Skip to main content

Digitalisasi?


Erizeli Jely Bandaro
Berbuat karena kecintaan kepada Allah dan cukuplah Allah sebaik baiknya kembali dan balasan

Digitalisasi?

Saya sangat mendukung rencana reformasi birokrasi berbasis digital itu. Sebenarnya kalau anda pernah baca buku, Digital government principles and best practices. Munculnya Internet sebagai kekuatan teknologi dan sosial utama pada 1990-an memiliki dampak transformatif pada hubungan antara pemerintah dan warga negara.

Mengakhiri pemerintahan yang monolitik dan tidak efisien. Karena itu perlu mendefinisikan kembali hubungan antara sektor publik dan pemerintah menggunakan teknologi digital ini. Itulah yang disebut reformasi.

Apakah kita serius untuk melakukan reformasi birokrasi menju digitalisasi ? Untuk tahu seriusnya itu maka kita perlu tahu apa saja yang diperlukan untuk digitalisasi itu. Maklum digitalisai itu bukan hanya bicara konten aplikasi tapi juga infrastruktur telekomunikasi. Tanpa backbone internet maka digitalisasi itu hanya omong kosong dan hanya bentuk lain dari penjajahan model baru. Nah mari kita lihat peta ekosistem bisnis saat sekarang yang terkait dengan digitalisasi itu.

Backbone internet itu terbagi tiga Tier ( tingkat ). Tier 1 adalah jaringan utama yang menghubungkan internet ke seluruh dunia. Siapa yang menguasai ? AT&T, CenturyLink, Cogent Communications, Deutsche Telekom, Global Telecom and Technology (GTT), NTT Communications,  Sprint, Tata Communications, Telecom Italia Sparkle, Telia Carrier, dan Verizon. Asing semua.

Bagaimana Indonesia ? Tier 2 adalah local backbone. Ini penyedia jaringan nasional ( Fiberoptic ) dengan route ke Tier 2. Tier 3, agent yang memberikan akses kepada Tier 2 terhubung dengan Tier 1. Nah Indonesia itu hanya ada pada Tier 2 saja. Dan route ke Tier 1 tidak langsung, tetapi melalui Tier 3. Kalau bicara nation interest ya harus juga bicara tentang infrastruktur internet. Tanpa itu, Indonesia tidak punya kedaulatan digital. Kan bego kalau pemerintah terapkan digital kepada semua instansi, tapi server bisa dijebol asing atau mendadak diputus. BIsa stuck sistem pemerintahan.

Apakah indonesia mampu? 90% trafic internet sekarang tergantung kepada SeaMeWe-3. Apa itu SeaMeWe-3? adalah kabel optik bawah laut yang menghubungkan internet kawasan Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa Barat. Proyek ini dibangun oleh konsorsium France Telecom dan China Telecom, serta diadministrasikan oleh Singtel. Walau Indonesia melalui Telin anak perusahaan PT. Telkom ikut dalam konsorsium Asia-America Gateway namun pemanfaatnya sangat terbatas dan sampai kini belum beroperasi karena kendala teknis. Keterlibatan Konsorsium hanya sebatas user off taker dan izin melintasi kabel bawah laut Indonesia.
Visi Indonesia dibidang digital hanya visi receh. Hanya ojol, pinjol , unicorn, game online termasuk judi online dan jualan quota internet. Bukan berorientasi kepada kedaulatan digital yang melindungi kepentingan nasional. Nah apa jadinya kalau reformasi birokrasi berbasis digital yang infrastruktur dikuasai Asing. Itu sama saja kita tempatkan leher di Guillotine untuk dipancung asing.

Apa solusinya ?
Saran saya agar pemerintah jadikan PT. Telkom ( bumn) sebagai private company atau perusahaan tertutup, dengan cara buy back saham di bursa lokal maupun New York. Kemudian beri penugasan kepada Pt. Telkom sebagai provider infrastruktur IT dengan skema SWAP saham kepada pihak asing yang gelar Fiberoptik (FO) di wilayah Indonesia. Dengan demikian negara punya akses mengendalikan provider dan kita berdaulat terhadap sistem digital.

KEREN Semoga bermanfaat 

Comments