By: Purnawan EA
Selama ini masyarakat lebih percaya bahwa pedang hukum *hanya tajam kebawah* bahkan lebih meyakini bahwa pedang hukum di negeri ini *tumpul keatas*
Keberanian Barada E untuk menjadi Justice Collaborator harus dapat acungan jempol sebagai Pahlawan hukum di Indonesia. Barada E berani bersaksi melawan Jenderal Polisi.
Tentu sangat berat baginya untuk membuka aib sang Jenderal.
Seandainya ia tetap kukuh pada skenario sang Jenderal, mungkin karirnya di Kepolisian juga akan moncer. Ia tidak memilih jalur sesat yang manis ini. Demi kebenaran dan kejujuran ia berani bersaksi sekaligus menerima konsekwensi hukum *sebagai terpidana.
* Andaikata Barada E tidak jadi Justice Collaborator tetapi tetap menjalankan skenario jahat FS, maka kejahatan keji kepada Brigradir Nofriansyah Yosua Hutabarat akan terkunci rapat dan Almarhum Yosua akan terfitnah secara abadi sebagai:
(1) Pemerkosa PC
(2) Polisi pengecut yang menembak polisi lain demi untuk menyelamatkan diri.
Cacat cela berat ini akan jadi nisan aib almarhum Brigadir Yosua dan keluarga besarnya.
Jadi *jasa* Barada E tidak hanya menajamkan pedang hukum keatas tetapi juga menepis skenario keji yang memfitnah Almarhum Yosua Hutabarat. Persembahan Barada E ini merupakan karunia tidak ternilai bagi dunia hukum di Indonesia, sekaligus karunia bagi Polri sehingga memiliki kesempatan untuk memperbaiki citranya.
Polri juga harus bangga bahwa telah memiliki seorang anggota dengan pangkat terendah tetapi penuh tanggung-jawab, jujur menyampaikan kebenaran.
Barada E juga membuktikan bahwa seorang polisi dengan pangkat terendah mampu menguak Obstraction of Justice yang selama ini dijadikan *mata dagangan oknum pejabat Polri untuk jual perkara dan memperkaya diri*
Barada E adalah seorang Pemuda cerdas dan teguh, *walau sangat sial,* tetapi juga penuh tanggung jawab.
Di dalam sidang pengadilan ia tegas menyatakan :
(1) Saya akan menggunakan kesempatan terakhir ini untuk membela Bang Yos (dari skenario jahat FS)
(2) Menyesali perbuatannya telah menghilangkan nyawa Bang Yos. Walau sebetulnya tindakan penembakan ini diluar kemauannya.
Seorang Barada *hanya* dididik untuk menjalankan perintah atasan, tidak dididik untuk mempertanyakan perintah atasan, apalagi menolak perintah atasan.
(3) Sekalipun ada kemungkinan (pasal 51KUHP) untuk bebas dari jerat hukum pidana tetapi Barada E hanya meminta *keringanan hukuman* saja.
Artinya ia siap menebusnya melalui penjara.
Semoga masyarakat Indonesia selalu ingat bahwa negara ini telah dikaruniai *seorang pemuda dan polisi pangkat terendah tetapi telah berhasil mengasah pedang hukum menjadi tajam keatas*
Saya berdoa agar Richard Eliezer Pudihang Lumiu, pemuda lurus hati yang sial ini, dibebaskan dari jerat hukum yang sebetulnya tetap ingin dijalaninya.
Ia masih punya jalan hidup yang panjang untuk mengabdi pada Bangsa dan Negara.
*Richard Eliezer, Pemuda Baik Yang Terjebak Dalam Skenario Licik*
Richard Eliezer sejak kecil selalu berdoa dibalik pintu sebelum melangkah keluar rumah. Selalu berdoa sebelum melakukan sesuatu yang berat, seperti ulangan, ujian dan test untuk diterima jadi anggota Brimob Selalu jujur dalam berkata-kata karena merasa selalu dalam pengawasan Tuhan.
Papa dan Mamanya mencintai dan membanggakannya, dan selalu menekankan agar berkata jujur dan tidak bohong. Akhirnya ia diterima menjadi anggota Brimob walau dengan pangkat terendah. Ia bangga, orangtuanya lebih bangga. Polisi Muda yang baik ini tiba² tercebur dalam skenario licik.... harus menembak rekan yang dianggap abang dan terlebih lagi *harus bohong kepada semua orang termasuk bohong pada papa mama yang sungguh dicintainya*
Kebohongannya kandas, lumer ketika dalam pelukan mama dan papanya
Lalu ia memutuskan untuk jadi _Justice Collaborator._
Membuka kotak Pandora dari skenario licik.
Bangsa Indonesia kehilangan
Seorang Polisi baik. Richard kehilangan karir kebanggaan sebagai anggota Brimob Ayah ibunya selalu menangis bila melihat seragam Brimob yang tidak bisa disandang anak kebanggaan mereka.
Sebuah skenario licik telah merampasnya dari semua impian indah dan bajik. Tapi kemudian, dihadapan sidang pengadilan dan keluarga Yosua, ia berikrar *akan membela Bang Yos yang ditembaknya, dengan mengungkap fakta sejujur-jujurnya*
Kita boleh berduka kehilangan seorang polisi muda yang baik tetapi kita juga boleh bangga ada _mantan polisi belia_ yang tetap membela kebenaran melalui kejujuran hati.
Richard Eliezer sejak kecil selalu berdoa dibalik pintu sebelum melangkah keluar rumah.
Selalu berdoa sebelum melakukan sesuatu yang berat, seperti ulangan, ujian dan test untuk diterima jadi anggota Brimob Selalu jujur dalam berkata-kata karena merasa selalu dalam pengawasan Tuhan.
Papa dan Mamanya mencintai dan membanggakannya, dan selalu menekankan agar berkata jujur dan tidak bohong. Akhirnya ia diterima menjadi anggota Brimob walau dengan pangkat terendah. Ia bangga, orangtuanya lebih bangga. Polisi Muda yang baik ini tiba² tercebur dalam skenario licik.... harus menembak rekan yang dianggap abang dan terlebih lagi *harus bohong kepada semua orang termasuk bohong pada papa mama yang sungguh dicintainya*
Kebohongannya kandas, lumer ketika dalam pelukan mama dan papanya
Lalu ia memutuskan untuk jadi _Justice Collaborator._
Membuka kotak Pandora dari skenario licik.
Bangsa Indonesia kehilangan
Seorang Polisi baik.
Richard kehilangan karir kebanggaan sebagai anggota Brimob
Ayah ibunya selalu menangis bila melihat seragam Brimob yang tidak bisa disandang anak kebanggaan mereka. Sebuah skenario licik telah merampasnya dari semua impian indah dan bajik. Tapi kemudian, dihadapan sidang pengadilan dan keluarga Yosua, ia berikrar *akan membela Bang Yos yang ditembaknya, dengan mengungkap fakta sejujur-jujurnya*
Kita boleh berduka kehilangan seorang polisi muda yang baik tetapi kita juga boleh bangga ada _mantan polisi belia_ yang tetap membela kebenaran melalui kejujuran hati.
_Purnawan EA_
Comments