Skip to main content

𝗡𝗔𝗕𝗜 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗗𝗜𝗦𝗘𝗣𝗔𝗞𝗔𝗧𝗜 𝗠𝗔𝗦𝗜𝗛 𝗛𝗜𝗗𝗨𝗣 𝗛𝗜𝗡𝗚𝗚𝗔 𝗞𝗜𝗡𝗜



𝗡𝗔𝗕𝗜 𝗬𝗔𝗡𝗚 𝗗𝗜𝗦𝗘𝗣𝗔𝗞𝗔𝗧𝗜 𝗠𝗔𝗦𝗜𝗛 𝗛𝗜𝗗𝗨𝗣 𝗛𝗜𝗡𝗚𝗚𝗔 𝗞𝗜𝗡𝗜


Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Ada empat nabi Allah yang sering disebut mereka masih hidup hingga hari ini. Maksud hidup di sini adalah belum pernah merasakan atau bertemu dengan kematian. Keempatnya itu adalah : Idris, Ilyas, Khidir dan Isa ‘alaihimussalam. Imam al Baghawi rahimahullah berkata :

وقالوا: أربعة من الأنبياء في الأحياء اثنان في الأرض: الخضر وإلياس واثنان في السماء: إدريس وعيسى

“Dan mereka mengatakan : ada empat dari para nabi yang masih hidup, dua di bumi yakni : Khidir dan Ilyas dan duanya lagi di langit yakni : Idris dan Isa.”[1]

Namun dari ke empat nabi tersebut, yang benar-benar secara meyakinkan dan disepakati oleh para ulama masih hidup hanyalah Isa bin Maryam. Adapun selain beliau ada yang diperdebatkan bahkan ada yang dianggap dalil akan kehidupannya hingga hari ini tidak bisa diterima.
Insyallah kita akan bahas nanti tentang nabi Khidir, Idris dan Ilyas, kali ini kita akan membahas terlebih dahulu sosok nabi yang disepakati masih hidup yakni nabi Isa ‘alaihissalam.

Berkata al imam Thabari rahimahullah:
قال الحسن: قال رسول الله لليهود: إن ‌عيسى ‌لم ‌يمت، وإنه راجع إليكم قبل يوم القيامة
“Dan berkata al Hasan : Bersabda Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam kepada orang-orang Yahudi : ‘ Sesungguhnya Isa tidak mati, dan sungguh ia akan kembali kepada kalian sebelum terjadinya hari kiamat.”[2]

Berkata Ibnu Athiyah rahimahullah :
أجمعت الأمة على ما تضمنه الحديث المتواتر من أن عيسى في السماء حي، وأنه سينزل في آخر الزمان فيقتل الخنزير ويكسر الصليب ويقتل الدجال ويفيض العدل وتظهر به الملة – ملة محمد صلى الله عليه وسلم – ويحج البيت ويبقى في الأرض أربعا وعشرين سنة وقيل أربعين سنة

“Umat Islam sepakat terhadap makna yang disebutkan dalam banyak hadits yang mutawatir, bahwa nabi Isa berada di langit, masih hidup. Dia akan turun di akhir zaman, membunuh babi, mematahkan salib, membunuh Dajjal, memenuhi bumi dengan keadilan, dan agama Muhammad shallallahu‘alaihi wasallam menjadi menang. Beliau juga berhaji ke ka’bah, dan tinggal di muka bumi selama 24 tahun. Ada yang mengatakan selama 40 tahun.”[3]

Berkata al Imam Ibnu Katsir rahimahullah :

ومن خصائصه ‌أنه ‌لم ‌يمت، وهو حي الآن بجسده في السماء الدنيا. وسينزل قبل يوم القيامة على المنارة البيضاء الشرقية بدمشق، فيملأ الأرض قسطا وعدلا، كما ملئت جورا وظلما، ويحكم بهذه الشريعة المحمدية، ثم يموت ويدفن بالحجرة النبوية

“Dan termasuk dari kekhususannya (nabi Isa) bahwa ia tidaklah mati. Dia hidup hingga hari ini di langit dunia. Nanti akan turun sebelum berdirinya hari kiamat di menara putih sebelah timur Damasqus.
Dan akan memenuhi bumi dengan kemakmuran dan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi kejahatan dan kedzaliman. Ia akan menegakkan hukum syariat Muhammad. Lalu kemudian wafat dan dimakamkan di kamar kenabian.”[4]

Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullah:

بل رفعه الله إليه يبين أنه رفع بدنه وروحه كما ثبت في الصحيح أنه ينزل بدنه وروحه

“Akan tetapi Allah mengangkatnya. Ayat ini menerangkan bahwa ia diangkat badan beserta ruhnya sebagaimana telah kuat diterangkan dalam hadits shahih bahwa dia juga nanti akan turun badan dan ruhnya sekaligus.”[5]

Keterangan yang sama dapat kita temukan di hampir semua kitab yang membahas tentang tema ini, terkhusus lagi kitab-kitab tafsir yang mengurai firman Allah ta’ala di surah an Nisa ayat 157 dan 158.

𝗗𝗮𝗹𝗶𝗹𝗻𝘆𝗮 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗴𝘂𝗻𝗮𝗸𝗮𝗻.

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِيناً . بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ

Karena ucapan mereka (orang Yahudi): “Sesungguhnya kami telah membunuh al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” “Tetapi Allah mengangkatnya...” (QS. An Nisa : 157-158)

𝙇𝙖𝙡𝙪 𝙗𝙖𝙜𝙖𝙞𝙢𝙖𝙣𝙖 𝙙𝙚𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙖𝙮𝙖𝙩 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙗𝙪𝙩 𝙠𝙖𝙩𝙖 “𝙬𝙖𝙛𝙖𝙩” 𝙩𝙚𝙣𝙩𝙖𝙣𝙜 𝙄𝙨𝙖 ?
Allah ta’ala berfirman :

يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا

"Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikanmu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir...” (QS. Ali Imran : 55)
Para ulama tafsir telah menjelaskan makna kata “wafat” pada ayat tersebut. Mari kita simak versi penjelasan dari imam ath Thabari rahimahullah :

ثم اختلف أهل التأويل في معنى"الوفاة" التي ذكرها الله عز وجل في هذه الآية.... وقال آخرون: معنى ذلك: إني قابضك من الأرض، فرافعك إليّ. وقال آخرون: معنى ذلك:... ومتوفيك بعد إنزالي إياك إلى الدنيا. وقال: هذا من المقدم الذي معناه التأخير

“Para ulama berbeda pendapat dalam menjelaskan makna “wafat” yang disebutkan oleh Allah di ayat tersebut. Sebagian ulama mengatakan : Itu bermakna tidur. Sebagiannya lagi berpendapat bahwa maknanya adalah diambil dari dunia dan diangkat kepadaKu (Allah).

Sedangkan sebagian ulama yang lainnya berpendapat : Dimatikan setelah diturunkan ke dunia lagi. Artinya : Mati di sini peristiwa nanti (di akhir) tapi disampaikan di awal.”[6]

𝗣𝗲𝗻𝗱𝗮𝗽𝗮𝘁 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗲𝗱𝗮 𝗱𝗲𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗷𝘂𝗺𝗵𝘂𝗿
Sedangkan sebagian ulama ada yang menukilkan pendapat yang dinisbahkan kepada Ibnu Abbas radhiayallahu’anhu bahwa nabi Isa ‘alaihissalam sebenarnya telah wafat. Ibnu Katsir berkata :

وقال العوفي عن ابن عباس في قوله " ورفعناه مكانا عليا: رفع إلى السماء السادسة فمات بها، وهكذا قال الضحاك

“Dan berkata al ‘Aufi dari Ibnu Abbas ketika menjelaskan firman ‘Dan kami angkat dia ke tempat yang tinggi’ dia diangkat ke langit ke tujuh dan meninggal di sana. Pendapat ini juga yang dinyatakan oleh adh Dhahak.”[7]
📜Wallahu a’lam.
___________
[1] Tafsir al Baghawi (5/239).
[2] Tafsir ath Thabari (5/448).
[3] Al Muharar al Wajiz (1/429).
[4] Bidayah wa Nihayah (9/390)
[5] Majmu’ Fatawa (4/323)
[6] Tafsir ath Thabari (6/455-458
[7] Qashas al Anbiya (1/73)

Comments