Skip to main content

Fakta Ilmiah Fenomena Kesurupan Dan Pengalaman Saya Menanganinya

Fakta Ilmiah Fenomena Kesurupan Dan Pengalaman Saya Menanganinya

Indonesia merupakan bangsa kaya budaya termasuk budaya kesurupan, bahkan di daerah-daerah tertentu fenomena kesurupan justru disengajakan, dan menjadi tontonan menarik seperti reog, kuda lumping, debus, tari kecak, dll.

Istilah kesurupan muncul dari kata dasar 'surup' yang artinya masuk. Maka kesurupan dipahami sebagai fenomena masuknya entitas lain ke dalam tubuh kita. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa fenomena ini biasanya terjadi pada pergantian waktu siang ke malam hari, yang dalam bahasa Jawa disebut sebagai waktu surup.

Menurut KBBI, kata kesurupan didefinisikan sebagai kemasukan (setan, roh) sehingga melakukan tindak yang aneh-aneh. Pemahaman masyarakat Indonesia secara umum untuk orang yang mengalami 'kesurupan' atau 'kerasukan' adalah bahwa orang itu sedang dikuasai oleh setan atau makhluk lain, sehingga tindakan fisik dan ucapannya berada di luar kendalinya.

Namun benarkah demikian kenyataannya?
Dunia medis dan psikologi modern tidak mempercayai pengalaman yang bersifat mistis seperti ini, sebab pengalaman-pengalaman seolah mistis seperti kesurupan tersebut dapat dijelaskan secara psikologis dan empiris.
Dalam istilah medis, kesurupan disebut dengan 'Dissociative Trance Disorder (DTD)', sementara menurut dunia kedokteran khususnya psikiatri, kesurupan adalah kondisi yang ditandai oleh perubahan identitas pribadi. Istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan kesurupan adalah 'Gangguan Konversi' yang melibatkan gejala neurologis berupa gangguan motorik dan sensorik.

Gangguan konversi ini berhubungan dengan trauma psikis yang bermanifestasi pada gangguan fisik. Kesurupan terjadi ketika amygdala (wilayah penyimpan memori emosional) membajak sistem limbik otak sehingga hippocampus tidak bekerja dengan baik. Hippocampus adalah wilayah penyimpan memori rasional. Dengan kata lain kesurupan terjadi ketika sisi rasional seseorang sedang dibajak oleh sisi emosionalnya.

Setiap kita memiliki potensi untuk kesurupan karena memang pikiran bawah sadar kita dalam 'collective unconciousness'-nya berisi mitos-mitos seperti memedi pocong, wewe gombel, jin penunggu rumah, jin penunggu sungai, dan banyak lagi.
Mitos inilah yang turun menurun dari zaman dahulu hingga sekarang. Ditambah lagi pengalaman masa kecil yang sering ditakut-takuti dengan berbagai macam hantu dan segala variannya. Pengalaman ini kemudian tersimpan di dalam 'personal unconciousness' kita sehingga kedua kenyataan itu klop membentuk suatu sistem keyakinan dan kepercayaan yang setiap saat bisa muncul ketika pemicunya ('precipitating event') diaktifkan.

Dalam kasus kesurupan masal, yang menjadi 'precipitating event' adalah teman yang sudah kesurupan. Dalam istilah hipnotisme, teman yang sudah kesurupan menginduksi pikiran bawah sadar teman lainnya.
"Lho ada makhluk ghoib yang merasuki diri kawanku. Sebentar lagi pasti aku ikut kerasukan"
Layaknya sebuah penyakit menular, jika satu orang yang kesurupan tidak segera diisolasi, maka akan mewabah ke kawan yang lain.

Seringkali orang yang kesurupan memiliki kekuatan yang melebihi kemampuan normalnya. Dalam beberapa kasus kesurupan, dia bisa berteriak teriak hingga berjam-jam, atau bisa melemparkan beberapa orang yang sedang memeganginya. Ada lagi orang kesurupan yang mampu berbicara seperti bukan dia yang bicara. Dalam keadaan seperti ini seseorang yang kesurupan sedang memasuki pikiran bawah sadarnya, tepatnya pada bagian ketaksadaran kolektif (collective unconciousness) di mana menurut Freud ketaksadaran tersebut mengandung kekuatan jiwa (psyche), sehingga dia memiliki kekuatan yang melebihi kebiasaannya. Sebagai tambahan informasi, perbandingan kekuatan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar adalah 1:7.

Mengapa orang bisa masuk ke dalam pikiran bawah sadarnya (atau kesurupan)? Sebab utamanya adalah melemahnya tingkat kesadaran (faktor kritis) seperti orang yang memasuki kondisi tidur (sensasi awal mirip orang mengantuk)

Dunia psikologi memberikan penjelasan mengenai fenomena kesurupan sebagai berikut:
- Keadaan disosiasi, saat seseorang seakan terpisah dari dirinya;
- Hysteria, saat seseorang tidak dapat mengendalikan dirinya,
- Split Personality, saat pada diri seseorang tampil beragam perilaku yang dimunculkan oleh 'pribadi' yang berbeda.

Saya akan menggarisbawahi penjelasan ketiga. Dalam psikoanalisa, Freud menyatakan bahwa tingkat kesadaran manusia terbagi 3, yaitu Id, Ego dan Superego.

1. Id adalah komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Contoh kebutuhan makan dan minum dipengaruhi oleh Id.

2. Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata.

3. Superego adalah aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat

Lebih mudahnya kita pahami seperti ini. Kita ignore dulu Id. Dalam diri kita ada 2 entitas yang memengaruhi perilaku kita. Saya (ego) yang banyak dipengaruhi oleh pikiran kritis (Pikiran Sadar). Dan AKU (Superego) yang lebih kontemplatif dan banyak dipengaruhi oleh perasaan (Pikiran Bawah sadar). Porsi dominansi 'aku' lebih besar dari 'saya' dengan perbandingan 7:1.
Dengan kekuatan dominan 7x lipat maka kapan pun dibentrokkan selalu yang keluar sebagai pemenang adalah si AKU. Kenapa demikian? Ya karena tugas si AKU memang untuk melindungi seluruh tubuh dan pikiran kita. Menjaga agar keseluruhan sistem tubuh dan pikiran kita berada dalam keadaan paling nyaman.

Kembali ke kasus kesurupan di tanah air. Biasanya seseorang mengalami kesurupan ketika mereka berada dalam tekanan (stress). Kesurupan juga cenderung terjadi pada perempuan dan biasanya massal. Apa alasannya?
Dalam kondisi tertekan maka untuk membuat kondisi diri lebih nyaman, si AKU biasanya akan mengambil alih kendali diri. Dengan preferensi masa lalu yang mungkin lebih menyenangkan (minimal menurut si AKU) maka AKU kemudian muncul ke permukaan. Perempuan cenderung lebih 'feeling', maka superego (aku)-nya akan lebih dominan. Kesurupan memang cenderung menular. Karena pemicunya justru orang di sekitar yang sudah kesurupan duluan.

Maka kasus kesurupan biasanya terjadi pada siswi ketika mendekati ujian. Atau karyawati pabrik ketika musim pesanan produksi melejit tinggi. Kondisi di atas tentunya penuh dengan tekanan. Bagaimana kalau nilai ujian nanti jelek? Tentu kena marah mama. Atau, bagaimana kalau target produksi tak terkejar? Tentu kena semprot manajer.

Nah, dalam kondisi tertekan inilah secara otomatis si AKU akan menstabilkan kondisi tubuh agar terhindar dari ketaknyamanan (kemarahan mama atau semprotan manajer). Maka muncullah AKU dengan tingkah anehnya seperti menangis bombay, teriak tak berkesudahan, dll. Gunanya untuk apa? Agar mama jadi kasihan dengan anak kesayangannya sehingga tak jadi marah meski nilai ujian anaknya jelek. Demikian juga manajer tak marah meski produksi tak sesuai target. Nyamanlah jadinya (menurut si AKU)

Akhir-akhir ini kata 'healing' sering muncul di medsos dalam arti yang agak berbeda dari makna aslinya, yaitu penyembuhan. Biasanya kata healing ini digunakan ketika seseorang ingin menenangkan diri dari masalah yang sedang dia hadapi. Hal yang biasa dilakukan ketika healing adalah mulai dari liburan, belanja, dan lain-lain sebagai bentuk pemuasan diri agar merasa bahagia dan nyaman kembali.

Setali tiga uang dengan analogi 'aku' dan 'saya' di atas, maka sebenarnya seseorang yang kesurupan sejatinya sedang melakukan healing. Dia sedang ingin menenangkan diri dengan cara bertamasya ke dalam pikirannya sendiri. Sesuai dengan konsep ketaksadaran kolektif dari Freud, maka cara mereka melarikan diri juga beragam, sesuai dengan data yang tersimpan dalam memorinya. Ada yang memilih melakukan kesurupan dengan sengaja. Contoh para pemain kuda lumping, reog, kecak, dll. Namun tak jarang juga mereka yang 'melarikan ke dalam diri' tanpa sengaja, seperti contoh siswi menjelang ujian, atau karyawati pabrik ketika beban produksi meningkat.

Sahabatku yang berbahagia, berdasarkan beberapa rujukan ilmiah dan pengalaman saya, 

Berikut beberapa tips menangani kasus kesurupan:

1. Tenangkan suasana, karena kesurupan cenderung membuat suasana menjadi gaduh, ketakutan, dan crowded atau ramai.

2. Isolasi sesegera mungkin orang yang kesurupan agar tak memengaruhi orang lain. Masukkan saja mereka ke dalam ruangan yang aman dan terkendali.

3. Tenangkan orang yang mengalami kesurupan dengan membiarkannya, jangan dipaksa atau dipegangi apalagi diteriaki terlebih dipukul-pukul (kecuali kondisinya sudah membahayakan dirinya atau orang lain, segera sadarkan dia)

4. Dengan PD berikan saja sugesti sederhana sesuai dengan perilaku yang sedang terjadi. 
- "Menangislah sampai puas. Kalau sudah puas, tidur saja ya"
 - "Teriaklah sekeras kamu mau. Sampai puas. Sampai lemas"
- "Menarilah seindah yang kamu bisa, dan bergembiralah" (Dalam kasus kuda lumping, reog atau kecak)
Mereka ini sedang ingin healing, jadi jangan dilarang-larang. Ketika sudah puas melampiaskan hajatnya, mereka pasti sadar dengan sendirinya, atau tertidur lemas.

5. Jika karena satu dan lain hal, mereka tidak sadar juga, lakukan beberapa hal ini:

a. Karena pengendali setiap kita adalah diri kita sendiri maka katakan bahwa dia adalah pengendali dirinya sendiri. Dan minta dia untuk mengendalikan dirinya. Katakan dengan tegas namun tidak membentak. Kalau perlu sambil usap wajahnya.
"Kamu adalah pengendali dirimu sendiri. Tidak ada satu makhluk pun yang mampu mengendalikan dirimu, kecuali kamu. Maka segera kendalikan dirimu dan sadarlah!"

b. Dalam pendekatan hipnosis, orang yang mengalami kesurupan sedang berada di gelombang alfa-theta. Dalam gelombang ini, jika dia belum mau kembali ke gelombang beta, maka jalan keluarnya adalah arahkan mereka ke gelombang delta, alias gelombang tidur. Maka lagi-lagi dengan penuh PD, berikan sugesti untuk tidur, rileks, atau santai.
"Baiklah Fulan, sepertinya kamu capek sekali, lihatlah telapak tangan saya ini. Fokus, dan tidurlah"

6. Dalam satu dan lain kasus, orang yang kesurupan itu merasa bahwa dirinya adalah sosok lain. Maka dia akan melakukan negosiasi dengan kita, dengan tujuan agar kita mengikuti kemauannya. Dari pengalaman saya, jangan serta merta mengikuti keinginannya, namun kita mesti mengikuti permainan perannya. Saya pernah menangani seorang pria yang mengaku bahwa dirinya adalah Gadjah Mada, yang tersakiti oleh perempuan. Maka saya pun menghadapinya dengan berperan sebagai Hayam Wuruk. Sampai kapan pun, Gadjah mada akan tunduk kepada Hayam Wuruk sebagai rajanya.
Suatu saat ada kawan yang konsultasi mengenai seorang kliennya yang jika kesurupan pasti menjadi Sun Go Kong. Sederhana saja, saya sarankan dia berperan sebagai Biksu Tong Sam Chong. Bahkan saya minta kawan saya tadi membuatkan gelang kepala yang dipakaikan di kepala Sun Go Kong. Jika Sun Go Kong menolak atau melawan sang biksu, maka gelang itu akan menyakiti Sun Go Kong.
Dalam kasus yang lain lagi, saya pernah menghadapi seorang perempuan yang diam seribu bahasa, duduk dengan kaku tanpa bicara. Matanya saja yang melotot nyalang dan galak. Karena tidak bisa diajak berkomunikasi dengan verbal, maka saya gunakan ideo motor response. Setelah beberapa pertanyaan, akhirnya terkuak, bahwa dia sedang kesurupan roh batu. Itulah sebabnya dia hanya bisa duduk dengan kaku. Tak kehilangan akal, maka saya cari palu, dan mengatakan akan memahat batu tersebut agar hancur berkeping-keping. Tak berselang lama roh batu itu pun pergi, hehehe. Saya belajar hal ini dari Milton Erickson. Suatu ketika Erickson menjumpai seorang pasien yang mengaku dirinya adalah Yesus. Tanpa mendebat keyakinan pasien tersebut, Erickson justru memanfaatkan pasien tersebut dengan mengatakan bahwa sebagai seorang tukang kayu, dia bisa membantu membuat rak buku untuk perpustakaan RS tersebut. Setahun kemudian, dengan ketelatenan perawatan Erickson, pasien tersebut sembuh. Alih-alih menyalahkan keyakinan pasiennya, dengan cerdas Erickson justru memanfaatkan peran Nabi Isa, yang memang dalam kesehariannya merupakan seorang tukang kayu.

7. Ada kalanya orang yang kesurupan minta disediakan makanan. Apa pun yang dimintanya, jangan berikan. Kecuali dia terlihat haus, maka berikanlah air putih. Kalau dia marah dan menggertak, maka gunakan senjata pamungkas ini. Katakan dengan keras agar orang yang kesurupan mendengarnya.
"Baiklah. Karena orang ini dimasuki oleh jin maka saya akan berikan makanan kesukaan jin yaitu kotoran. Tolong segera carikan saya kotoran ayam sesendok saja. Saya akan berikan makanan ini agar jinnya senang dan mau diajak kerja sama! Tolong pegangi dia dan buka mulutnya!"
Tunggu beberapa waktu, daaan sim salabim, orang itu akan tersadar dengan sendirinya bahkan sebelum kita kasih kotoran tadi. Kenapa bisa begitu?
Ingat bahwa AKU akan selalu menstabilkan kondisi pikiran dan tubuh dengan preferensinya sendiri. Maka ketika dia mendengar bahwa dirinya akan dikasih makan kotoran, dia segera mengembalikan kendali kepada 'saya.' Kenapa? Ya supaya kotoran tidak jadi dimasukkan ke mulutnya. Siapa sih orang yang mau dikasih makan kotoran..?

Sederhana saja khan? Bahkan kalau orang terdekat menghalangi kita untuk memberikan kotoran, silakan gunakan hadits berikut yang menguatkan bahwa makanan bangsa jin adalah tulang dan kotoran.
"Tulang dan kotoran merupakan makanan jin. Keduanya termasuk makanan jin. Aku pernah didatangi rombongan utusan jin dari Nashibin dan mereka adalah sebaik-baik jin. Mereka meminta bekal kepadaku. Lalu aku berdoa kepada Allah untuk mereka agar tidaklah mereka melewati tulang dan kotoran melainkan mereka mendapatkannya sebagai makanan”. (HR. Bukhari no. 3860)
Gimana, masih bingung menghadapi orang kesurupan...?


Mbah Daryono Master Penghusada
+62 857-4982-1603


Semoga kita semua tehindar kesurupan Aamiin Allahuma Aamiin ...👏.

Comments