Skip to main content

KISAH WALI ALLAH MANAQIB AL 'ALIM AL 'ALLAMAH SYEKH MUHAMMAD KHALID BIN ABDURRAHMAN


KISAH WALI ALLAH MANAQIB AL 'ALIM AL 'ALLAMAH SYEKH MUHAMMAD KHALID BIN ABDURRAHMAN


Ulama Amuntai yang paling besar karomahnya ketika dikuburkan adalah al-‘Alim al-‘Allamah Syekh Muhammad Khalid bin Abdurrahman, orang tua K.H. Muhammd Hamdan Khalid, Lc.

Ketika menggali kubur, para tukang kubur mendengar suara dzikir dan tahlil di liang lahat, padahal saat itu tidak ada orang selain penggali kubur. Pada saat yang bersamaan, sebelum Syekh Khalid dimakamkan, masyarakat Amuntai melihat cahaya terang di kediaman Syekh Khalid.

Beliau meninggal pada usia 120 tahun. Disholatkan ribuan jamaah, diimami oleh ulama besar pada saat itu, salah satunya adalah Syekh Abdurrasyid.


Syekh Khalid dimakamkan di Desa Tangga Ulin Amuntai. Kendati dikubur beberapa puluh tahun yang lalu, jasad beliau masih utuh tidak hancur. Sewaktu hidup beliau pernah mengajar di masjid termulia di dunia Masjidil Haram selama 12 tahun.

Lain lagi kisah karomah KH. Muhammad Khalid, bukan "Syekh Khalid". Senama tapi beda orangnya.

KH. Muhammad Khalid adalah ayah dari KH. DR. Idham Khalid. Beliau dikenal sebagai ulama, pedagang, tabib, penghulu, khatib, penceramah, pawang buaya, mengislamkan banyak orang, dan juga mengajar matematika dan ilmu bumi.

Setiap malam Jum’at, kubur beliau dipenuhi oleh kaum muslimin/muslimat. Mereka menyaksikan cahaya yang begitu terang di makam tersebut.

Hal ini disaksikan sendiri oleh KH. DR. Idham Khalid dan KH. Juhri Sulaiman. Kuburnya bercahaya, lebih-lebih di malam Jum’at. Hal ini berlangsung lama hingga sekitar 6 bulan.

Guru kami Muallim KH. Muhammad Aini Anang, BA dan KH. Muhammad Atha, BA meninggal dalam keadaan bersujud, sholat.


Muallim Aini sangat rajin sholat 5 waktu berjamaah, sholat sunnah pun jadi rutinitas seakan wajib. Sementara Muallim Atha, beliau adalah Muwaqqit (pengatur waktu ibadah) di Masjid Raya At-Taqwa Amuntai, sering juga diminta mengukur kiblat masjid/mushalla yang ada di Hulu Sungai Utara.

Begitu juga guru-guru kami di Pondok Pesantren Rasyidiyah Khalidiyah Amuntai. Mereka semua kembali kepada-Nya dalam keadaan tenang dan damai.


Beginilah Allah menampakkan kebesaran-Nya lewat para hambanya saat meninggal. Mereka itulah yang semasa hidupnya rajin beribadah, mereka sangat menjaga sholat berjamaah di awal waktu. Sholat yang mereka dirikan benar-benar mencegah dari perbuatan keji dan munkar, lisannya senantiasa basah berzikir. Sehingga wajar jika kuburnya bercahaya.


Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Shalat itu merupakan tiang agama yang di dalamnya terkandung sepuluh hal, yaitu:

1. Dapat mencerahkan wajah.
2. Dapat menerangi hati.
3. Dapat menyehatkan badan.
4. Menjadi faktor ketenangan di dalam kubur.
5. Menjadi sebab turunnya rahmat.
6. Merupakan kunci langit.
7. Dapat memberatkan. timbangan (amal).
8. Tempat keridhaan Tuhan.
9. Bernilai surga.
10. Menjadi tabir (penghalang) dari siksa api neraka.

Barangsiapa menegakkannya, berarti telah menegakkan agama; dan barangsiapa meninggalkannya, berarti telah meruntuhkan agama”

Guru Ambai (kakek dari KH. Laili Munsyi Tangga Ulin) berpantun:


Adapun urang kada sambahyang, ka hulu ka hilir manguya urang
Dalam neraka ia terjarang, daging luruhan tatinggal tulang.

Semoga kita semua mendapat ampunan segala dosa dan kesalahan lahir batin seumur hidup, diberi kesehatan lahir batin, panjang umur, berkah umur, banyak rejeki, barokah rejeki, barokah keturunan, tambah ilmu barokah ilmu dunia akhirat, mendapat rahmat yang luas, selamat dunia akhirat, mati beriman sempurna, segala hajat qobul, mendapat Syafaat Rasulullah ﷺ, terkumpul dalam surga bighoiri hisab


امين امين امين يا رب العالمين

اللهم صل علی سيدنا محمد و علی ال سيدنا محمد


Salam kesuksesan dalam diri Anda.

Comments