MELINDUNGI DIRI DAN ORANG TERDEKAT DARI PENYAKIT AIN YANG MEMATIKAN
Secara manusiawi memiliki banyak pengikut, fans, santri atau murid adalah suatu yang membanggakan hingga tak ayal jika banyak orang yang merasa ujub dan lupa daratan. Mereka tidak sadar bahwa rasa ujub dan kebanggaannya akan berakibat fatal pada diri dan orang terdekatnya alias akan mengundang penyakit 'Ain.
Rasulullah ﷺ sendiri telah mengingatkan pada umatnya akan kebenaran dan bahaya penyakit yang satu ini. Beliua bersabda:
الْعَيْنُ حَقٌّ وَلَوْ كَانَ شَىْءٌ سَابَقَ الْقَدَرَ سَبَقَتْهُ الْعَيْنُ
“'Ain itu nyata (Haq), kalau saja ada sesuatu yang mendahului takdir, niscaya ‘ain akan mendahuluinya” (HR Muslim).
أكثرُ مَن يموت بعدَ قضاءِ اللهِ وقَدَرِهِ بالعينِ
“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah 'Ain” (HR. Al-Bazzar).
‘Ain sendiri diartikan oleh para ulama dengan berbagai pengertian sebagai berikut:
والعين نظر باستحسان مشوب بحسد من خبيث الطبع يحصل للمنظور منه ضرر
"Ain adalah pandangan kagum atau takjub disertai dengan rasa iri dengki dari seseorang yang memiliki tabiat buruk yang mengakibatkan adanya bahaya pada orang yang dilihatnya”.
وهي النظر إلى شئ على غلة واستحسانه والحسد عليه من غير ذكر الله
“Ain adalah pandangan pada sesuatu dalam keadaan lalai dengan rasa kagum kepadanya atau rasa dengki tanpa disertai berdzikir kepada Allah”.
Al-Imam Abu Muhammad al-Qadhi Husain dari kalangan Ashabina (para pengikut madzhab asy-Syafi'i)—𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒓𝒂𝒉𝒎𝒂𝒕 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 ﷻ 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂—dalam kitabnya yang bernama at-Ta'liq fi al-Madzhab yang dikutip al-Imam an-Nawawi dalam kitab al-Adzkarnya mengisahkan:
نظر بعض الأنبياء صلوات الله وسلامه عليهم أجمعين إلى قومه يوما فاستكثرهم وأعجبوه، فمات منهم فى ساعة سبعون ألفا، فأ وحى الله سبحانه وتعالى إليه : أنك عنتهم، ولو أنك إذعنتهم حصنتهم لم يهلكوا ، قال : وبأي شيء أحصنهم ؟ فأوحى الله تعالى إليه : تقول : حصنتكم بالحيى القيوم الذي لايموت أبدا ، ودفعت عنكم السوء بلاحول ولاقوة إلا بالله العلى العظيم. قال المعلق عن القاضى حسين : وكان عادة القاضى رحمه الله إذا نظر إلى أصحابه فأعجبهم سمتهم وحسن حالهم ، حصنهم بهذا المذكور. والله أعلم.
Ada sebagian para Nabi—𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒓𝒂𝒉𝒎𝒂𝒕 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉 ﷻ 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒎-𝑵𝒚𝒂 𝒂𝒕𝒂𝒔 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂—pada suatu hari ia melihat kaumnya yang begitu sehingga menakjubkan dirinya. Maka dalam sekejap, sebanyak tujuh puluh ribu orang dari kaumnya meninggal dunia. Kemudian Allah ﷻ mewahyukan kepadanya;
"Engkau telah membuat mereka terkena penyakit ain. Andaikan engkau melindungi mereka dari penyakit ain, tentu mereka tidak akan binasa."
Ia lantas bertanya; "Dengan apa aku bisa melindungi mereka?"
Kemudian Allah ﷻ mewahyukan kepadanya; "Hendaknya kamu berdoa (dengan doa ini);
حَصَّنْتُكُمْ بِاْلحَيِّ اْلقَيُّوْمِ الذِيْ لَا يَمُوْتُ أَبَدًا وَدَفَعْتُ عَنْكُمُ السُّوْءَ بِلاَ حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّه ِاْلعَلِيَّ اْلعَظِيْمِ.
Artinya: "Aku melindungi kalian dengan Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri Sendiri, yang tidak akan mati selamanya. Dan aku menolak keburukan dari kalian dengan kalimat ‘Laa hawla walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adziim. (Tidak ada daya dan kekuatan kecuali oleh Allah)."
Syaikh Abu Bakar Syatha menambahkan;
ينبغي للانسان إذا رأى نفسه سليمة وأحواله مستقيمة أن يقول ذلك ولو في نفسه. وكذلك ينبغي للشيخ إذا استكثر تلامذته أو استحسن حالهم أن يقول ذلك، ومثله الوالد في ولده.
"Sayogya bagi seseorang, jika ia memandang dirinya selamat dan keadaanya tenteram santosa membaca doa tersebut meski dibaca dalam hatinya. Begitu juga disarankan membaca doa tersebut bagi seorang guru, jika ia merasa memiliki banyak murid atau menganggap baik keadaan mereka serta orang tua pada anaknya. Selain doa di atas beliau menambahkan doa berikut:
بِاسْمِ اللّٰهِ مَاشَاءَ اللّٰهُ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللّٰهِ اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَلَا تَضُرَّهُ
Dengan menyebut nama Allah, apa saja yang dikehendaki oleh Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali oleh Allah. Ya Allah, turunkan keberkah