجهي … ورفقي في مطالبتي رفيقي
ولو أني سمحت بماء وجهي … لكنت إلى العلى سهل الطريق

"Ketika aku kesulitan uang
Tidak satupun sahabatku yang tahu
Tapi ketika aku punya uang
Sahabatku ikut merasakan kesenanganku
Rasa malu menjaga air mukaku
Rasa enggan meminta adalah sifatku
Andai saja aku mau menahan sedikit rasa malu
Jalan menjadi kaya terlalu mudah bagiku."[12]

6. Beliau semasa hidupnya termasuk yang banyak menghadapi fitnah dan tuduhan palsu dari lawan-lawan atau dari orang-orang jahil. Sang imam pernah dituduh berpaham syiah, karena menshahihkan hadits Ghadir Khum.[13]
Juga pernah dicap sebagai pengikut paham ahlu dzahir. Beliau juga pernah mengalami pemboikotan oleh sebagian pengikut madzhab Hanabilah yang marah kepadanya.[14]
Disebutkan bahwa beliau pernah membantah sebagian pendapat Daud adz Dzahiri, lalu anaknya Daud, yakni yang bernama Abu Bakar bin Daud karena membela ayahnya kemudian membuat beberapa tuduhan kepada imam Thabari, dan ini yang mempengaruhi kalangan Hanabilah hingga mereka melarang orang-orang untuk hadir di majelisnya.[15]
Imam ibnu Khuzaimah berkata :
ما أعلم على أديم الأرض أعلم من ابن جرير، ولقد ظلمته الحنابلة
“Aku tidak mengetahui seseorang yang tinggal di bumi ini yang lebih berilmu dari Ibnu Jarir ath Thabari, dan sungguh telah mendzaliminya kalangan Hanabilah.”[16]

7. Ketika dalam kondisi sakit di hari kewafatannya. Orang-orang karena melihat kondisinya yang sudah payah menyarankan sang imam untuk menjama’ saja antara Dzuhur dengan Ashar. Namun ia menolak. Ia tetap mengerjakan shalat pada waktunya dengan raka’at yang panjang.
Syaikh Ahmad bin Muhammad al Adnahwi berkata :
واجتمع في جنازته خلق لا يحصون، وصلي على قبره عدة شهور، ورثاه خلق
“Dan berkumpul untuk mengiringi jenazahnya manusia dalam jumlah yang tidak bisa dihitung, orang-orang masih menyalatkan di kuburannya hingga waktu hampir satu bulan.”[17]

7. Meski memiliki segudang karya, imam Thabari tetap bukanlah ulama dengan kitab karangan terbanyak. Diduga masih ada para ulama lain yang mengungguli dari sisi jumlah banyaknya karya. Seperti Ibnu Aqil yang memiliki kitab al Funun yang jumlah jilidnya hingga 800 buah.
Ada Ibnu Abi Dunya yang memiliki tulisan hingga 1000 karya. Atau Ibnu Syahin yang konon punya kitab 330 judul ditambah kitab tafsir 1000 jilid dan kitab hadits 1.500 jilid.[18]
Namun keunggulan beliau yang tidak dimiliki oleh penulis lain adalah, beliau menghimpun banyak hal yang tidak dimiliki oleh penulis lain. Pertama karya-karyanya selain sangat banyak dan masih digunakan hingga hari ini, juga beliau unggul dalam sistematika penulisan yang lebih rapi.
Karyanya juga meliputi berbagai disiplin ilmu dan yang paling luas penggunaannya di tengah-tengah umat karena isinya sangat bermutu.
Syaikh Abdul Fatah Abu Ghudah berkata :
فلم يكن أحد من المتقدمين يبلغ مداه في الكثرة مع الإتقان وعموم النفع لوقتنا هذا، فلم يتفق هذا لغيره فيما أظن، فيصح أن يقال: إنه أعظم مؤلف في الإسلام

“Belum pernah ada ulama terdahulu yang karyanya sebanyak dan sesempurna karya-karya beliau sekaligus yang paling luas manfaatnya hingga generasi kita hari ini. Menurut saya, belum ada ulama yang menyamainya jika ditinjau dari sisi ini. Dan sah saja jika dikatakan : ‘Dia lah penulis paling spektakuler dalam Islam.”[19]
📜Wallahu a’lam.

[1] Siyar a’lam an Nubala (14/269)
[2] Inbah ar Rawah (3/89)
[3] Siyar A’lam Nubala (14/269-270)
[4] Tahdzib al Asma’ wa al Lughat (1/78)
[5] Thabaqat al Mufasirin hal. 82
[6] Bidayah wa Nihayah (11/165)
[7] Qaimah Zaman inda al ‘Ulama hal. 86
[8] Bidayah wa Nihayah (11/166)
[9] Al Imam ath Thabari hal. 68
[10] Siyar A’lam Nubala (14/270)
[11] Siyar A’lam an Nubala (14/276)
[12] Tarikh al Baghdadi (2/165)
[13] Tazkirah al-Hufadz (2/713)
[14] Siyar A’lam Nubala (14/273)
[15] Siyar A’lam Nubala (14/277)
[16] Bidayah wa Nihayah (11/166)
[17] Tabaqat al Mufasirin hal. 97
[18] Qaimah Zaman inda al ‘Ulama hal. 85
[19] Qaimah Zaman inda al ‘Ulama hal. 86

Semoga bermanfaat 

Comments