SAAT IMAM ABU HANIFAH MENYADARKAN PENGIKUT SYIAH
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Di masa imam Abu Hanifah rahimahullah, di kota Kufah ada seorang laki-laki pengikut ajaran Syi'ah yang dikenal sangat membenci Utsman bin Affan radhiyallahu'an
Al imam Abu Hanifah rahimahullah lalu mendatangi orang tersebut. Tentu saja mendapatkan kunjungan itu dia senang sekali, karena rumahnya didatangi oleh ulama besar yang terkenal di seantero negeri.
Setelah basa-basi sejenak, laki-laki tersebut menanyakan kepada sang imam maksud kedatangannya, atau mungkin sedang membutuhkan suatu bantuan yang bisa ia berikan.
Imam Abu Hanifah pun berkata mengutarakan maksud kedatangannya :
أتيتك خاطبًا لابنتك
"Aku datang untuk melamar putrimu..."
"Untuk siapa wahai imam ?" Tukas laki-laki tersebut seperti tidak sabar.
Abu Hanifah melanjutkan,
رجل شريف غني بالمال، حافظ لكتاب الله، سخيٌّ يقوم الليل في ركعة، كثير البكاء من خوف الله،
"Untuk seseorang yang dia termasuk dari keluarga terhormat, memiliki banyak harta, hafal al Qur'an dan senantiasa menjaga hukum-hukumnya.
Juga sangat tekun dalam menjaga shalat malam dan banyak menangis karena takutnya kepada Allah.
Mendengar itu wajah laki-laki itu berbinar karena gembiranya. Lalu ia berkata : "Wah ini mah luar biasa. Sebenarnya, tanpa anda menyebutkan siapa yang anda lamarkan, cukup anda yang datang melamarkan, itu sudah cukup wahai imam."
Imam Abu Hanifah berkata :
إلا أن فيه خَصلة،
"Sebentar. Tapi dia punya satu kekurangan..."
Lelaki itu bertanya :
وما هي؟
"Apa itu kekurangannya ?"
Sang imam berkata : "Sayangnya dia seorang Yahudi..."
Dengan nada terkejut bercampur kecewa laki-laki itu pun berkata :
سبحان الله! تأمرني أن أزوج ابنتي من يهودي.
"Subhanallah. Anda mau menyuruhku menikahkan putriku dengan Yahudi !?"
Abu Hanifah bertanya : "Jadi tidak boleh ?"
"Jelas lah, saya tidak setuju." Jawabnya.
Lalu sang imam berkata menegaskan :
فالنبي صلى الله عليه وسلم زوج ابنتيه من يهودي؟!
"Kalau anda saja tidak mau menikahkan putri anda dengan Yahudi, lalu bagaimana mungkin Nabi shalallahu'alai
Laki-laki itu pun terperanjat. Setelah diam untuk beberapa saat ia berkata :
أستغفر الله؛ إني تائب إلى الله عز وجل؛
"Astaghfirullah
📜تاريخ بغداد جـ 13 صـ 364.