Series of Predictions for AI Progress that Are Increasingly Terrifying in 2024
Illustration. AI is predicted to become increasingly popular in 2024, with a series of advances that make this technology even more terrifying. (Photo: REUTERS/DADO RUVIC)
-- Artificial intelligence (AI) gained huge popularity in 2023 and is predicted to become even more popular this year due to a series of advances that make this technology even more terrifying.
AI has actually been around for decades. However, 2023 brings many breakthroughs for this technology, among them OpenAI's ChatGPT which makes it accessible and practical for society.
However, AI actually has a bumpy history, and the current technology is preceded by a track record of failed experiments.
Most innovations in AI appear poised to improve things like medical diagnostics and scientific discovery. One AI model could, for example, detect whether you are at high risk of lung cancer by analyzing X-ray scans.
During the Covid-19 pandemic, scientists also built algorithms that can diagnose the virus by listening for subtle differences in the sound of a person's cough.
AI has also been used to design quantum physics experiments beyond what humans can imagine.
The problem is, not all innovation is so benign and beneficial. There are several innovations that are scary for humanity, from killer drones to AI that threatens the future of humanity.
Quoted from Live Science, here are some of the scariest AI breakthroughs that may occur in 2024:
The era of general artificial intelligence (AGI)
Some time ago, OpenAI CEO Sam Altman was dismissed and reinstated at the company, but it is not known what the clear reasons for this event were.
However, amidst the chaos, rumors circulate about advanced technology that could threaten the future of humanity.
OpenAI's system, called Q* (pronounced Q-star) could enable the realization of potentially groundbreaking artificial general intelligence (AGI).
Not much is known about this mysterious system, but if the reports are true, it could improve AI capabilities by several levels.
AGI is referred to as a hypothetical tipping point, also known as the “Singularity”, where AI becomes smarter than humans.
The current generation of AI still lags behind in areas where humans excel, such as context-based reasoning and creativity. Currently, most AI-generated content simply recreates the data used to train it.
However, according to scientists, AGI has the potential to do certain jobs better than most people. It can also be armed and used.
For example, to create enhanced pathogens, launch massive cyberattacks, or organize mass manipulation.
The idea of AGI has long been present in works of science fiction, and many scientists believe we will never reach this point.
Deepfakes are increasingly similar to the real thing
One of the most pressing cyber threats in the AI era is deepfakes, which are images or videos completely fabricated with artificial intelligence.
This year's deepfake AI technology is considered to be getting better, including producing human faces that are increasingly difficult to distinguish between real and fake.
A study published in the journal Psychological Science on November 13 discovered the phenomenon of "hyperrealism," with AI-generated content being more likely to be perceived as "real" than actual content.
This would make it almost impossible for people to differentiate fact from fiction with the naked eye. Although tools can help people detect deepfakes, these methods are not yet commonly used.
AI powered killer robot
Governments around the world are increasingly using AI as a tool for warfare. The US announced on November 22 that 47 countries had supported a declaration on the responsible use of AI in the military, which was first launched in The Hague in February.
Why is such a declaration necessary?
This is because "irresponsible" use is a real and frightening prospect. We have seen, for example, AI drones allegedly hunting soldiers in Libya without human intervention.
AI can recognize patterns, self-learn, make predictions, or generate recommendations in military contexts, and an AI arms race is already underway.
By 2024, we will likely not only see AI used in weapons systems, but also in logistics and decision support systems, as well as research and development. For example, in 2022, AI produces 40,000 new hypothetical chemical weapons.
Various branches of the US military have ordered drones that can perform target recognition and combat tracking better than humans.
Israel also uses AI to quickly identify targets, at least 50 times faster than humans can in the ongoing Israel-Hamas war.
Some of these developments suggest that this year may be a breakthrough for killer robots.
Deret Prediksi Kemajuan AI yang Semakin Ngeri di 2024
Ilustrasi. AI diprediksi kian populer pada 2024, dengan sederet kemajuan yang membuat teknologi ini semakin ngeri. (Foto: REUTERS/DADO RUVIC)
-- Kecerdasan buatan (AI) mendapat popularitas yang besar pada 2023 dan diprediksi kian populer pada tahun ini imbas sederet kemajuan yang membuat teknologi ini semakin ngeri.
AI sebenarnya sudah ada selama beberapa dekade. Namun, 2023 melahirkan banyak terobosan untuk teknologi ini, di antaranya ChatGPT dari OpenAI yang membuatnya dapat diakses dan praktis bagi masyarakat.
Namun, AI sebetulnya memiliki sejarah yang tidak mulus, dan teknologi yang ada saat ini didahului oleh rekam jejak eksperimen yang gagal.
Sebagian besar inovasi dalam AI tampak siap untuk meningkatkan hal-hal seperti diagnostik medis dan penemuan ilmiah. Salah satu model AI dapat, misalnya, mendeteksi apakah Anda berisiko tinggi terkena kanker paru-paru dengan menganalisis pemindaian sinar-X.
Selama pandemi Covid-19, para ilmuwan juga membangun algoritma yang dapat mendiagnosis virus dengan mendengarkan perbedaan halus dalam suara batuk seseorang.
AI juga telah digunakan untuk merancang eksperimen fisika kuantum di luar apa yang dapat dibayangkan oleh manusia.
Masalahnya, tidak semua inovasi itu begitu jinak dan bermanfaat.
Ada beberapa inovasi yang menyeramkan bagi umat manusia, mulai dari drone pembunuh hingga AI yang mengancam masa depan umat manusia.
Dikutip dari Live Science, berikut adalah beberapa terobosan AI paling menakutkan yang mungkin terjadi pada 2024:
Era kecerdasan buatan umum (AGI)
Beberapa waktu lalu, CEO OpenAI Sam Altman diberhentikan dan dipekerjakan kembali di perusahaan tersebut, tetapi tidak diketahui apa alasan yang jelas dari peristiwa tersebut.
Namun di tengah kekisruhan itu, beredar rumor tentang teknologi canggih yang dapat mengancam masa depan umat manusia.
Sistem OpenAI, yang disebut Q* (diucapkan Q-star) dapat mewujudkan realisasi kecerdasan umum buatan (AGI) yang berpotensi menjadi terobosan baru.
Tidak banyak yang diketahui tentang sistem misterius ini, tetapi jika laporan tersebut benar, sistem ini dapat meningkatkan kemampuan AI hingga beberapa tingkat.
AGI disebut sebagai titik kritis hipotetis, yang juga dikenal sebagai "Singularitas", di mana AI menjadi lebih pintar daripada manusia.
Generasi AI saat ini masih tertinggal di bidang-bidang yang menjadi keunggulan manusia, seperti penalaran berbasis konteks dan kreativitas. Saat ini sebagian besar konten yang dihasilkan AI hanya mengkreasi kembali data yang digunakan untuk melatihnya.
Namun, menurut para ilmuwan, AGI berpotensi melakukan pekerjaan tertentu dengan lebih baik daripada kebanyakan orang. Ia juga dapat dipersenjatai dan digunakan.
Misalnya, untuk menciptakan patogen yang disempurnakan, meluncurkan serangan siber besar-besaran, atau mengatur manipulasi massal.
Gagasan tentang AGI telah lama hadir pada karya fiksi ilmiah, dan banyak ilmuwan percaya kita tidak akan pernah mencapai titik ini.
Deepfake makin mirip dengan aslinya
Salah satu ancaman siber yang paling mendesak di era AI adalah deepfake, yang adalah gambar atau video yang sepenuhnya dibuat-buat dengan kecerdasan buatan.
Teknologi deepfake AI tahun ini dinilai bakal makin oke, termasuk dalam menghasilkan wajah manusia yang kian sulit dibedakan asli atau palsunya.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science pada 13 November menemukan fenomena "hiperrealisme," dengan konten yang dihasilkan AI lebih cenderung dianggap "nyata" daripada konten yang sebenarnya.
Hal ini akan membuat orang hampir tidak mungkin membedakan fakta dan fiksi dengan mata telanjang. Meski alat dapat membantu orang mendeteksi deepfake, namun metode ini belum umum digunakan.
Robot pembunuh bertenaga AI
Pemerintah di seluruh dunia semakin sering menggunakan AI sebagai alat untuk berperang.
AS mengumumkan pada 22 November bahwa 47 negara telah mendukung deklarasi tentang penggunaan AI yang bertanggung jawab dalam militer, yang pertama kali diluncurkan di Den Haag pada Februari.
Mengapa deklarasi semacam itu diperlukan?
Hal ini dikarenakan penggunaan yang "tidak bertanggung jawab" adalah prospek yang nyata dan menakutkan. Kita telah melihat, misalnya, drone AI yang diduga memburu tentara di Libya tanpa campur tangan manusia.
AI dapat mengenali pola, belajar mandiri, membuat prediksi, atau menghasilkan rekomendasi dalam konteks militer, dan perlombaan senjata AI sudah berlangsung.
Pada 2024, kemungkinan kita tidak hanya akan melihat AI digunakan dalam sistem persenjataan, tetapi juga dalam logistik dan sistem pendukung keputusan, serta penelitian dan pengembangan. Sebagai contoh, pada 2022, AI menghasilkan 40.000 senjata kimia hipotetis baru.
Berbagai cabang militer AS telah memesan drone yang dapat melakukan pengenalan target dan pelacakan pertempuran lebih baik daripada manusia.
Israel juga menggunakan AI untuk mengidentifikasi target dengan cepat, setidaknya 50 kali lebih cepat daripada yang dapat dilakukan manusia dalam perang Israel-Hamas yang tengah berlangsung.
Beberapa perkembangan tersebut menunjukkan bahwa tahun ini mungkin merupakan terobosan bagi robot pembunuh.
spiritua ai, religius, adsense, google, youtube,
AI
creasingly
Predictions
Progress
Series
Terrifying