Skip to main content

Kita ditakdirkan besar

Kita ditakdirkan besar




Erizeli Jely Bandaro
Berbuat karena kecintaan kepada Allah dan cukuplah Allah sebaik baiknya kembali dan balasan

Indonesia ini tidak mungkin kalah di bandingkan negara lain. Tidak mungkin jatuh terpuruk seperti venezuela. Mengapa? pertama, kita negara dengan sumber daya sangat besar. Sejak merdeka, SDA kita baru 20% yang diolah dengan rasio ekonomi terhadap PDB dibawah 50%. Selebihnya potensi ekonomi kita dibiarkan nganggur. Karena sebagian besar juga otak kita nganggur. SDM kita mayoritas kaum muda. Total belanja domestik kita diatas Rp. 10.000 triliun pertahun. Itu mengalahkan gabungan semua negara ASEAN loh. Tapi mengapa kita masih terseok seok?

Kita membangun selalu melihat ke luar. Tidak bergerak sesuai kemistri kita. Bayangin aja. Kita ikutan arus bisnis IT. Tapi bukan dimanfaatkan untuk terjadinya trasformasi ekonomi malah sibuk kembangkan bisnis di hilir, unicorn. Semenetara yang di hulu seperti insfrastruktur jaringan tergantung kepada asing. Engga sedikit uang dibuang untuk unicorn. Kalaulah dana itu disalurkan kepada kekuatan ekonomi berbasis agro, itu sama saja dengan membuat puluhan industri vegacab atau bahan baku kapsul dari rumput laut yang harganya per kg USD 500. Engga kehitung berapa juta nelayan dan UKM bisa makmur.

Kita punya kekuatan bisnis informal rumah tangga yang sangat besar. Ini jaring pengaman sosial terbesar. Mengapa negara tidak sediakan ekosistem bisnis dengan didukung sistem stokis dan supply chain untuk retail market berskala nasional. Sehingga bisa mudah diakses oleh pedagang rumahan. Tidak perlu ada hegemoni bisnis retail modern yang dikuasai korporat. Tapi dengan lemahnya negara dalam mengawal keadilan tataniaga, tak terbilang bisnis rumahan yang tutup karena kehadiran 3 retail modern di seluruh Indonesia.
Kita punya SDA berupa mineral. Dari nikel, batubara, bouksit dan lain lain. Mengapa negara tidak sediakan pusat logistik dan smelter dalam satu kawasan Ekonomi khusus, sehingga negara bisa kontrol sumber daya dan lingkungan. Kalau ekspor semua berasal dari kawasan khusus, tentu mudah mengontrol pemasukan devisa. Engga perlu ngemis seperti sekarang “ tolong dong masukin devisanya ke dalam negeri. Kasihan tuh rupiah keok.” Kan lucu kok negara kalah sama swasta.

Begitu luasnya lahan Sawit. Anehnya kita engga punya pusat downstream seperti Malaysia. Akibatnya harga komoditas CPO tergantung market malaysia dan sebagian besar perusahaam CPO terdaftar di Singapore. Jutaan hektar lahan kita di leverage mereka di Singapore dan uangnya dipakai untuk kendalikan sumber daya kita. Kan lucu. Kan bego..
Negara indonesia besar. Besar dalam segala hal. Tentu tidak sulit mengelolanya. Misal ya penduduk kita lebih besar dari Singapore, tetapi SDA kita juga lebih besar. Benar, negara kita luas, tetapi kan besar juga SDM nya. Apa artinya? kita ditakdirkan jadi bangsa besar. Tapi karena cara berpikir kecil, ya kita jadi kecil. Hanya sibuk membahas seputar sempak doang. Otak boleh pintar tapi pintar ngeles. Cerdas ya, tetapi cerdas sebagai predator kepada bangsa sendiri. Di luar ayam sayur. Dah gitu aja. Ayolah berubah say. 

Comments