Skip to main content

RAMBU SHARE AND COPY PASTE

RAMBU SHARE AND COPY PASTE

By: Ahmad Syahrin Thoriq

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْم ًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
"O you who believe, if a wicked person comes to you with news, then examine it carefully, so that you do not inflict a calamity on a people with ignorance that causes you to regret it." (QS. Al Hujurat: 6)
Through this verse we are commanded to always be thorough and careful about any information we get. Don't swallow it raw. What's more, if the information contains wickedness, you should do tabayyun or check and check. 
And what is meant by wickedness is that there are two possibilities, the first is that the messenger is a wicked person, or the second is that the message contains wickedness, which could be the carrier is a good person. 

1. The messenger is a wicked man. 
In the wilderness of the social media world where wickedness is rampant, not a few media are anti-Islam or at least tendentious, many pranksters and jealousy are everywhere, we should be really selective in receiving broadcast information. 
If it's not valid, it doesn't necessarily have to be rejected right away, but it doesn't have to be justified or even spread. 
The rule is that a Muslim acts and acts on the basis of clarity. 

2. The message is wicked. 
Furthermore, it could be that the carrier of information is a good person, but the news he carries contains wickedness. We also have to watch out for this. 
Because it is very possible that the news that contains wicked things is brought by righteous people. Because anyone can be wrong or forget. He is not the first source, he only passes on information, and not all good people are sensitive and selective in receiving information. 

Consequences to be received. 
A person who is hasty in receiving news, does not check the truth in advance, and does not want to consider the value of the benefits and harms of spreading it, is characterized by Allah with two words: (1) Stupid and (2) regretful. 
No matter how intelligent a person is, if he has no sensitivity in managing news and information, in essence he is a fool. 
And the result of making it easy to broadcast, share and copy paste is a prolonged regret for the culprit. He will regret even when he has repented, because it is not easy to take back the lies he once spread. 

He will regret that his problems will get worse in the afterlife, in the form of claims from people who have harmed him because of the fake news he helped spread. 
What happened today is even sadder. Many people are so easy, not even just information matters, but also related to knowledge. In fact, if it's just news or information we are ordered to be selective, let alone knowledge that is at a higher level and is far more important. 
But it's strange that sometimes it's easy for someone to refer to and believe in writing that isn't clear, even who the author is he doesn't know. Subhanallah, even though the scholars have warned:
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
"In fact, religious knowledge is part of religion itself. So pay close attention to where you take your religion from."
Wallahu a'lam. 
READ MORE



RAMBU SHARE DAN COPY PASTE


Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum dengan kebodohan yang menyebabkan kamu akan menyesal.” (QS. Al Hujurat : 6)
Lewat ayat ini kita diperintahkan untuk senantiasa teliti dan berhati-hati atas setiap informasi yang kita dapatkan. Tidak menelan mentah-mentah begitu saja. Terlebih lagi bila informasinya berisi kefasikan, hendaknya melakukan tabayyun atau cek and ricek.
Dan yang dimaksudkan dengan kefasikan ada dua kemungkinannya, yang pertama pembawa beritanya adalah orang yang fasik, atau yang kedua beritanya berisi kefasikan, yang bisa jadi pembawanya adalah orang baik.

1. Pembawa beritanya orang fasik.
Di belantara dunia sosmed di mana kefasikan merajalela, tak sedikit media yang anti Islam atau minimalnya bersikap tendensius, banyaknya orang iseng dan juga kedengkian ada di mana-mana, sudah selayaknya kita benar-benar selektif dalam menerima broadcast informasi.
Jika belum valid, memang tidak serta merta harus langsung ditolak, tapi tidak juga harus dibenarkan apalagi disebarkan.
Kaidahnya, seorang muslim itu berbuat dan bertindak di atas dasar kejelasan.

2. Beritanya fasik.
Selanjutnya bisa jadi pembawa informasi adalah orang baik, tapi berita yang ia bawa berisi kefasikan. Ini juga harus kita waspadai.
Karena sangat mungkin berita yang isinya fasik dibawa oleh orang shalih. Karena siapapun bisa salah atau lupa. Dia bukan sumber pertama, dia hanya meneruskan informasi, dan tidak semua orang yang baik memiliki kepekaan dan selektif dalam menerima informasi.
Akibat yang akan diterima.
Seseorang yang gegabah dalam menerima berita, tidak kroscek terlebih dahulu kebenarannya, dan tidak mau menimbang nilai manfaat dan mudharat dari menyebarkannya, disifati oleh Allah dengan dua kata : (1) Bodoh dan (2) menyesal.
Secerdas apapun seseorang, bila dia tidak punya kepekaan dalam mengelola berita dan informasi, hakikatnya dia adalah orang yang bodoh.
Dan akibat dari bermudah-mudah dalam mem-broadcast, men-share dan copy paste adalah penyesalan yang berkepanjangan bagi pelakunya. Dia akan menyesal bahkan ketika telah bertaubat, karena tidaklah mudah menarik kembali berita dusta yang pernah ia sebarkan.
Dia akan menyesal karena masalahnya runyam di akhirat, berupa tuntutan orang-orang yang dirugikannya karena berita palsu yang ia turut andil menyebarluaskan.

Hari ini yang terjadi bahkan lebih menyedihkan lagi. Banyak orang begitu bermudah-mudah bahkan bukan hanya urusan informasi, tapi juga kaitannya dengan ilmu. Padahal, jika sekedar berita atau informasi saja kita diperintahkan selektif, apalagi ilmu yang tingkatannya lebih tinggi dan jauh lebih penting lagi.
Tapi anehnya terkadang seseorang gampang sekali merujuk dan mempercayai tulisan yang tak jelas, bahkan penulisnya itu siapa dia tidak tahu. Subhanallah, padahal para ulama telah mengingatkan :
إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم
"Sesungguhnya ilmu agama adalah bagian dari agama itu sendiri. Maka perhatikan baik-baik dari mana kalian mengambil agama kalian."
Wallahu a'lam.

Comments