PENIPU DAN PEMBOHONG BAHAYA BERBOHONG DAN HUKUMNYA
Bohong adalah penyakit yang menghinggapi masyarakat di segala zaman. Ia adalah penyebab utama bagi timbulnya segala macam bentuk kejelekan dan kerendahan. Suatu masyarakat takkan lurus selamanya jika perbuatan bohong ini merajalela di antara individu-individunya. Dan suatu bangsa takkan bisa menaiki tangga kemajuan kecuali jika berlandaskan pada kejujuran.
Perbuatan bohong akan menimbulkan rasa saling membenci antara sesama teman. Rasa saling mempercayai antar sesama akan hilang, dan akan tercipta suatu bentuk masyarakat yang tidak berlandaskan asas saling tolong-menolong atau gotong royong. Apabila bohong sudah merajalela ke dalam tubuh masyarakat, maka hilanglah rasa senang dan keakraban antara anggota-anggotanya. Mengingat dampaknya yang sangat negatif dan membahayakan masyarakat, maka Islam melarang berbohong dan menganggap perbuatan ini sebagai perbuatan dosa besar. Cukuplah kiranya untuk menjadi dalil pengharaman bohong ini ayat-ayat sebagai berikut :
“Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.” (Q.S. 40 : 28).
Dan firman Allah : “Kemudian marilah kita bermubahalah (bersumpah) kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta” (QS. 3 : 61).
Kemudian Nabi SAW berwasiat agar kaum muslimin berpegang teguh pada kejujuran dan membuang jauh-jauh sifat pembohong.
Dalam hadits berikut beliau bersabda :
ان الصدق يهدى الى البر, ان البر يهدى الى الجنة, وان الرجل ليصدق حتى يكتب عند الله صديقا, وان الكذب يهدى الى القجور وان الفجور يهدى الى النار وان الرجل ليكذب حتى يكتب عند الله كذابا (رواه البخارى و مسلم
“Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu akan menghantarkan kepada surga. Seseorang yang berbuat jujur oleh Allah akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya bohong itu akan menunjukkan kepada kelaliman, dan kelaliman itu akan menghantarkan ke arah neraka. Seseorang yang terus menerus berbuat bohong akan ditulis oleh Allah sebagai pembohong.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim )
Rasulullah pernah bersabda pula :
اية المنافق ثلاث : اذا حدث كذب واذا وعد أخلف واذا ؤتمن خان
“Pertanda orang yang munafiq ada tiga: apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.).
Rasulullah pernah bersabda pula :
اية المنافق ثلاث : اذا حدث كذب واذا وعد أخلف واذا ؤتمن خان
“Pertanda orang yang munafiq ada tiga: apabila berbicara bohong, apabila berjanji mengingkari janjinya dan apabila dipercaya berbuat khianat” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.).
HUKUM BERBOHONG DALAM ISLAM
Kebohongan dan kepalsuan telah menjalar dan menjadi borok di segala lapisan masyarakat. Bahkan di Amerika berdasarkan sebuah survey terpercaya,didapatkan angka 91% dari warganya terbiasa berbohong. Sebagian umat Islampun ada yang kecanduan dengan sikap tercela ini. Tulisan di bawah ini, mudah-mudahan menguatkan kita untuk menghindari kebiasaan tercela tersebut.
Allah Ta’ala telah menjadikan umat Islam bersih dalam kepercayaan,segala perbuatan dan perkataannya. Kejujuran adalah barometer kebahagiaan suatu bangsa. Tiada kunci kebahagiaan dan ketentraman haqiqi melainkan bersikap jujur, baik jujur secara vertikal maupun horizontal.
Kejujuran merupakan nikmat Allah Ta’ala yang teragung setelah nikmatIslam, sekaligus penopang utama bagi berlang-sungnya kehidupan dankejayaan Islam. Sedangkan sifat bohong merupakan ujian terbesar jika menimpa seseorang, karena kebohongan merupakan penyakit yangmenggerogoti dan menghancurkan kejayaan Islam.
Dusta merupakan dosa dan aib besar, Allah Ta’ala berfirman:Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyaipengetahuan tentangnya. [Al-Isra': 36]
Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu’Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya jujur itu menunjukkan kepada kebaikan, sedangkan kebaikan menuntun menuju Surga. Sungguh seseorang yang membiasakanjujur niscaya dicatat di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu menunjukkan kepada kemungkaran, sedangkankemungkaran menjerumuskan ke Neraka. Sungguh orang yang selaluberdusta akan dicatat sebagai pendusta . [HR. Al-Bukhari dan Muslim ]
Bohong adalah perbuatan haram, karena membahayakan orang lain, tetapidalam kondisi tertentu berubah hukumnya menjadi mubah bahkan wajib.
Para ulama menetapkan pembagian hukum dusta sesuai dengan limakategori hukum syar’i, meskipun pada dasarnya hukum bohong adalahharam. Adapun pembagiannya adalah sbb:
Haram, yaitu kebohongan yang tak berguna menurut kacamata syar’i.
Makruh, yakni dusta yang dipergunakan untuk memperbaiki kemelut rumah tangga dan yang sejenisnya.
Sunnah, yaitu seperti kebohongan yang ditempuh untuk menakut-nakuti musuh Islam dalam suatu peperangan, seperti pemberitaan [yang berlebihan] tentang jumlah tentara dan perlengkapan kaum muslimin [agar pasukan musuh gentar].
Wajib, yaitu seperti dusta yang dilakukan untuk menyelamatkanjiwa seorang muslim atau hartanya dari kematian dan kebinasaan.
Mubah, misalnya yang dipergunakan untuk mendamaikan persengketaan di tengah masyarakat.
Tetapi sebagian ulama berpendapat, semua bentuk dusta adalah buruk dan harus dijauhi, sebab tidak sedikit ayat-ayat Al Qur’an yang mencelanya.
Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Dusta
Usaha memutarbalikkan fakta dengan berbagai motifnya; baik untuk melariskan barang dagangan, melipatganda-kan keuntungan atau yang lain.
Mencari perhatian, seperti ikut dalam seminar dan diskusi dengan membawakan trik-trik dan kisah-kisah bohong menarik supaya para peserta terpesona.
Tiadanya rasa tanggung jawab dan berusaha lari dari kenyataan hidup.
Kebiasaan berdusta sejak kecil, baik karena pengaruh kebiasaan orang tua atau lingkungan tempat tinggalnya.
Merasa bangga dengan kebohong-annya, karena ia menganggap kebohongan itu suatu kecerdikan, kecepatan daya nalar dan perbuatan baik.
Dusta dalam Kenyataan Sehari-hari yang Harus Dihindari
Ungkapan seseorang: Telah saya katakan kepadamu seribu kali,masa belum paham juga. Ungkapan di atas tidak menunjukkan jumlahbilangannya, tetapi untuk menguatkan maksud. Jika ia hanya mengatakannya sekali, maka ia telah berdusta. Tetapi jika iamengatakannya berkali-kali walaupun belum sampai hitungan seribukali, maka ia tidak berdosa.
Contoh lain, seseorang berkata kepada temannya: Silakan dimakan, lalu dijawab: Terimakasih, saya sudah kenyang atau saya tidak bernafsu.
Hal-hal semacam itu dilarang [haram] jika tidak mengandung tujuanyang benar.
Ahli wira’i [orang-orang yang senantiasa memelihara dirinya dari unsur haram] sangat membenci basa-basi semacam ini.
Berdusta dalam memberitakan mimpi, padahal dosanya besar sekali. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Sesungguhnya di antara kebohongan terbesar adalah seseorang yangmengaku [bernasab] kepada selain bapaknya, atau bercerita tentangmimpi yang tak pernah ia lihat, serta meriwayatkan atas RasulullahShallallahu ‘Alaihi Wasallam sesuatu yang tidak pernah beliaukatakan. [HR. Al Bukhari]
Mengelabuhi anak kecil dengan memanggilnya untuk diberi sesuatu,padahal ia tidak memiliki apa-apa. Misalnya, seseorang berkata: Nak kemari, bantu bapak ya, nanti bapak kasih duit, tetapi kemudian ia tidak memberinya apa-apa.
Menceritakan segala hal yang ia dengar.Cukuplah seseorang disebut pendusta, jika ia menceritakan segala hal yang ia dengar. [HR. Muslim]
Padahal sangat mungkin terjadi kekeliruan dalam pemberitaannya,karena ia tidak mengecek terlebih dahulu, tapi biasanya ia berdalih: Ini berdasarkan yang saya dengar.
Bagaimana jika berita itu tentang tuduhan zina Apa ia tetapmenyebarluaskannya tanpa bukti yang nyata Adakah di antara kita rela didakwa zina semacam ini
Berkata atau bercerita bohong yang lucu, agar massa pendengarnya tertawa. Neraka Wail [kehancuran] bagi orang yang berbicara kemudian berdusta supaya pendengarnya tertawa. Wail baginya, sungguh Wail sangat pantas baginya. [HR. Bazzar]
Terapi Penyembuhan Penyakit Tercela Ini
Jika Anda ingin mengerti keburukan sifat dusta dari dirimu sendiri,maka perhatikan kebohongan orang lain, niscaya Anda membencinya,merendahkan dan mengecamnya. Setiap muslim wajib memperbaharui taubat dirinya dari segala dosa dan kesalahan. Demikian pula ia wajib mencari dan memelihara berbagai macam sebab yang bisa membantunya dalam meninggalkan dan menjauhi sifat yang tidak terpuji ini.
Di antara sebab-sebab tersebut adalah:
Pengetahuan sang pelaku tentang keharaman dusta, siksanya yang berat dan selalu mengingat dalam setiap hendak berbicara.
Membiasakan diri dalam memikul tanggung jawab dalam segala halyang benar dan berbicara jujur, apapun resikonya.
Memelihara kata-katanya dan senantiasa mengoreksinya.
Mengubah tempat-tempat membual menjadi tempat-tempat ibadah,dzikir dan mempelajari ilmu.
Hendaknya para pembual tahu, mereka telah menyandang salah satusifat orang-orang munafik karena dustanya.
Hendaknya mereka juga memahami, dusta merupakan jalan menujukemungkaran yang nantinya bermuara di Neraka, sedangkan jujurmenuntun pelakunya ke Surga.
Hendaknya ia mendidik anak-anaknya secara Islami dan benar,mambiasakan mereka selalu jujur di setiap ucapan dan tindakannyaserta senantiasa jujur di hadapan mereka.
Hendaknya ia mengerti, kepercayaan relasinya akan berkurangkarena kebohongan-kebohongannya, bahkan bisa luntur sama sekali.
Hendaknya ia memahami, kebohongannya itu sangat membahayakan orang lain.
Akhirnya hanya kepada Allah Ta’ala kita memohon agar kita dijauhkandari sifat tercela ini, sehingga kita termasuk golongan hamba-hambaNyayang selalu bersikap jujur dalam segala situasi dan kondisi. Amien
BOHONG DALAM PANDANGAN ISLAM
Walau pada dasarnya, berbohong hukumnya haram, tetapi dalam keadaan tertentu, Islam memberikan kelonggaran. Namun, ia bukan dalam konteks yang terlalu ketat. Rasulullah SAW menyatakan, seseorang yang berbohong dengan niat ingin mendamaikan orang lain atau untuk tujuan kebaikan dalam masyarakat, dia tidak dianggap berbohong, jadi hukumnya boleh, bahkan bisa hukmunya jadi wajib berbohong bila tujuannya untuk menyelamtakan jiwa sesorang.
Berbohong menurut pandangan Islam berdasarkan Al Qur’an dan Hadis:
HR. Bukhari Muslim dari Ibnu Mas’ud: “Kejujuran menuntun pada kebajikan, kebajikan dapat menghantarkan ke surga. Sesungguhnya kebohongan itu menyeret manusia pada kejahatan , sedang kejahatan itu dapat menyeret pada neraka.” (berbohong hukumnya haram)
HR. Bukhari dari Ibnu Abas: ” Barangsiapa mengaku bermimpi sesuatu padahal dia tidak memimpikannya maka ia akan dituntut untuk menyambung dua ujung rambut.”
Bahkan berbohong dalam Islam dipandang sebagai salah satu sifat kekufuran dan kemunafikan. Di dalam Al-Qur’an Alloh SWT berfirman, “Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan hanyalah mereka yang tidak mengimani (mempercayai) tanda-tanda kekuasaan Alloh. Mereka adalah kaum pendusta”. (An-Nahl: 105)
Rasulullah SAW pun menggolongkan mereka yang berdusta termasuk orang-orang yang memiliki karekteristik kemunafikan. Beliau bersabda, “Empat hal jika semuanya ada pada seseorang ia adalah munafik semurni-murninya munafik. Jika satu di antara yang empat itu ada pada dirinya maka padanya terdapat saru sifat kemunafikan hingga ia dapat membuangnya; Jika berbicara ia berduta, jika diberi amanah ia khianat, jika berjanji ia melanggar dan jika membantah ia berbohong.” (HR. Bukhori Muslim)
BOHONG ADALAH SIFAT ORANG MUNAFIK
Mungkin kita sering mendengar kata munafik di dalam kehidupan sehari-hari kita. Kata munafik atau muna mungkin kita anggap tidak begitu kasar di telinga kita karena kata itu jarang kita dipublikasikan di media massa. Namun sebenarnya munafik adalah suatu sifat seseorang yang sangat buruk yang bisa menyebabkan orang itu dikucilkan dalam masyarakat.
Hadits Nabi Muhammad SAW Tentang Orang-Orang Munafik “Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya”.(Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim).
1. BERBOHONG
Bohong adalah mengatakan sesuatu yang tidak benar kepada orang lain. Jadi apabila kita tidak jujur kepada orang lain maka kita bisa menjadi orang munafik. Contoh bohong dalam kehidupan keseharian kita yaitu seperti menerima telepon dan mengatakan bahwa orang yang dituju tidak ada tetapi pada kenyataannya orang itu ada. Contoh lainnya seperti ada anak ditanya dari mana oleh orang tuanya dan anak kecil itu mengatakan tempat yang bukan dikunjunginya.
2. INGKAR JANJI
Seseorang terkadang suka membuat suatu perjanjian atau kesepakatan dengan orang lain. Apabila orang itu tidak mengikuti janji yang telah disepakati maka orang itu berarti telah ingkat janji. Contohnya seperti janjian ketemu sama pacar di warung kebab bang piih tetapi tidak datang karena lebih mementingkan bisnis. Misal lainnya yaitu seperti para siswa yang telah menyepakati janji siswa namun tidak dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab.
3. BERHIANAT
Khianat mungkin yang paling berat kelasnya dibandingkan dengan sifat tukang bohong dan tukang ingkar janji. Khianat hukumannya bisa dijauhi atau dikucilkan serta tidak akan mendapatkan kepercayaan orang lagi bahkan bisa dihukum penjara dan denda secara pidana. Contoh berkhianat yaitu seperti oknum anggota TNI yang menjadi mata-mata bagi pihak asing atau teroris. Contoh lainnya yaitu seperti seorang pegawai yang dipercaya sebagai pejabat pajak seperti Gayus Tambunan, namun dalam pekerjaannya dia menyalahgunakan jabatan yang digunakan dengan cara menilep uang setoran pajak.
BOHONG YANG DIBOLEHKAN
Dalil-dalil di atas menunjukan dengan tegas bagaimana kecaman Islam terhadap kebohongan dan orang-orang yang melakukannya. Namun demikian Rasulullah SAW memberikan pengecualian terhadap tiga kebohongan yang boleh (mubah) dilakukan oleh seorang muslim
Hadits-hadits shahih tentang bolehnya berbohong pada kasus-kasus tertentu
1. Hadits Ummu Kultsum:
عن أم كلثوم بنت عقبة أخبرته : أنها سمعت رسول الله صلى الله عليه و سلم يقول : ليس الكذاب الذي يصلح بين الناس فينمي خيرا أو يقول خيرا
Artinya:
Dari Ummu Kultsum binti Uqbah mengabarkan bahwa dia mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Bukanlah pendusta orang yang mendamaikan antara manusia (yang bertikai) kemudian dia melebih-lebihkan kebaikan atau berkata baik”. [Muttafaqun 'Alaih]
Di dalam riwayat Al Imam Muslim ada tambahan:
ولم أسمع يرخص في شيء مما يقول الناس كذب إلا في ثلاث الحرب والإصلاح بين الناس وحديث الرجل امرأته وحديث المرأة زوجها
Artinya:
“Dan aku (Ummu Kultsum) tidak mendengar bahwa beliau memberikan rukhsah (keringanan) dari dusta yang dikatakan oleh manusia kecuali dalam perang, mendamaikan antara manusia, pembicaraan seorang suami pada istrinya dan pembicaraan istri pada suaminya“.
2. Hadits Asma’ binti Yazid
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لاَ يَحِلُّ الْكَذِبُ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ يُحَدِّثُ الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ لِيُرْضِيَهَا وَالْكَذِبُ فِى الْحَرْبِ وَالْكَذِبُ لِيُصْلِحَ بَيْنَ النَّاسِ ». وَقَالَ مَحْمُودٌ فِى حَدِيثِهِ « لاَ يَصْلُحُ الْكَذِبُ إِلاَّ فِى ثَلاَثٍ ». قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ لاَ نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ أَسْمَاءَ إِلاَّ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ خُثَيْمٍ.
Artinya:
Dari Asma’ binti Yazid dia berkata: Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: “Bohong itu tidak halal kecuali dalam tiga hal (yaitu) suami pada istrinya agar mendapat ridho istrinya, bohong dalam perang, dan bohong untuk mendamaikan diantara manusia”.
TIGA KEADAAN SESEORANG BOLEH BERBOHONG
Dari Ummu Kultsum RA ia berkata:”Saya tidak pernah mendengar Rasulullah SAW memberi kelonggaran berdusta kecuali dalam tiga hal: [1] Orang yang berbicara dengan maksud hendak mendamaikan, [2] orang yang berbicara bohong dalam peperangan dan [3] suami yang berbicara dengan istrinya serta istri yang berbicara dengan suaminya (mengharapkan kebaikan dan keselamatan atau keharmonisan rumah tangga)”. (HR. Muslim)
Tidak mungkin dapat diterima jika orang yang hendak mendamaikan pihak-pihak yang berselisih menyampaikan apa yang oleh satu pihak kepada pihak lain. Itu pasti akan lebih mengobarkan api yang sedang menyala. Ia harus berusaha meredakan suasana, jika perlu ia boleh menambah-nambah dengan berbagai perkataan yang manis dan tidak menyebut cercaan atau umpatan pihak yang satu terhadap pihak yang lain.
Dalam suasana perang pun tidak masuk akal jika orang memberi informasi kepada musuh, membuka rahasia pasukannya sendiri, atau memberitahu musuh tentang informasi-informasi yang mereka butuhkan. Rasulullah SAW bersabda, “Perang itu adalah tipu daya”
Demikian pula, tidak bijaksana jika seorang istri berkata terus terang kepada suaminya tentang perasaan kasih sayangnya terhadap lelaki lain sebelum pernikahannya dengan suami sekarang padahal perasaan itu sendiri sudah hilang ditelan waktu.Atau pun suami mengkritik secara terbuka makanan yang dengan susah payah dimasakan oleh istrinya bahwa ini tidak enak, kurang sedap, atau terlalu asin misalnya.. Akan lebih bijaksana jika suami mengatakan makanan ini sangat lezat (meskipun pada kenyataannya memang enak) hanya saja mungkin perlu tambahan ini dan itu.
BERBOHONG YANG DIPERBOLEHKAN
1. keadaan perang /merbahaya
Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membonceng Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu di atas kendaraan beliau, maka jika ada seseorang yang bertanya kepada Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu tentang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di tengah perjalanan, beliau mengatakan, “Ini adalah seorang penunjuk jalanku”. Maka orang yang bertanya tersebut mengira bahwa jalan yang dimaksud adalah makna haqiqi, padahal yang dimaksud oleh Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu adalah jalan kebaikan (sabîlul khair)”. Semata-mata demi kemaslahatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari ancaman musuh-musuh beliau.” (HR. al-Bukhari)
2. Mendamaikan manusia
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha, sesungguhnya ia berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah dikatakan pendusta orang yang mendamaikan manusia (yang berseteru), melainkan apa yang dikata kan adalah kebaikan”. (Muttafaq ‘Alaih)
3. mendamaikan suami istri
Imam Muslim menambahkan dalam suatu riwayat, berkata Ummu Kultsum radhiyallahu ‘anha, “Aku tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan keringanan (rukhshah pada apa yang diucapkan oleh manusia (berdusta) kecuali dalam tiga perkara, yakni: perang, mendamaikan perseteruan/perselisihan di antara manusia, dan ucapan suami kepada istrinya, atau sebaliknya”.
4. Nasihat / dakwah
seperti : cerita islami, film islami, pelajaran ahlaq buat kanak kanak dsb, tapi dalam hal ini banyak syarat syarat yang tidak boleh bertentangan dengan syariat seperti aqidah, membuka aurat dan sebagainya.
Dalam sebuah hadis,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي
Maksudnya : Diriwayatkan daripada Abu Hurairah bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sesiapa yang menipu maka dia bukan dari kalanganku.”
Orang yang suka menipu serta tidak amanah tergolong di kalangan orang munafik yang bakal menerima siksaan yang sangat pedih di akhirat nanti.
Sabda Rasulullah saw,
أوصيك بتقوى الله, وصدق الحديث, وأداء الأمانة, والوفاء بالعهد , وبذل الطعام , وخفض الجناح
Maksudnya : Aku mewasiaatkan kamu dengan taqwa kepada Allah, benar tutur kata, menunaikan amanah, menepati janji menyedekahkan makanan dan merendah diri.
HUKUM MENIPU
Dalam hadis yang lain, Rasulullah s.a.w. bersabda :
"Mahukah kamu aku tunjukkan perihal dosa-dosa besar? Kami menjawab: Ya, tentu mahu ya Rasulullah. Rasulullah menjelaskan: Menyengutukan Allah, durhaka kepada kedua orang tua. Oh ya, (ada lagi) Iaitu perkataan dusta." (Riwayat Muttafaq Alaih)
Rasulullah SAW bersabda dalam hadis maksudnya:
"Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam, apabila berkata suka berdusta, apabila berjanji selalu menyalahi dan apabila diberi kepercayaan (amanah) suka khianat". (Riwayat Bukhari dan Muslim).
KALAU ORANG ALIM MENIPU ?
Jika seseorang alim itu menipu maka padahnya adalah sangat besar. Sebabnya,
“Kalau orang Alim buat perkara yang harus orang awam akan buat perkara yang makruh, kalau orang Alim buat perkara yang makruh, orang awam akan buat perkara yang haram, kalau orang Alim buat perkara haram, orang awam akan terjerumus ke lembah kekufuran !
Justeru hukum belajar dengan orang yang suka menipu ini ialah haram kerana mereka tergolong dalam golongan yang melakukan kezaliman. Sedangkan Allah SWT melarang kita bersekongkol dengan orang yang melakukan kezaliman.
Firman Allah SWT,
"Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan" - Hud:113
Doa orang yang dizalimi sangat makbul di sisi Allah SWT,
إتق دعوة المظلوم فإنه ليس بينها وبين الله حجاب
Maksudnya : “Hindarilah doa orang yang kena zalim, maka sesungguhnya tidak ada antara doanya itu dan di antara Allah SWT sebarang benda yang mendinding ” (HR Tirmidzi)
Ambil pengajaran dari kisah Bal’am bin Barro’. Beliau seorang "ulama" besar kaum Bani Isra’il yang hidup di zaman Nabi Musa a.s.
Sebagai ulama besar, beliau memiliki ilmu yang sangat luas di samping mempunyai pengikut dan anak murid yang sangat ramai. Kesolehannya membuatkan seluruh do’anya didengar dan dimakbulkan oleh Allah SWT.
Disebabkan beliau sangat ‘populer’, beliau telah diminta oleh Nabi Musa a.s untuk mengadap Raja Madyan dan berdakwah kepadanya. Namun apabila bertemu dengan Raja Madyan, Bal’am telah dipujuk supaya bersama pihak raja untuk menentang Nabi Musa a.s dan pengikut-pengikutnya. Sebagai imbuhan Raja akan mengurniakan harta yang banyak dan kedudukan yang tinggi kepadanya.
Tawaran daripada raja ini membuatkan hati Bal’am terpesona. Lalu dituruti permintaan Raja supaya mendoakan kehancuran kepada Nabi Musa a.s dan pengikut-pengikutnya. Balasannya Allah SWT merentap lidah Bal’am bin Barro’ dan matilah dia dalam keadaan lidahnya terjelir seperti lidah anjing. Kisah Bal’am ini ada dinyatakan dalam surah al-A’raf ayat 174-176.
Justeru apabila kita melihat seorang penuntut ilmu belajar daripada seseorang yang fasik yang suka menipu maka wajiblah kita menasihatinya dengan cara menjelaskan sifat dan keadaan guru tersebut dengan tujuan untuk kebaikan semata.
HARAMNYA SEMUA BENTUK PENIPUAN
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلًا فَقَالَ مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَفَلَا جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَيْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّي
“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah. Maka beliaupun bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Dia menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tak meletakkannya di bagian atas agar manusia dapat melihatnya?! Barangsiapa yang menipu maka dia bukan dari golonganku.” (HR. Muslim no. 102)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلَاحَ فَلَيْسَ مِنَّا وَمَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa yang mengarah senjata kepada kami maka dia bukan dari golongan kami. Dan barangsiapa yang menipu kami, maka dia bukan golongan kami.” (HR. Muslim no. 101)
Dari Tamim bin Aus Ad-Dari radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ
“Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya, “Nasihat utk siapa?” Beliau menjawab, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, & para pemimpin kaum muslimin, serta masyarakat umum di antara mereka.” (HR. Muslim no. 55)
PENJELASAN RINGKAS:
Menasehati sesama muslim merupakan kewajiban setiap muslim, bahkan dia merupakan salah satu dari tiang penyangga tegaknya agama ini. Karenanya termasuk kesalahan besar jika seorang muslim menipu atau mencurangi saudaranya sesama muslim. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ‘bukan golonganku’ ‘bukan golongan kami’, menunjukkan bahwa penipuan & kecurangan merupakan dosa yang sangat besar & bukan merupakan dosa yang kecil. Penipuan & kecurangan juga termasuk kezhaliman, & sudah jelas hukuman Allah kepada setiap pelaku kezhaliman di muka bumi ini.
Karenanya Allah Ta’ala & Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengharamkan dgn tegas semua bentuk penipuan & kecurangan dlm hal apapun & dlm keadaan bagaimanapun.
1. Memanipulasi data sebenarnya guna mendapatkan keuntungan yang bukan haknya.
2. Menyembunyikan cacat barang dagangan, agar barangnya laku.
3. Menyontek dlm ujian.
4. Penipuan yang terjadi dlm praktek lelang, yang dlm istilah syariat dikenal dgn nama an-najasy.
5. Berjual beli dgn orang yang tak tahu harga guna menipunya, di antara bentuknya adalah jual beli talaqqir ruqban.
6. Meminjamkan pinjaman kepada orang yang dia tahu kecil kemungkinan bagi dia utk bisa mengembalikannya, gunanya agar dia mendapatkan keuntungan dari bunga atau penyitaan harta benda.
7. Semua bentuk korupsi dari tingkat bawah sampai tingkat atas adalah praktek penipuan kepada harta kaum muslimin.
Faidah:
Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Barangsiapa yang mengarah senjata kepada kami maka dia bukan dari golongan kami,” menunjukkan haramnya mengarahkan semua bentuk benda tajam atau senjata kepada sesama muslim, walaupun hanya sekedar bersenda gurau. Sekaligus menunjukkan haramnya mempertakut-takuti kaum muslimin bagaimanapun caranya.
Berbohong, Menipu dan Menipu Diri Sendiri
Berbohong, cakap bohong atau menipu wujud dalam hampir setiap perhubungan dan sikap seseorang. Apa yang membezakan hanya sebesar mana bohong tersebut atau hanya sekadar apa yang disebut berbohong sunat dan yang lebih malang bila kita mula menipu diri sendiri.
Bohong atau menipu adalah dua perkataan yang sama maknanya. Orang-orang Melayu dahulu, sangat kreatif dalam membina peribahasa. Ungkapannya indah, halus bunyinya dan mendalam isinya. Bohong atau menipu, membawa impak besar kepada diri yang menipu dan juga orang sekelilingnya. Kerana menipu bukan sahaja membawa impak negatif diri penipu, tetapi kadangkala memberi kesan kepada masyarakat. Menipu dalam apa jua, adalah sesuatu yang dilarang oleh Islam. Sehinggakan Rasulullah menegaskan bahawa menipu untuk sekadar bergurau juga tidak dibenarkan dalam Islam. Sepertimana yang dikatakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadith, “Celakalah orang yang berbicara, padahal dia menipu, untuk sekadar membuat orang-orang tertawa, celakalah dia, kemudian celakalah dia." (Hadith ini Sahih dalam Bulughul Maram oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqolani)
Sama ada kita kaki menipu atau selalu ditipu, kedua-duanya tidak baik untuk manusia yang mempunyai harga diri. Dua perkataan yang bunyinya nyata lebih kurang sama. Apa yang jelas, kedua-duanya mempunyai makna yang tersendiri. Menipu bermaksud, mengenakan tipu daya. Manakala ditipu pula ialah, diperdaya oleh orang lain.Kenapa harus menipu, atau kenapa harus diberi peluang kepada orang lain untuk membenarkan mereka diri kita ditipu. Yang paling teruk bila kita terjerumus kepada tabiat menipu diri sendiri yang seolah-olah menjadikan keuntungan pada yang melakukannya.
3 CIRI MEREKA YANG MENIPU DIRI SENDIRI :
1- Memuaskan hawa nafsu dan beranggapan dirinya selamat daripada azab seksaan
Allah SWT.
2- Menunda-nundakan saat bertaubat kepada Allah SWT dan panjang angan-angan.
3- Mengharap pahala dan ihsan daripada Allah SWT tanpa beramal soleh.
(Kitab Tanbihul Ghafilin. Jilid 1 & 2 . M/S : 955)
Menipu merupakan pekerjaan dosa besar, kerana sifat ini merupakan sifat yang paling menonjol yang dimiliki oleh orang munafik. Rasulullah SAW bersabda maksudnya: "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga macam, apabila berkata suka berdusta, apabila berjanji selalu menyalahi dan apabila diberi kepercayaan (amanah) suka khianat". (Riwayat Bukhari dan Muslim). Balasan bagi orang suka menipu serta tidak amanah ataupun tergolong dalam orang munafik ini sangat pedih di akhirat nanti. Sekalipun orang munafik atau menipu orang itu sentiasa merahsiakan sifat kemunafikannya, Allah adalah Zat Yang Maha Tahu akan membongkar kesalahannya di hadapan orang-orang Islam apa yang selama ini tersimpan dalam hatinya. Allah berfirman maksudnya: "Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahawa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? dan kalau Kami kehendaki nescaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu" (Muhammad ayat 29-30)
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, perjalanan bagi mereka yang suka menipu di akhirat nanti dengan melalui jambatan yang lebih lembut dari helaian rambut. Tidak ada manusia yang mampu melaluinya kecuali atas pertolongan Allah. Bagi kaum munafik atau penipu, tatkala mereka menuju jambatan itu dan bersama-sama dengan kaum mukminin, mereka mendapatkan cahaya sebagaimana yang didapati oleh kaum mukminin itu. Nampak seakan-akan mereka turut melakukan solat, zakat, haji dan puasa. Namun di tengah jambatan itu, Allah mencabut cahaya-Nya. Mereka terdiam dan berdiri dalam keadaan bingung, tak mampu melanjutkan perjalanan. Mereka dipanggil oleh orang-orang mukmin supaya mendekatinya supaya mereka memperoleh cahaya, namun mereka tertinggal jauh. Lalu dikatakan kepada orang munafik atau peniupu itu mundurlah ke belakang. Mereka pun mundur mencari cahaya yang hilang. Begitulah nasib bagi orang yang menipu
Bila kita sudah menipu diri sendiri mengatakan bahawa mereka tidak diperhatikan sesiapa, sebenarnya mereka bertuhankan diri sendiri. Sebab itu, walaupun hati kecil kita sering mengajak ke arah kebaikan, sudah tidak berkesan. Kita mungkin boleh melakukan dosa dibelakang manusia yang lain tanpa diketahui. Tapi kita tidak akan pernah terlepas dari perhitungan Allah SWT. Meskipun kita melakukan dosa itu secara membelakang, mengiring, berbaring, bersembunyi dalam gua atau mengorek lubang masuk ke bilik bawah tanah, ianya tetap dapat dilihat. Ingatlah, di kiri dan kanan kita, ada malaikat suruhan Allah sentiasa memerhati. Rasailah kehadiran dua malaikat itu. Dari sekecil-kecil perkara sehingga ke besar-besar perkara. Tiada satu pun yang terlepas dari pengetahuan Allah SWT. Hatta daun yang gugur dari pokok pun Allah tahu. sebenarnya, tidak ada langkah kita yang terlepas dari pemerhatian Allah. Ketika tidur, mandi, makan, sendirian dan semasa berbual dengan orang lain. Semuanya Allah akan kira. Percaya atau tidak, kita kena percaya. Allah itu Maha Kuasa
Sesungguhnya kita tidak mungkin ditipu adalah diri sendiri. Kalimat-kalimat, “Jangan menipu diri; Hatimu adalah cermin dirimu; Kejujuran sejati adalah kata hati sendiri” dan banyak lagi, adalah bukti betapa orang tidak mungkin menipu dirinya sendiri. Menipu orang lain, itu mudah. Orang tinggal berbicara lain dan berbuat yang lain kepada orang lain. Dijamin orang itu tidak mudah mengetahui trik itu. Dan akan tertipulah orang tersebut. Tapi apakah kita akan mampu menipu diri sendiri, Tidak mungkin. Berfikir secara jujur mengenai kebimbangan atau motif sesuatu keputusan itu. Setiap keputusan pasti mempunyai dilemanya yang tersendiri, jangan sesekali membuat keputusan dengan cuba untuk menipu diri sendiri.
TUJUH (7) TANDA KEIKHLASAN
1. Niat
2. Hanya kerana Allah
3. Mengharapkan rahmat dan belas kasihan Allah
4. Dengan kerelaan sendiri
5. Untuk kebaikan
6. Dilakukan dengan bersungguh-sungguh
7. Rasa tanggungjawab
Semoga Allah slalu melindungi kita
Habib oemar bin assegaf alquraisy