US Warns of Danger of China's Plan to Dominate Information
China responded by asking the US to look in the mirror
China has reportedly poured billions of dollars into an effort to dominate and regulate global information. The United States (US) government is concerned that China is taking advantage of its ability to control global information.
This was written in a report released by the Global Engagement Center of the US Department of State on Thursday (28/9/2023). The agency accused the Chinese government of using a combination of tactics in an effort to control critical information.
1. The US is worried that China could influence economic and security policy
United States flag (unsplash.com/Dave Sherrill)
China is suspected of having the aim of building an information ecosystem according to its country's propaganda and interests.
"If left unchecked, China will reshape the world of global information, creating biases and misunderstandings that could even cause countries to make decisions according to Beijing's economic and security interests," wrote the report, reported by VOA.
This is not the first time the US has warned of China's efforts to create an information environment detrimental to the United States and its allies. US officials said in the early months of the COVID-19 pandemic that China was using social media more to spread disinformation about the origins of the virus.
Western countries believe that the origin of the COVID-19 virus came from Wuhan, China. However, the Chinese government often denies these accusations.
2. China uses company services to find critics abroad
TikTok application screen (unsplash.com/Solen Feyissa)
The US explained that one example of what China is doing is the use of an automated bot network by the Chinese Communist Party (CCP) to strengthen the positions of Chinese diplomats. China also reportedly uses state media employees posing as social media “influencers” to reach foreign audiences.
Chinese state media routinely spread pro-Kremlin or anti-NATO propaganda following Russia's invasion of Ukraine. "Russia reciprocated the assistance by promoting Chinese propaganda regarding Taiwan and other PRC interests," said the report, reported by CBS News.
Citing information obtained by the US government, the report said that authorities within the Chinese Communist Party are working with private companies in China to identify and locate critics abroad. The report did not name the companies.
3. China's response to US accusations
Chinese flag (pixabay.com/PPPSDavid)
Chinese government officials declined to comment on the details of the US State Department report. But in an email to VOA, Chinese Embassy spokesperson Liu Pengyu called the report, “just a tool to pressure China and shore up American hegemony.”
"Just a glance at the summary of the report is enough to know its contents: escalating ideological confrontation, spreading disinformation, and tarnishing China's domestic and foreign policies," said Liu, reported by VOA. "We urge the US to reflect in the mirror, stop slandering China for so-called information manipulation."
Verified Writer Anoraga Ilafi
This IDN Times Community member is still shy about writing about himself
IDN Times Community is a media that provides a platform for writing. All written work created is the sole responsibility of the author.
AS Peringatkan Bahaya Rencana China untuk Mendominasi Informasi
China merespons dengan meminta AS untuk berkaca
China dikabarkan telah mengucurkan miliaran dolar dalam upaya mendominasi dan mengatur informasi global. Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengkhawatirkan China yang mengambil keuntungan dari kemampuan mengontrol informasi global.
Hal ini ditulis dalam laporan yang dirilis Global Engagement Center Departemen Luar Negeri AS pada Kamis (28/9/2023). Lembaga itu menuduh Pemerintah China menggunakan kombinasi taktik dalam upaya mengontrol informasi penting.
1. AS khawatir China bisa mempengaruhi kebijakan ekonomi dan keamanan
bendera Amerika Serikat (unsplash.com/Dave Sherrill)
China diduga memiliki tujuan untuk membangun ekosistem informasi sesuai propaganda dan kepentingan negaranya.
“Jika tidak terkendali, China akan membentuk kembali dunia informasi global, menciptakan bias dan kesalahpahaman yang bahkan dapat menyebabkan negara-negara mengambil keputusan sesuai kepentingan ekonomi dan keamanan Beijing," tulis laporan tu, dilansir VOA.
Ini bukan pertama kalinya AS memperingatkan upaya China untuk menciptakan lingkungan informasi yang merugikan Amerika Serikat dan sekutunya. Para pejabat AS mengatakan pada bulan-bulan awal pandemi COVID-19 bahwa China lebih banyak menggunakan media sosial untuk menyebarkan disinformasi mengenai asal muasal virus tersebut.
Negara-negara Barat meyakini bahwa asal dari virus COVID-19 berasal dari Wuhan, China. Walau begitu, Pemerintah China kerap menyangkal tuduhan tersebut.
2. China gunakan jasa perusahaan untuk menemukan pengkritik yang ada di luar negeri
layar aplikasi TikTok (unsplash.com/Solen Feyissa)
AS menjelaskan salah satu contoh apa yang dilakukan China adalah penggunaan jaringan bot otomatis oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT) untuk memperkuat jabatan diplomat Tiongkok. China juga dikabarkan menggunakan pegawai media pemerintah yang menyamar sebagai “influencer” media sosial untuk menjangkau khalayak asing.
Media Pemerintah China secara rutin menyebarkan propaganda pro-Kremlin atau anti-NATO setelah invasi Rusia ke Ukraina. “Rusia membalas bantuan tersebut dengan mempromosikan propaganda China terkait Taiwan dan kepentingan RRT lainnya,” kata laporan itu, dilansir CBS News.
Mengutip informasi yang diperoleh pemerintah AS, laporan tersebut mengatakan bahwa pihak berwenang di dalam Partai Komunis Tiongkok bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan swasta di China untuk mengidentifikasi dan menemukan para pengkritik di luar negeri. Laporan itu tidak menyebutkan nama perusahaan-perusahaan tersebut.
3. Respons China dalam menanggapi tuduhan AS
bendera China (pixabay.com/PPPSDavid)
Pejabat pemerintah China menolak mengomentari rincian laporan Departemen Luar Negeri AS. Namun dalam emailnya kepada VOA, juru bicara Kedutaan Besar Tiongkok Liu Pengyu menyebut laporan itu, “hanya sebuah alat untuk menekan Tiongkok dan menopang hegemoni Amerika.”
“Melihat sekilas ringkasan laporan tersebut sudah cukup untuk mengetahui isinya: meningkatkan konfrontasi ideologis, menyebarkan disinformasi, dan mencoreng kebijakan dalam dan luar negeri Tiongkok,” kata Liu, dilansir VOA. "Kami mendesak AS untuk merenungkan berkaca, berhenti memfitnah China atas apa yang disebut manipulasi informasi".
Verified Writer Anoraga Ilafi
Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Comments