Perbeda'an Antara Hajar Aswad Dengan Batu Nisan

Perbeda'an Antara Hajar Aswad Dengan Batu Nisan


Sesungguhnya hajar aswad adalah dari bebatuan surga. Sa'at Allah Ta'ala memerintah Ibrahim 'alaihissalam untuk membangun Ka'bah, maka dia pun bergegas untuk meninggikan pondasi bangunan Ka'bah. Kemudian Ibrahim 'alaihissalam meminta putranya, Isma'il 'alaihissallam mencarikan sebuah batu yang nantinya akan menjadi tanda awal thawaf.

Maka sa'at Isma'il mulai mencari, dia tidak menemukan. Lalu dia kembali kepada ayahandanya tanpa membawa batu. Maka Allah Ta'ala turunkan bersama Jibril 'laihissalam sebuah batu dari surga yang sekarang berada pada tempatnya hingga hari ini.

Hajar aswad terdapat di rukun (pojok Ka'bah) sebelah selatan timur di bagian luar Ka'bah. Keberada'annya sebagai tanda dimulai dan berakhirnya sebuah putaran thawaf, dan dengannyalah putaran thawaf menjadi sempurna.

Kaum muslimin sa'at mencium hajar aswad, mereka melakukannya hanya karena mengikuti Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang telah memerintahkan kita untuk mencontoh manasik hajinya, bukan karena menyembah hajar aswad, dan tidak pula sujud kepadanya.

Kaum muslimin tidak menjadikannya perantara dari permohonan mereka kepada Allah Ta'ala. Dan kaum muslimin tidak beranggapan bahwa hajar aswad bisa mendatangkan madharat (bahaya) dan manfa'at selain Allah Ta'ala.

Sesungguhnya mencium hajar aswad bukanlah sebuah syarat, tidak pula sebuah kewajiban atas kaum muslimin.

Khalifah Umar bin Khaththab Radhiallahu 'anhu, sa'at dia thawaf di sekitar Ka'bah dan datang pada hajar aswad, dia berkata :

إِنِّيْ أَعْلَمُ أَنَّكِ حَجَرٌ لاَ تَضُرُّ وَلاَ تَنْفَعُ، وَلَوْلاَ أَنِّيْ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكِ مَا قَبَّلْتُكِ

"Sesungguhnya aku tahu bahwa engkau adalau sebuah batu yang tidak bisa mendatangkan madharat, dan tidak bisa memberikan manfa'at, seandainya saja aku tidak melihat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menciummu, maka aku tidak akan pernah menciummu".

Sesungguhnya perkata'an khalifah ini adalah sebuah ketetapan yang menguatkan sebuah aqidah (keyakinan) yang sangat penting, yaitu bahwa umat Islam tidak menyembah batu dan tidak menyentuhnya agar mengangkat madharat atau memberikan manfa'at, tidak juga berdo'a kepadanya.

Umat Islam menciumnya hanya karena Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menciumnya. Ini adalah sebuah penjelasan dari Khalifah Umar Radhiallahu 'anhu kepada umat Islam, serta sebagai pelajaran sekaligus nasihat yang dalam dari pelajaran aqidah yang shahih, dan sebagai bentuk ittiba' (mengikut) Rasul shallallahu 'alaihi wasallam.

Semoga yang sedikit ini mudah dipahami dan bermanfa'at untuk kita semua. Dan hanya kepada Allah Ta'ala kita mohon taufik dan hidayah-Nya

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post