MEMPERSIAPKAN KAIN KAFAN

MEMPERSIAPKAN KAIN KAFAN




��ustad,apa boleh kita menyimpan kain kafan di rumah/tempat kerja dg maksud sbg pengingat kita akan kematian? Kalo selama ini biasanya kami ke makam, diam di situ sejenak membayangkan bahwa nanti kamipun akan seperti mereka,,, mohon pencerahannya, syukron

Jawab :

Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam bersabda :

��"Perbanyak mengingat pemutus kenikmatan –maksudnya adalah kematian.” (HR. Tirmizi)

��"Sebaik-baik keimanan orang-orang mukmin adalah yang paling banyak mengingat kematian, dan yang terbaik dalam melakukan persiapan.” (HR. Bukhari)

��Yang dimaksud banyak mengingat kematian dalam hadits tersebut adalah dengan banyak merenungi negeri akhirat dan melazimi ziarah kubur. Serta mempersiapkan diri menjemput kematian dengan memperbanyak beramal saleh dan berlomba dalam kebaikan. Adapun mempersiapkan kafan bukan suatu yang dianjurkan, Nabi sallallahu’alaihi wa sallam juga tidak memberi arahan. Akan tetapi hal itu hukumnya dibolehkan. disebutkan dalam beberapa riwayat ada sebagian ulama yang melakukannya.

��imam Ahmad berkata, "Jika ada seseorang yang telah menyiapkan tempat pemakaman dan berwasiat kepada keluarganya agar ia nanti dimakamkan di tempat itu, maka hal seperti ini juga diperbolehkan".

Dalam sebuah riwayat disebutkan, bahwa Utsman, Aisyah,dan Umar bin Abdul Aziz melakukan hal yang sedemikian.

��Ibnu Batal berkata, "Dibolehkan mempersiapkan sesuatu sebelum ada keperluannya. Sebagian orang saleh telah menggali kuburannya dengan tangannya, agar teringat waktu kematian dirinya. Sebaik-baik melihatnya di waktu senggang dan kosong sebagai persiapan waktu kembali (ke akhirat).

��Demikian juga khalifah-khalifah banyak yang mempersiapkan kalin kafannya. Kalau melihat gambar Sultan-sultan Dinasti Utsmaniyah, nampaik imamah mereka besar-besar.

Ternyata, itu bukan sekedar peci, topi, atau mahkota, tetapi kain kafan yang dipersiapkan untuk mereka, kain kafan diikat menjadi mahkota, dan itu adalah salah satu syarat menjadi Sultan.

��Filosofinya setiap Sultan yang memimpin Turki harus berjiwa mujahid, harus berani memimpin perang dan berada di barisan terdepan, dan itu juga sebagai pengingat kepada Sultan, bahwa kematian selalu mengintainya, dan kain kafan sudah disiapkan, sehingga dalam memimpin Negara dan rakyat, dia harus sadar bahwa itu hanya amanah, bukan buat bangga-banggaan, tapi itu adalah kesempatan mengumpulkan kebaikan, dan saat dia mau berbuat zalim, dia akan ingat kalau kain kafan selalu di kepalanya, kapan saja dia bisa mati.

Wallahu a'lam. ©AST

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post