IMAM BAIHAQI YANG TAK MAU MEMBUAT MADZHAB SENDIRI

IMAM BAIHAQI YANG TAK MAU MEMBUAT MADZHAB SENDIRI



Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq


Imam Baihaqi rahimahullah bernama asli Ahmad bin Husain adalah ulama yang memiliki ilmu yang sangat luas khususnya dalam fiqih, ushul fiqh dan ilmu hadits.


Bergelar al faqih, syaikhul Islam dan dalam hadits ia telah mencapai derajat hafidz,


[1] dalam fiqih fatwa-fatwa dan bahasan fiqihnya dikenal luas bernas dan mampu membungkam lawan-lawan diskusinya. Sebagian ulama ketika menyebutkan biografinya setelah menggambarkan keshalihan sang imam ada yang mengatakan ia adalah gunung dari gunung-gunung ilmu. Juga disebut sebagai tali Allah karena dengan kecerdasannya telah banyak berhasil menjembatani perbedaan pemikiran antar madzhab.


[2] Imam Baihaqi sangat produktif dalam membuat karya tulis Yang menurut beberapa riwayat ada yang menyebutkan karya beliau mencapai 1000 buah karya, sebagiannya telah tercetak dan populer.

Abdul Ghafir bin Ismail rahimahullah berkata :

وتواليفه تقارب ألف جزء مما لم يسبقه إليه أحد

“Tulisannya mendekati seribu karya, yang mana belum ada satu orang pun yang pernah mendahului dirinya dengan karya sebanyak itu.”


[3] Dalam ilmu fiqih, yang membedakan imam Baihaqi dari ulama lainnya adalah bahasannya yang mendalam terhadap pendapat-pendapat yang ada dalam fiqih madzhab.

Bukan tidak ada ulama yang mengkaji secara serius masalah khilafiyah di masanya atau di masa sebelumnya, namun yang ia lakukan benar-benar lebih teliti dan mendetail. Siapapun yang membaca karya-karya dari al imam Baihaqi pasti akan merasakan hal ini.

Beliau sendiri rahimahullah pernah berkata :


‌وقد ‌قابلت ‌بتوفيق ‌اللَّهِ ‌تعالى ‌أقوال ‌كل ‌واحد ‌منهم -‌بمبلغ ‌علمى- من كتاب اللَّهِ تعالى ثم بما جمعت من السنن والآثار في الفرائض والنوافل في الحلال والحرام والحدود والأحكام، فوجدت الشافعي رحمه اللَّهِ أكثرهم اتباعا، وأقواهم احتجاجا، وأصحهم قياسا، وأوضحهم إرشادا، وذلك فيما صنف من الكتب القديمة والجديدة في الأصول والفروع، وبأبين بيان وأفصح لسان.


“Berkat taufiq dari Allah Ta’ala aku telah membandingkan ijtihad-ijtihad masing-masing para imam madzhab yang ada, sejauh pengetahuanku terhadap Kitabullah azza wajalla dan juga sejauh pengetahuanku terhadap hadits-hadits dan atsar yang aku kumpulkan terkait hal-hal wajib, sunnah, halal, haram, batasan dan hukum.


Ternyata kudapati Asy Syafi’i rahimahullah yang paling mengikuti (al Qur’an dan Sunnah), yang paling kuat hujjahnya, yang paling sahih qiyasnya, dan paling jelas bimbingannya.

Hal itu bisa ditemukan pada kitab-kitab yang beliau karang, baik yang lama maupun yang baru, dalam ushul maupun furu’ yang dijelaskan beliau dengan penjelasan paling gamblang dan yang paling fasih bahasanya.”


[4] Karena ilmunya yang mendalam, kaidah-kaidah yang ia bangun dan pengetahuannya yang luas dalam masalah khilaf, sebagian ulama berpendapat bahwa al imam Baihaqi sebenarnya sudah sangat layak jika ia mau membuat madzhab fiqih sendiri. Imam Adz Dzahabi rahimahullah berkata :


ولو ‌شاء ‌البيهقي ‌أن ‌يعمل ‌لنفسه مذهبا يجتهد فيه؛ لكان قادرا على ذلك، لسعة علومه، ومعرفته بالاختلاف ولهذا تراه يلوح بنصر مسائل مما صح فيها الحديث


“Seandainya Baihaqi mau membuat sendiri madzhab dengan ijtihad-ijtihadnya, niscaya dia mampu melakukannya karena keluasan ilmunya dan pengetahuannya terhadap ikhtilaf. Dan anda semua akan melihat hal itu juga ada pada permasalahan-permasalahan yang dibahasnya didukung oleh hadits sahih.”


[5] Tidak ada yang menghalangi beliau untuk membuat madzhab sendiri kecuali karena ketawadhu’annya dan beliau melihat bahwa maslahat yang lebih besar adalah dengan mengikuti madzhab yang sudah ada.

Ibnu Khalikan berkata :

كان من أكثر الناس نصرًا لمذهب الشافعي

Beliau adalah orang yang paling banyak menolong (membela dan menyebarluaskan) madzhab Syafi’i.”


[6] Dan imam Al Haramain berkata tentangnya :

‌ما ‌من ‌فقيه ‌شافعي ‌إلا ‌وللشافعي ‌عليه ‌منة إلا أبا بكر البيهقي، فإن المنة له على الشافعي لتصانيفه في نصرة مذهبه

“Tidak ada ulama madzhab Syafi’i kecuali pasti imam Asy Syafi’i telah berjasa padanya. Kecuali Al Baihaqi. Beliaulah yang berjasa kepada imam Syafi’i karena karya-karyanya yang menolong madzhab dan pendapat-pendapatnya.”[7]

Muhammad bin Abdul Aziz berkata :

رأيت في المنام كأن تابوتا علا في السماء يعلوه نور. فقلت: ما هذا؟ قال: هذه تصنيفات أحمد البيهقي

“Aku melihat dalam mimpiku adanya peti bercahaya yang melayang di langit. Maka aku bertanya : Apa ini. Ada yang berkata : ‘Ini adalah karya-karya Ahmad al Baihaqi.”[8]

Dari beliau paling tidak kita belajar satu hal : Meski mampu jika dipandang tidak perlu maka tidak usah membuat pendapat baru.

Hendaknya kita yang fakir ilmu ini merasa malu, tak punya kemampuan apapun tapi sering kebelet berfatwa dan suka jadi mufti karbitan.

📜Wallahu a'lam. 

[1] Siyar A’lam Nubala (18/163)
[2] Tabaqat Asy Syafi’iyyah (2/162).
[3] Siyar A’lam Nubala (18/167).
[4] Sunan al Kubra hal. 43
[5] Siyar A’lam Nubala (13/365)
[6] Silsilatun Naqi hal. 38
[7] Al Muhadzab fi Ikhtishari Sunan al Kubra hal. 10
[8] Siyar A’lam Nubala (18/168)

Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post