CATATAN BAGI YANG MAU MENGUNDANG SAYA

CATATAN BAGI YANG MAU MENGUNDANG SAYA

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq 

Sudah menjadi tradisi bagi para da'i khususnya lagi di bulan Ramadhan, siang malam padat dengan jadwal pengajian. Baik yang sifatnya hanya ceramah singkat atau yang berupa kajian yang durasinya hingga berjam-jam.

Tentu saya termasuk yang bernasib sama. Tak pelak ada yang nanya, untuk ngundang kiyai caranya bagaimana ? Syaratnya apa ? Honornya berapa ?

Sebenarnya tidak ada syarat khusus, karena ini jelas masalah dakwah yang idealnya semua ketentuan dibuat mudah. Kenapa ? Ya karena semua sama tujuannya, yakni mengharap ridha Allah.

Difasilitasi amal shalih saja itu sudah menggembirakan.  Mana semuanya mudah, kita dakwah disambut, Nabi dulu disambit.

Maka saya tidak neko-neko. Kalau toh kemudian saya menyampaikan adanya beberapa ketentuan, semua bisa diatur dan ditawar. Nah dari pada membalas satu persatu untuk pertanyaan yang sama, saya jawab di sini saja. Syukur sebagiannya bisa mewakili suara hati ustadz-ustadz lainnya :

1. Jika undangan masih dalam jangkauan normalnya kendaraan darat, saya tidak mau dijemput. Saya akan minta untuk datang sendiri. Nah di sini biasanya panitia agak keki. Dipikir itu akan membebani saya, karena umumnya mubaligh manapun suka kalau dijemput.

Biasanya mereka akan mendesak untuk tetap menjemput saya, kalau sudah begitu apa boleh buat, saya tidak bisa menolak. Karena memang biasanya panitia sudah menganggarkan sarana untuk penjemputan mubaligh.

Tapi jika panitia bersedia, itu lah yang saya inginkan. Biasanya yang sudah langganan pasti paham. Pingin tahu alasan saya suka bawa mobil sendiri ? Inboks ya.

2. Jika diminta dakwah dalam durasi hingga berhari-hari, maka maksimal di atas tiga hari, saya akan minta izin untuk membawa istri. Nah kalau yang ini, saya yang biasanya harus tahu diri. Karena membawa keluarga tentu akan membuat repot panitia.

Saya akan jelaskan bahwa akomodasi istri akan saya tanggung secara pribadi. Jika ada penginapan di sekitar tempat pengajian kami akan menginap disitu dan tidak perlu disediakan tempat khusus.

Di sini saya tahu panitia ada yang dilema. Nggak diiyakan nggak enak, diiyakan lebih nggak enak lagi dianggaran. Kan malu ngundang kiyai tapi hotel bayar sendiri. Ah, ribet banget kiyai satu ini. Nanti untuk berikutnya nggak usah diundang lagi..

Emang alasan apa saya selalu bawa-bawa istri ? Kamu nanyee ? Antum masih bertanya ???

3. Jika pengajian berada di luar jangkauan kendaraan darat, maka saya tetap akan mengajak keluarga. Tiket dan kebutuhan tambahan tidak pernah saya bebankan ke panitia. Jika kemudian tiba- tiba digantiin, itu lain cerita ya...

Tapi kalau panitia tidak mengizinkan, saya akan menerima karena memaklumi adanya. Hanya biasanya durasi waktu yang akan saya minta untuk pangkas. Kalau waktu hingga sebulan terus saya disuruh menjomblo sebegitu lama, sorry langsung saya tolak. 

Nabi ï·º saja berangkat perang bawa istri, masa cuma sekelas kiyai suruh pisah lama sama istri. Ampun.

Tapi ustadz lain bisa dan biasa aja koq. Masa kiyai nggak bisa. Ya udah ustadz lain aja. Kan memang nggak harus saya penceramahnya...

4. Yang selanjutnya saya tidak mau tema atau judul pengajian yang diatur-atur oleh panitia. Tema dan isi kajian harus dari saya. Minimal diberi hak usul. Karena logikanya yang "dokter" itu saya, bukan panitianya.

Dimanapun dalam dunia pengobatan, logis yang menulis, menganjurkan resep dalam pengobatan itu bukan pasien, bukan pula ormas yang sedang mengadakan pengobatan gratis, tapi dokternya.

Panitia boleh saja mengusulkan tema, tapi sebaiknya jangan lompat pagar mengatur ceramah para mubalighnya. Kenapa ? Terlalu panjang jika saya ulas di sini. 

Satu saja ya. Diantaranya karena kemampuan ustadz itu terbatas, juga speclsialisasi kiyai itu juga berbeda-beda satu sama lainnya.

Kebayang ustadz dengan spesialisasi fiqih, disuruh membahas kajian dengan tema "manajemen hati dalam tinjauan tashawuf di tengah zaman modern". Hah, Appaaa ? (Bacanya sambil bayangin tuh wajah anak berbaju merah)

Belum lagi kadang panitia bawa-bawa bahasa perusahaan yang sepintas keren tapi sukses bikin mubaligh puyeng : "Ketekunan beragama dalam kaitannya dengan kedisiplinan dan peningkatan etos kerja" ajib.

Kalau sudah begini saya hampir yakin, kebanyakan da'i pas ceramah pasti srempet sana srempet sini. Persis seperti jurus bus kopaja jurusan Bekasi - Semanggi.

5. Ini yang termasuk paling esensi. Jangan pernah bicarakan tarif ketika ngundang saya. Zaman gini antum masih bicara amplop ? Bukannya bisa ditransfer

Maaf bercanda. Gini seriusnya : Jadi panitia itu yang peka. Jika tidak mampu, beri saja seadanya sebagai hadiah, bukan upah. Insyaallah ustadz itu pada umumnya jenis makhluk yang lebih tahu diri. Beda cerita kalau artis nyamar jadi ustadz, atau ustadz yang sudah jadi artis.

Sebaliknya, jika punya kemampuan berlebih untuk apa coba pelit dengan ustadz dan kiyai ? Saldo masjid atau anggaran pengajian itu sudah saatnya disalurkan ke yang lebih besar manfaatnya.

Kapan lagi mau buat bahagia para ahli ilmu jika bukan saat moment memberi bantuan sebagai bentuk hadiah yang membahagiakan mereka. 

Ustadz dan kiyai itu kalau punya uang berlebih, saya yakin yang dipikirkan adalah menambah bangunan kamar atau WC untuk santrinya.

Atau kalau tidak untuk menambah beli kitab lagi demi meluaskan referensi. Masa iya ceramah bab aqidah, fiqih, sirah, hadits, tasawuf, tafsir hingga masalah bumi bulat vs datar rujukannya cuma Riyadhussalihin sih.

Saya belum pernah dengar ada kiyai sepulang pengajian amplopnya tebal terus dipakai untuk kawin lagi atau ganti mobil keluaran terkini ?

Ehmm, tapi ada nggak ya kira-kira ? Ya mana saya tahu. Saya kan cuma bilang tidak pernah dengar. Mungkin juga ada. Yang merasa, tolong sini kiyainya menyerahkan diri...

Adapun saya alhamdulillah, Ar Razzaq telah mengucurkan rezeki yang cukup untuk menghidupi keluarga lewat berdagang. Ada sisanya cukuplah juga membiayai sekian ratus santri.

Meski saya kadang suka bermimpi, andai saya punya kenalan seorang dermawan seperti Nidzamul Mulk atau Fatimah al Fihri, lalu saya suruh dia untuk ngurusi pondok. Tentu saya bisa mulai berfikir untuk nambah lagi............... koleksi kitab di lemari.

Semoga ada manfaatnya.

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post