AMALAN REBO WEKASAN

AMALAN REBO WEKASAN




(Tulisan tahun lalu, diposting ulang untuk dijadikan panduan sekaligus pengingat akan waktunya mengamalkan)

Disekitaran bulan november tahun 2018 lalu, saya pernah mengulas sedikit tentang rebo wekasan. Didalam tulisan tersebut, saya menulis tentang amalan baik yang tidak semua orang mau, atau setuju tentang amalan ini. 


Namun sekali lagi saya tekankan, bahwa memang kita tidak akan pernah bisa memuaskan semua orang. Maka sudah selayaknya bila ada perbedaan pendapat dalam setiap hal. Asalkan bukan dalam masalah pokok agama, maka perbedaan pendapat adalah sebenar-benarnya rahmat bagi umat.


Rebo wekasan adalah hari rabu terakhir dibulan shafar, sebagaimana arti wekasan yang artinya pungkasan atau akhiran. Dalam budaya jawa, istilah rebo wekasan sangat identik dengan hari dimana diturunkannya bala’. Maka, untuk menolaknya, atau lebih tepatnya untuk menangkal hal tersebut, kita diajarkan oleh para sesepuh dahulu untuk berbuat baik. Seperti shodaqoh, atau melakukan hal-hal baik lainnya. Karena kita umat islam, terutama yang diajarkan sebagai usaha menolak bala’ adalah dengan berdoa meminta perlindungan. Dan cara berdoa paling utama adalah dengan melakukan sholat.


Budaya rebo wekasan sendiri ternyata tidak murni dari jawa, karena sudah diterangkan oleh Syekh al kamil Fariduddin dalam kitab jawahirul khumus: “Disetiap tahun Allah menurunkan 320.000 bala’ yang kesemuanya dijatuhkan pada hari rabu terakhir dibulan shofar, maka hari tersebut menjadi hari tergenting disepanjang tahun. Barang siapa melakukan sholat empat rokaat(sholat rebo wekasan) insyaallah diselamatkan dari semua bala’ itu hingga akhir tahun”. Keterangan ini juga yang banyak dinuqil oleh kiai-kiai sepuh yang saya kenal didunia pesantren.


Bapak saya sendiri juga menuqil dawuh ini sebagai dasar amalan rebo wekasan. Beliau mengikuti apa yang diajarkan oleh kiainya, yaitu allahu yarham yai ahmadi ketika dipondok Kencong dulu.

Beberapa amalan yang berhubungan dengan rebo wekasan sendiri ada banyak. Namun ada tiga amalan baik yang sudah biasa dilakukan dipondok Kwagean. Yaitu menyembelih hewan yang berupa kambing atau sapi, sebagai jamu tolak bala’. Solat sunah lidaf’il balaya, dan yang terakhir yaitu menulis ayat quran dan dilarutkan kedalam air sebagai minuman penolak bala’.


Untuk amalan yang pertama, yaitu menyembelih kambing atau sapi sebagai jamu ini tidak khusus ketika rebo wekasan. Namun sudah sejak lama, bapak saya membarengkan amalan ini dengan momen rebo wekasan. Jadi sehari sebelum rebo wekasan, atau hari selasanya, ibuk-ibuk muslimat biasa mengorganisir masyarakat sekitar Kwagean yang mau mendapatkan daging jamu ini dengan patungan. 


Mereka membeli paket daging jamu dengan cara pre order sebelumnya. Daging jamu biasanya dibagikan mentah, dan bebas mau diolah dengan cara bagaimana saja. Pun, bisa untuk penolak bala’ dimana saja. Semisal dengan dimasukkan kedalam sumur yang digunakan sebagai sumber air disebuah rumah tangga.


Adapun cara prosesi penyembelihan ada ditulis dengan lengkap didalam kitab sullamul futuhat juz 3. Saya sengaja tidak menulis secara detail karena memang agak panjang. Diterangkan dalam kitab tersebut, bahwa siapa yang memakan daging kambing atau sapi yang disembelih dan dimaksudkan sebagai jamu penolak bala’, penyakit tho’un, dan wabah penyakit. Maka akan diselamatkan dari tiga hal tersebut.


Amalan kedua yaitu sholat sunah lidaf’il balaya, Adapun tatacara sholatnya, seperti yang diterangkan dalam kitab ta’limul mubtadi’ juz awal adalah sebagai berikut:


Sholat dilaksanakan pada hari rabu yang terakhir dibulan shofar(bisa mulai dilakukan sejak masuk waktu maghrib dihari selasa sebelumnya). Dilakukan 4 rokaat dengan 2 salam. Adapun niatnya adalah:


اُصَلِّي سُنَّةً لِدَفْعِ الْبَلاَ يَا رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالٰى


Disetiap rokaat membaca:
1. Surat Al fatihah sekali
2. Surat al kautsar 17 kali
3. Surat al ikhlas 5 kali
4. Surat al falaq sekali
5. Surat an nas sekali


Setelah salam yang kedua(rokaat keempat) membaca doa:


‎بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ اللّٰهُمَّ يَا شَدِيْدَ الْقُوٰى يَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ يَا مَنْ ذَلَّتْ لِعِزَّتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ اِكْفِنِيْ مِنْ شَرِّ جَمِيْعِ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجَمِّلُ يَا مُتَفَضِّلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُتَكَرِّمُ يَا مَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا أَنْتَ اِرْحَمْنِيْ بِرَحْمَتِكَ ياَ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.اللّٰهُمَّ بِسِرِّ الْحَسَنِ وَأَخِيْهِ وَجَدِّهِ وَأَبِيْهِ وَاُمِّهِ وَبَنِيْهِ اِكْفِنِيْ شَرَّ هٰذَا الْيَوْمِ وَمَا يُنْزَلُ فِيْهِ يَا كَافِيَ الْمُهِمَّاتِ يَا دَافِعَ الْبَلِيَّاتِ فَسَيَكْفِيَهُمُ الله ُوَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَحَسْبُنَاللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَصَلَّى الله ُعَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم


Dan amalan yang ketiga yaitu menulis ayat quran dan dilarutkan dalam air. Amalan yang ketiga ini dilaksanakan setelah melakukan solat sunah lidaf’il balaya diatas. Yaitu dengan cara menulis ayat quran ini diatas piring. Kemudian setelah selesai, piring tersebut disiram air, dan lalu dicelupkan kedalam tempat air sambil membersihkan tinta yang ada dipiring hingga bersih dengan air yang ada ditempat tersebut.

Adapun ayat yang ditulis adalah sebagai berikut:


سَلَامٌ قَوْلََا مِنْ رَبِّ رَحِيْمٍ. سَلَامٌ عَلَى نُوْحٍ فِى الْعَالَمِيْنَ. سَلَامٌ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ.
سَلَامٌ عَلَى مُوْسَى وَهَارُوْنَ. سَلَامٌ عَلَى اِلْيَاسِيْنَ. سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوْهَا خَالِدِيْنَ.
مِنْ كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ.


Di Kwagean sendiri, bapak biasa mengamalkan solat sunah nya pada rabu siang. Kemudian menulis ayat ini diatas piring setelahnya. Dan dilarutkan dalam air yang lumayan banyak. Karena memang biasa dibagikan bagi seluruh santri yang ada dipondok Kwagean. Bahkan air yang tidak langsung mendapatkan larutan tinta pun bisa menjadi air doa dengan dicampur dengan air doa tersebut. Jadi meskipun hanya seember air yang dilaruti tinta, namun air seember tersebut bisa dicampurkan pada air lain sebanyak-banyaknya. Biasanya, setiap lembaga di Pondok Kwagean dikasih air doa seteko.


 Kemudian disuruh mencampur lagi dengan air seember biar bisa dibagi rata bagi santri yang ada dilembaga tersebut.

Ketiga amalan ini bukanlah semuanya, masih banyak amalan baik lain yang mungkin ada, namun tidak diamalkan di Kwagean. Jadi silahkan pilih amalan baik mana yang bisa anda amalkan.


Pun bagi anda yang tidak mau mengamalkan, karena berpendapat bahwa amalan rebo wekasan ini tidak ada dalilnya. Saya tetap menghormati pendapat anda. Karena memang ini fadloilul a'mal. Tapi, meskipun berbeda bendapat, tidak selayaknya kita saling menyalahkan. Namun harus saling menghormati. Dan selalu menjaga prinsip:"Kebenaran yang kita yakini, jadikan pegangan. Jangan jadikan alasan untuk saling bermusuhan dengan yang lain pemikiran".



Semoga kita selalu bisa menemu kebijakan dalam setiap peristiwa kehidupan.

# salamKwagean



Post a Comment

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post