KEPUTUSAN PENTING CEPAT PADA KONDISI GENTING KEADAAN DARURAT
“Khalid, di mana Khalid ibn Walid? …. Khalid, pegang panji ini,” teriak sahabat Khabbab bin Arats di tengah kecamuk Perang Mu’tah.
“Tidak. Jangan begitu. Engkau lebih pantas, karena engkau adalah ahli Badar,” jawab Khalid. Pada waktu itu, Khalid memang baru masuk Islam.
“Aku mengambil panji ini dari Abdullah bin Ruwahah yang syahid untuk aku berikan padamu. Tidak ada yang lebih pantas memimpin pasukan ini selain dirimu.”
Demikianlah akhirnya panji-panji pasukan Muslimin itu dibawa oleh Khalid ibn Walid.
Ia memimpin 3.000 pasukan melawan 200.000 legiun Romawi yang dibantu pasukan kerajaan arab Nasrasi Ghasasinah dari negeri Syam.
Tanggung jawab berat ada di pundaknya, karena tiga panglima utama yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah SAW, yakni Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah telah syahid.
Dengan kejeniusannya, Sang Panglima yang belum pernah kalah sekalipun ketika memimpin perang ini lalu menyiapkan manuver.
Pasukan yang ada di belakang dipindahkan ke depan. Pasukan sayap kanan ditukar posisi dengan sayap kiri. Sehingga pasukan Romawi mengira telah datang bala bantuan dari Madinah.
Khalid bertempur dengan sangat heroik. Disebutkan, ia sampai mematahkan sembilan, ada juga yang menyebutkan tiga belas, pedangnya. Hanya tersisa satu pedang buatan Yaman yang digunakan hingga akhir pertempuran.
Perang itu pula yang membuatnya mendapat gelar mulia Sayf Allāh al-Maslūl: pedang Allah yang terhunus.
Semangat jihad kaum Muslimin yang tiada habisnya membuat Romawai akhirnya memilih meninggalkan pasukan Ghasasinah untuk bertempur sendiri melawan pasukan Muslimin.
Melihat lawan kocar-kacir, Khalid segera mengambil keputusan penting yakni memobilisasi pasukan untuk kembali ke Madinah.
Mengapa Khalid membuat keputusan untuk kembali ke Madinah? Ada amanah yang harus dipertanggung jawabkan. Pada waktu itu banyak sabahat senior yang syahid sehingga perlu konsolidasi pasukan, supaya tak makin banyak korban berjatuhan.
Perang itu berakhir imbang, namun telah meninggalkan pesan yang mendalam bagi Romawi tentang kehebatan pasukan Muslimin.
Tak semua pemimpin mampu membuat keputusan penting saat kondisi genting. Yang acap yang terjadi adalah kebijakan plin plan. Keputusan-keputusan yang terus berubah tak jelas arah, hingga membuat rakyat kebingungan.
Dari Khalid ibn Walid kita belajar, amanah harus diberikan pada orang yang tepat, supaya semua selamat..
“Khalid, di mana Khalid ibn Walid? …. Khalid, pegang panji ini,” teriak sahabat Khabbab bin Arats di tengah kecamuk Perang Mu’tah.
“Tidak. Jangan begitu. Engkau lebih pantas, karena engkau adalah ahli Badar,” jawab Khalid. Pada waktu itu, Khalid memang baru masuk Islam.
“Aku mengambil panji ini dari Abdullah bin Ruwahah yang syahid untuk aku berikan padamu. Tidak ada yang lebih pantas memimpin pasukan ini selain dirimu.”
Demikianlah akhirnya panji-panji pasukan Muslimin itu dibawa oleh Khalid ibn Walid.
Ia memimpin 3.000 pasukan melawan 200.000 legiun Romawi yang dibantu pasukan kerajaan arab Nasrasi Ghasasinah dari negeri Syam.
Tanggung jawab berat ada di pundaknya, karena tiga panglima utama yang ditunjuk langsung oleh Rasulullah SAW, yakni Zaid bin Haritsah, Ja'far bin Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah telah syahid.
Dengan kejeniusannya, Sang Panglima yang belum pernah kalah sekalipun ketika memimpin perang ini lalu menyiapkan manuver.
Pasukan yang ada di belakang dipindahkan ke depan. Pasukan sayap kanan ditukar posisi dengan sayap kiri. Sehingga pasukan Romawi mengira telah datang bala bantuan dari Madinah.
Khalid bertempur dengan sangat heroik. Disebutkan, ia sampai mematahkan sembilan, ada juga yang menyebutkan tiga belas, pedangnya. Hanya tersisa satu pedang buatan Yaman yang digunakan hingga akhir pertempuran.
Perang itu pula yang membuatnya mendapat gelar mulia Sayf Allāh al-Maslūl: pedang Allah yang terhunus.
Semangat jihad kaum Muslimin yang tiada habisnya membuat Romawai akhirnya memilih meninggalkan pasukan Ghasasinah untuk bertempur sendiri melawan pasukan Muslimin.
Melihat lawan kocar-kacir, Khalid segera mengambil keputusan penting yakni memobilisasi pasukan untuk kembali ke Madinah.
Mengapa Khalid membuat keputusan untuk kembali ke Madinah? Ada amanah yang harus dipertanggung jawabkan. Pada waktu itu banyak sabahat senior yang syahid sehingga perlu konsolidasi pasukan, supaya tak makin banyak korban berjatuhan.
Perang itu berakhir imbang, namun telah meninggalkan pesan yang mendalam bagi Romawi tentang kehebatan pasukan Muslimin.
Tak semua pemimpin mampu membuat keputusan penting saat kondisi genting. Yang acap yang terjadi adalah kebijakan plin plan. Keputusan-keput
Dari Khalid ibn Walid kita belajar, amanah harus diberikan pada orang yang tepat, supaya semua selamat..
spiritua ai, religius, adsense, google, youtube,
CEPAT
GENTING
KEADAAN DARURAT
KEPUTUSAN
KONDISI
PENTING