Skip to main content

WHERE DID THE DISCUSSION TRADITION GO?

WHERE DID THE DISCUSSION TRADITION GO? 



By: Ahmad Syahrin Thoriq

A scientific tradition that today seems not to be well maintained is the habit of holding discussions between parties involved in differences of opinion. 
Most people prefer to "loud and scream" at a distance when commenting on something. Which is more appropriate to be called sarcastic and more like gibberish than equated with criticism let alone correction. 

There is even a kind of impression of underestimating the benefits of discussion or debate in the context of finding the truth or common ground, because it is seen as pitting the two camps of the ummah. 
In fact, in the past the scholars were very used to holding open debates to test a thought scientifically. This is what made the science at that time awake and the people also became more mature. 

They are trained to see differences in khilafiyah with a more complete point of view. Because you can know the proof of every opinion from a more credible source. 
Nothing like today. When many parties are allergic to debate or discussion. In the end, the common people were then confused. Or if not, will become increasingly fanatical about the opinion he follows. Because all he knows is information from one side whose truth has not been tested. 
It is time for the ulema, kiyai, ustadz who play in this world to revive the spirit of discussion. So that we can know more about the truth from sides that have eluded us so far. So, we can appreciate the differences of opinion that exist among the people. 
And, there's no need to be embarrassed if we lose, as long as what we seek is the truth, it won't be anything to be ashamed of. 

Isn't it better to know the truth even though it comes from opponents than to be constantly in error and even evil? 
In fact, most people will definitely respect those who are willing to admit their mistakes in a chivalrous manner, rather than those who appear to be invincible but from polishing and hardening their jugular veins. 
There are so many stories that we find from the history of previous scholars when discussing, they succeeded in keeping the other party silent. 
To be honest, I personally am not even amazed at the one who managed to silence the opponent in the discussion, but instead I fell in love with the party who was silenced. 

How soft the heart of the scholar is, submitting unconditionally in accepting the truth. What would happen if the pious people modeled it today. 
Surely he will issue various kicks and punches of a thousand shadows. Whether the counterattack is effective or not is another matter. Right or wrong behind the scenes, the important thing is to answer and hit back. It's a shame, it's time to be silent. 

That is, when knowledge does not result in fear of Allah. Even though the characteristic that is most strongly attached to a knowledgeable person is his fear of Allah... 
إِنَّمَا يَخْشَى Almighty Allah
"Surely those who fear Allah among His servants, are the scholars." (QS. Fathir: 28)

Wallahu a'lam. 



KEMANA PERGINYA TRADISI DISKUSI ?

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq

Sebuah tradisi keilmuan yang hari ini nampaknya seperti tidak terjaga dengan baik adalah kebiasaan melakukan diskusi antara pihak yang terlibat dalam perbedaan pendapat.
Kebanyakan orang lebih suka "bersuara keras dan berteriak" dari kejauhan dalam mengomentari sesuatu. Yang lebih tepat untuk disebut nyinyiran dan lebih mirip gibahan dari pada disamakan dengan kritik apalagi koreksi.

Bahkan ada semacam kesan meremehkan manfaat dari diskusi atau debat dalam rangka mencari kebenaran atau titik temu, karena dianggap mengadu antara dua kubu umat.
Padahal, dahulu para ulama sangat terbiasa mengadakan debat terbuka untuk menguji sebuah pemikiran secara ilmiah. Inilah yang membuat ilmu saat itu terjaga dan umat juga menjadi lebih dewasa.

Mereka terlatih melihat perbedaan khilafiyah dengan sudut pandang yang lebih utuh. Karena bisa mengetahui hujjah dari setiap pendapat dari sumber yang lebih kredibel.
Tak seperti hari ini. Ketika banyak pihak alergi debat atau diskusi. Akhirnya kalangan awam yang kemudian dibuat kebingungan. Atau kalau tidak, akan menjadi semakin fanatik dengan pendapat yang diikutinya. Karena yang dia tahu hanya informasi dari satu sisi yang kebenarannya belum teruji.

Sudah saatnya para kalangan ulama, kiyai, ustadz yang bermain di dunia ini menghidupkan kembali semangat diskusi. Agar kita bisa lebih mengetahui adanya kebenaran dari sisi-sisi yang selama ini luput dari kita. Sehingga, kita bisa lebih menghargai perbedaan pendapat yang ada di tengah-tengah umat.
Dan, tidak perlu malu bila sampai kalah, selama yang kita cari adalah kebenaran, itu tidak akan menjadi hal yang memalukan.

Bukankah lebih baik mengetahui kebenaran meski datangnya dari lawan dari pada kita terus - menerus dalam kekeliruan bahkan kebatilan ?
Bahkan, kebanyakan orang pasti akan respek kepada pihak yang mau mengakui kesalahannya secara kesatria, dari pada yang seperti tak terkalahkan tapi dari hasil ngeles dan mengeraskan urat lehernya.
Banyak sekali kita dapati riwayat ulama dahulu ketika diskusi, berhasil membuat pihak lainnya bungkam terdiam.

Jujur, saya pribadi malah kagum bukan kepada yang berhasil membungkam lawan diskusinya, tapi saya malah jatuh hati dengan pihak yang dibuat diam.
Betapa lembutnya hati ulama tersebut, tunduk tanpa syarat dalam menerima kebenaran. Apa jadinya jika yang dibegitukan model orang-orang alim hari ini.

Pasti dia akan mengeluarkan aneka jurus tendangan dan pukulan seribu bayangan. Masalah serangan baliknya jitu atau tidak, itu urusan lain. Benar salah urusan belakang, yang penting ngejawab dan menghantam balik. Malu dong, masa gitu aja terdiam.
Begitulah, ketika ilmu tidak berbuah rasa takut kepada Allah. Padahal ciri khas yang paling melekat kuat pada diri orang berilmu adalah rasa takutnya kepada Allah.

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, adalah para ulama." (QS. Fathir : 28)
Wallahu a'lam.

Comments