AI Can Bring the Dead to Life
Artificial intelligence (AI) or artificial intelligence.
- Death is a given for humans, but recently many startup companies are using the capabilities of new artificial intelligence (AI) technology to try to bring dead people back to life.
Reporting from WION, Wednesday, December 5 2023, these companies use AI to enable humans to talk to people who have died. For someone dealing with the grief of loss, this technology can be a blessing, but it also raises ethical questions.
Artificial intelligence (AI). Photo : Analytics Insight
AI Brings the Dead Back to Life
Nothing can bring back the dead. However, this technology tries to capture some of the essence that can help give humans a little comfort.
There are many startups offering this service. One company called DeepBrain AI has a program called "Rememory". According to the AI company's head of development, Joseph Murphy, they created digital replicas of deceased people using hours of video.
"We're not creating any new content," Murphy said. The company said it was simply trying to replicate what the person would have said while alive.
The company's "Rememory" program adheres to a policy of not creating new content. This includes sentences or statements that the deceased person would not have said or written during his or her lifetime.
"I call it a niche part of our business. It's not a growth area for us," he said. Another company, StoryFile, also has the same idea.
The head of the company, Stephen Smith, said, "Our approach is to capture the magic of an individual, then use AI tools."
Artificial intelligence (AI). Photo : Doc. Special
"This is a very delicate area of ethics that we approach very carefully," he added. StoryFile, claims that several thousand users have used Life's services.
Another similar service is called 'Replica'. This service was developed by Russian engineer, Eugenia Kyuda.
Several years ago in 2015, Kyuda lost his best friend, Roman, in a tragic car accident. To overcome this sadness, he developed a chatbot named 'Roman'. This chatbot was trained using thousands of text messages that his deceased friend had sent to loved ones.
After two years, Kyuda introduced Replika, a platform that provides highly advanced private conversation bots. However, according to a spokesperson, Replika, unlike its predecessor Roman, "is not a platform created to recreate lost loved ones."
Is It Just a Chatbot?
Artificial intelligence (AI). Photo : Doc. Special
No. There are companies that develop virtual clones. One such company, Somnium Space, wants to create virtual clones of people while they are still alive. These clones will exist in a different world after the person dies.
In a YouTube video announcing the product, Live Forever, CEO Artur Sychov admitted that the concept is "not for everyone." He acknowledged that there were individual choices involved.
"Would I like to meet my grandfather who used AI? I don't know. But those who want to will be able to."
Technology Ethics Challenges
Artificial intelligence (AI) or artificial intelligence. Photo : Science HowStuffWorks
Thanks to regenerative technology, these AI avatars can say things that the person in question would never say in real life.
According to DeepBrainAI's Joseph Murphy, "This is a philosophical challenge, not a technical challenge."
"I think it's a line that we can't cross yet, but who knows what the future will bring?" he added.
Candi Cann, a professor at Baylor University who studies this topic in South Korea, suggests that interacting with an AI clone of a person could help to achieve closeness, especially in "complicated" situations.
"I think interacting with an AI version of a person can help to achieve closure — especially in situations where grief is complicated by abuse or trauma," Cann said.
Mari Dias, a professor of medical psychology at Johnson & Wales University, asked her grieving patients what they thought about virtual contact with their deceased loved ones.
He revealed that the most common answer was 'I don't trust AI. I'm afraid the AI will say something I won't accept'. They expressed concerns and lack of trust in AI. They fear that the AI avatar will say something they will not accept, and they feel they have no control over the avatar's actions.
Next page
"We're not creating any new content," Murphy said. The company said it was simply trying to replicate what the person would have said while alive.
AI Bisa Menghidupkan Orang Mati
Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
V Kematian merupakan hal yang pasti bagi manusia, namun belakangan ini banyak perusahaan rintisan yang menggunakan kemampuan teknologi baru kecerdasan buatan (AI) untuk mencoba menghidupkan orang yang sudah mati.
Dilansir dari WION, Rabu, 5 Desember 2023, perusahaan-perusahaan ini menggunakan AI untuk memungkinkan manusia berbicara dengan orang yang yang telah meninggal. Bagi seseorang yang menghadapi kesedihan akibat kehilangan, teknologi ini bisa menjadi anugerah, tetapi juga menimbulkan pertanyaan etis.
Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Photo : Analytics Insight
AI Menghidupkan Kembali Orang Mati
Tidak ada yang bisa mengembalikan orang-orang yang telah meninggal. Namun, teknologi ini mencoba menangkap sebagian dari esensi yang dapat membantu memberi manusia sedikit kenyamanan.
Ada banyak perusahaan rintisan yang menawarkan layanan ini. Salah satu perusahaan yang bernama DeepBrain AI memiliki program yang disebut "Rememory". Menurut kepala pengembangan perusahaan AI tersebut, Joseph Murphy, mereka membuat replika digital dari orang yang telah meninggal dengan menggunakan video berdurasi berjam-jam.
"Kami tidak membuat konten baru," kata Murphy. Perusahaan mengatakan bahwa mereka hanya mencoba mereplikasi apa yang akan dikatakan oleh orang tersebut ketika masih hidup.
Program "Rememory" perusahaan menganut kebijakan untuk tidak membuat konten baru. Ini termasuk kalimat atau pernyataan yang tidak akan diucapkan atau ditulis oleh orang yang telah meninggal semasa hidupnya.
"Saya menyebutnya sebagai bagian khusus dari bisnis kami. Ini bukan area pertumbuhan bagi kami," katanya. Perusahaan lain, StoryFile, juga memiliki ide yang sama.
Kepala perusahaan tersebut, Stephen Smith, mengatakan, "Pendekatan kami adalah menangkap keajaiban dari seorang individu, kemudian menggunakan alat bantu AI."
Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Photo : Dok. Istimewa
"Ini adalah area etika yang sangat halus yang kami lakukan dengan sangat hati-hati," tambahnya. StoryFile, mengklaim bahwa beberapa ribu pengguna telah menggunakan layanan Life.
Layanan lain yang serupa disebut 'Replika'. Layanan ini dikembangkan oleh insinyur Rusia, Eugenia Kyuda.
Beberapa tahun yang lalu pada 2015, Kyuda kehilangan sahabatnya, Roman, karena kecelakaan mobil yang tragis. Untuk mengatasi kesedihan tersebut, ia mengembangkan chatbot bernama 'Roman'. Chatbot ini dilatih menggunakan ribuan pesan teks yang telah dikirim oleh almarhum sahabatnya kepada orang-orang terkasih.
Setelah dua tahun, Kyuda memperkenalkan Replika, sebuah platform yang menyediakan bot percakapan pribadi yang sangat canggih. Namun, menurut seorang juru bicara, Replika, tidak seperti pendahulunya Roman, "bukanlah platform yang dibuat untuk menciptakan kembali orang yang dicintai yang telah tiada."
Apakah Hanya Chatbot?
Kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Photo : Dok. Istimewa
Tidak. Ada perusahaan yang mengembangkan klon virtual. Salah satu perusahaan tersebut, Somnium Space, ingin membuat klon virtual dari orang-orang ketika mereka masih hidup. Klon-klon ini akan ada di dunia yang berbeda setelah orang tersebut meninggal dunia.
Dalam sebuah video YouTube yang mengumumkan produknya, Live Forever, CEO Artur Sychov mengakui bahwa konsep ini "bukan untuk semua orang". Dia mengakui bahwa ada pilihan-pilihan individu yang terlibat.
"Apakah saya ingin bertemu dengan kakek saya yang menggunakan AI? Saya tidak tahu. Tapi mereka yang menginginkannya akan bisa."
Tantangan Etika Teknologi
Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan. Photo : Science HowStuffWorks
Berkat teknologi regeneratif, avatar AI ini dapat mengatakan hal-hal yang tidak pernah diucapkan oleh orang yang bersangkutan dalam kehidupan nyata.
Menurut Joseph Murphy dari DeepBrainAI, "Ini adalah tantangan filosofis, bukan tantangan teknis".
"Menurut saya, ini adalah sebuah garis yang saat ini belum bisa kita lewati, tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan?" tambahnya.
Candi Cann, seorang profesor di Baylor University yang mempelajari topik ini di Korea Selatan, menyarankan bahwa berinteraksi dengan tiruan AI dari seseorang dapat membantu untuk mencapai kedekatan, terutama dalam situasi yang "rumit".
"Saya pikir berinteraksi dengan versi AI dari seseorang dapat membantu untuk mencapai penutupan - terutama dalam situasi di mana kesedihan diperumit oleh pelecehan atau trauma," kata Cann.
Mari Dias, seorang profesor psikologi medis di Johnson & Wales University, bertanya kepada pasiennya yang sedang berduka tentang pendapat mereka tentang kontak virtual dengan orang yang mereka cintai yang telah meninggal.
Dia mengungkapkan, bahwa jawaban yang paling umum adalah 'Saya tidak mempercayai AI. Saya khawatir AI akan mengatakan sesuatu yang tidak akan saya terima'. Mereka mengungkapkan kekhawatiran dan kurangnya kepercayaan pada AI. Mereka takut bahwa avatar AI akan mengatakan sesuatu yang tidak dapat mereka terima, dan mereka merasa tidak memiliki kendali atas tindakan avatar tersebut.
Halaman Selanjutnya
"Kami tidak membuat konten baru," kata Murphy. Perusahaan mengatakan bahwa mereka hanya mencoba mereplikasi apa yang akan dikatakan oleh orang tersebut ketika masih hidup.