Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Diantara kisah menakjubkan yang membuktikan kecerdasan luar biasa dari imam Abu Hanifah rahimahullah adalah saat beliau berhadapan langsung dan berdialog dengan kelompok paling ganas dan merusak dalam Islam, Khawarij.
Yang mana kita ketahui pengikut sekte ini tak segan-segan membunuh siapapun yang dianggapnya telah kafir karena berbeda pendapat dengan apa yang mereka yakini. Dan diantara pemahaman khawarij yang paling dikenal adalah mereka mengkafirkan para pelaku dosa-dosa besar.
Disebutkan bahwa gerombolan Khawarij pernah mendatangi imam Abu Hanifah yang sedang berada dalam majelisnya di sebuah masjid kota Kufah.
Di hadapan orang banyak, mereka berseru kepada Abu Hanifah : "Bertaubatlah anda wahai Syekh !"
Mendengar itu imam Abu Hanifah menjawab dengan santai :
أنا تائب إلى الله من كل كفر
"Aku bertaubat kepada Allah dari setiap kekafiran."
Mendengar itu, mereka pun pergi meninggalkan majelis beliau. Namun di tengah jalan salah seorang dari mereka berkata : "Sepertinya ucapan Abu Hanifah tadi, yang dimaksud bertaubat dari kekafiran, adalah bertaubat dari pemikiran yang kita yakini."
Mereka pun berbalik arah, kembali mendatangi majelis imam Abu Hanifah.
Setelah berada di hadapan beliau, dengan nada yang lebih garang, salah satu dari Khawarij ini berkata lantang : "Wahai Syekh, ucapan anda tadi bahwa anda bertaubat dari kekafiran, pasti maksud anda adalah bertaubat dari keyakinan kami !"
Meski yang ada di hadapannya adalah kelompok yang jika ia sampai salah menjawab leher menjadi taruhannya, imam Abu Hanifah dengan tetap tenang dan berwibawa menjawab :
أتقول هذا بظن، أم بعلم؟
"Kalian mengatakan ini berdasarkan prasangka semata, atau dilandasi pengetahuan ?"
Mereka menjawab : "Tentu dengan prasangka kami. Karena kami belum tahu pasti, sehingga kami menanyakan kepada anda untuk mengetahuinya."
Beliau lantas berkata, "Tidakkah kalian membaca firman Allah ta'ala :
يا أيها الذين آمنوا اجتنبوا كثيرا من الظن إن بعض الظن إثم
"Wahai orang-orang yang beriman jauhilah oleh kalian banyak prasangka. Karena sebagian prasangka itu adalah dosa." (QS. Al Hujarat : 12) ?
Beliau melanjutkan,
وقد وقعت في الإثم، وهذه خطيئة، وكل خطيئة عندك كفر، فتُب أنت أولاً من الكفر،
"Kalian telah jatuh ke dalam dosa prasangka. Dan ini adalah jenis dosa besar. Dan dosa besar di sisi kalian adalah kekafiran. Maka kalianlah yang seharusnya bertaubat lebih dahulu dari kekafiran."
Mereka pun terhenyak. Untuk beberapa saat lamanya tak bisa berkata apa-apa, hingga akhirnya dengan ucapan yang hampir serempak mereka pun menjawab :
صدقت، إنّا نتوب من الكفر
"Anda benar. Kami semua bertaubat dari kekafiran ini..."
Mereka pun akhirnya meninggalkan majelis imam Abu Hanifah untuk kedua kalinya.
📜المجموعة الميسرة ص ٢٧٩١
ADU SUMPAH ABU HANIFAH VS KHALIFAH
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
Bisyr al Khindi menceritakan :
أشخص أبو جعفر المنصور أبا حنيفة من الكوفة فأراده على أن يوليه القضاء فابى
"Khalifah Abu Ja'far al Manshur pernah mendatangi secara khusus Abu Hanifah di Kufah dan memintanya untuk menerima jabatan sebagai qadhi, namun ia menolaknya.
فحلف عليه ليفعلن، فحلف أبو حنيفة أن لا يفعل،
Maka al Manshur pun bersumpah bahwa Abu Hanifah harus mau menerimanya, namun Abu Hanifah pun balik bersumpah bahwa ia tidak akan mau menerimanya.
فحلف المنصور ليفعلن، فحلف أبو حنيفة أن لا يفعل،
Al Manshur mengulangi sumpahnya, Abu Hanifah juga kembali mengulang sumpahnya.
فقال الربيع الحاجب: ألا ترى أمير المؤمنين يحلف.
Melihat suasana tegang itu, salah seorang yang bernama Rabi' bin Hajib mengingatkan Abu Hanifah : 'Engkau berani bersumpah padahal amirul mukminin telah bersumpah ?'
فقال أبو حنيفة: أمير المؤمنين على كفارة أيمانه أقدر مني على كفارة أيماني.
Abu Hanifah pun menjawab : "Amirul mukminin lebih mampu untuk membayar tebusan sumpah yang dilanggarnya dari pada diriku."
فأبى أن يلي، فأمر به إلى الحبس في الوقت.
Karena beliau terus bersikukuh menolak jabatan tersebut, akhirnya al Manshur pun menjebloskannya
📜الطبقات السنيه في تراجم الحنفيه (١/٣٣)