Skip to main content

KEMENANGAN DALAM RAPATNYA BARISAN ANTARA MUSLIMIN DAN KAUM MUNAFIK

KEMENANGAN DALAM RAPATNYA BARISAN ANTARA MUSLIMIN DAN KAUM MUNAFIK


Pria kekar itu tertegun di atas kudanya. Dipandanginya dari kejauhan manusia berkain ihram yang berbaris rapi dalam shaf shalat.

Tidak semua mengikuti gerakan imam. Hanya separuh yang melakukannya, separuh lainnya terlihat berjaga.

Hatinya gentar. Tak mungkin rahasia yang disusunnya bocor. Karena hanya ia yang tahu persis rencana eksekusi yang akan dilakukannya. Sejatinya, ia dan 500 pasukan berkudanya akan menghabisi seluruh rombongan saat mereka shalat.

Detik itu desiran halus mulai merambati hati. Yang dihadapinya bukan manusia biasa. Ia pasti telah mendengar kabar dari langit.

Tak seketika ia putuskan mengikuti suara hati. Butuh perenungan hampir setahun lamanya sebelum akhirnya memutuskan untuk mengucap kalimat syahadat.

Pria kekar di atas kuda itu adalah sahabat mulia Khalid bin Walid sebelum tersapa cahaya hidayah. Rombongan manusia berkain ihram yang ia amati dari kejauhan adalah Rasulullah SAW dan para sahabat.

Mereka hendak melaksanakan umrah, namun tertahan di wilayah Hudaibiyah . Peristiwa itu dikenal sebagai perjanjian Hudaibiyah .

Perjanjian Hudaibiyah tercatat sebagai salah satu tonggak penting dalam sejarah Islam. Banyak hikmah tersembunyi dari kejadian yang seakan Muslimin “kalah”. Namun sejatinya, peristiwa itu adalah jalan pembuka untuk kemenangan yang luar biasa.

Ditandai dengan satu peristiwa penting yakni Bai’at ar-Ridwan. Berbaiatnya 1400 sahabat yang mengiringi perjalanan untuk bersetia pada Rasulullah SAW. Apapun yang akan terjadi, mereka tak akan mundur dan tak akan lari.

Bai’at ar-Ridwan adalah contoh bagaimana konsolidasi dilakukan. Merapatkan barisan. Memilah antara Muslimin dengan orang-orang munafik.

Pada kondisi yang seakan “kalah”, akan terlihat jelas, siapa yang teguh imannya, siapa yang hanya buih dalam lautan pembuat kericuhan.

Siapa sangka, dari peristiwa itu Makkah justru menyerahkan jantung hatinya dengan masuk Islamnya Khalid bin Walid, Amru bin Ash dan Uthman bin Thalhah, seperti sabda Rasulullah SAW, “Makkah telah menyerahkan jantung hatinya.”

Allah tak pernah mengecewakan hamba yang berjuang di jalanNya. Buah dari kesabaran dan konsolidasi barisan itu, dua tahun kemudian terjadilah Fatuh Makkah.

Rasulullah SAW bersama 10 ribu sahabatnya dengan kepala tegak memasuki kota Makkah. Nyaris tak ada perlawanan. Fatuh Makkah adalah pintu pembuka untuk futuhat lainnya.

Dalam seperempat abad seluruh jazirah Arab bisa disatukan. Dalam setengah abad, tumbang kekuasaan Persia dan Romawi. Dalam tiga per empat abad, wilayah Islam telah meluas hingga semenanjung Iberia. Dalam satu abad, Islam sudah mencapai Cina dan Asia.

Kalau kita mau belajar, pada kondisi umat seakan “kalah”, sejatinya Allah tengah memberikan momentum merajut kembali persatuan.

Tidakkah kita ingat, warga Jakarta pernah membuktikan. Sebuah masalah besar ditimpakan, ternyata adalah jalan untuk merapatkan barisan. Hari-hari ini, bukan tak mungkin sejarah akan terulang..

Comments