KIAT KHUSYU’ DI DALAM SHALAT
Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq
﴿قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ .الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ﴾
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu mereka yang senantiasa khusyu’ di dalam shalatnya.” (QS. Al Mu’minun :1-2)
Berikut ini diantara beberapa kiat - kiat untuk bisa meraih khusyu’ di dalam shalat, yang saya kumpulkan dari beberapa referensi tulisan para ulama.
1. Senantiasa memohon kepada Allah agar dikaruniai kekhusyu’an dalam ibadah.
Diantara do’a yang bisa kita baca adalah :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dari jiwa yang tidak merasa puas, dan dari doa yang tidak didengar (tidak dikabulkan).” (HR. Abu Dawud)
2. Senantiasa mengingat keagungan shalat.
Hendaknya kita memperbanyak mengenal dan mengenang akan kedudukan shalat. Yang mana shalat adalah : amalan yang akan menentukan baik buruknya amal yang lain, amal yang pertama kali dihisab di hari kiamat, sebagai garis pembeda keimanan dan kekafiran dan lain sebagainya.
3. Membaguskan persiapan shalat.
Menyempurnakan wudhu’, menggunakan pakaian yang baik, memakai wewangian, berangkat lebih awal ke masjid, dan menjaga sunnah-sunnah lainnya sebelum shalat adalah termasuk perkara yang bisa membantu untuk bisa shalat dengan khusyu’.
4. Memandang ke arah tempat sujud ketika shalat.
Menjaga pandangan mata di dalam shalat adalah perkara yang disepakati akan mendatangkan khusyu’an di hati seseorang.
كان أصحاب النبي صلى الله عليه وسلم يرفعون أبصارهم إلى السماء في الصلاة، فلما أنزل الله تعالى: {الذين هم في صلاتهم خاشعون} رمقوا بأبصارهم إلى موضع سجودهم، لأن جمع النظر في موضع أقرب إلى الخشوع
“Adalah dahulu para shahabat Nabi shalat terkadang mengangkat pandangannya ke langit ketika shalat, sampai kemudian turun ayat : ‘dan orang-orang yang mereka khusyu’ di dalam shalat’ (QS. Al-Mukminun : 2). Lalu mereka menundukkan pandangannya ke arah tempat sujud mereka, karena ini lebih mendekatkan kepada khusyu’.” [1]
5. Mengingat besarnya keutamaan khusyu’ di dalam shalat.
إن الرجل لينصرف وما كتب له إلا عُشر صلاته، تُسعها، ثُمُنها، سُبعها، سُدسها، خُمُسها، رُبعها، ثُلثها، نصفها
“Sesungguhnya ada seseorang yang benar-benar mengerjakan shalat, namun pahala shalat yang tercatat baginya hanyalah sepersepuluh (dari) shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepetujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan seperduanya saja.” (HR.Abu Daud)
Imam Munawi ketika menjelaskan hadits ini berkata : “Hadits ini menjadi dalil bahwasanya pahala shalat seseorang bisa berbeda-beda sesuai kadar khusyu’ dan tadabburnya di dalam shalat.” [2]
6. Mengingat bahwa ketika ia shalat sedang menghadap Allah.
فَإِنَّ اللَّهَ قِبَلَ وَجْهِهِ إِذَا صَلَّى
“Sesungguhnya Allah berada di hadapan seseorang ketika ia sedang shalat” (HR. Bukhari)
7. Merenungi setiap ayat yang dibaca dan seluruh bacaan shalat.
Sesungguhnya menyimak dan mentadaburi setiap ayat yang dibaca dalam shalat adalah sarana terbesar yang bisa mendatangkan kekhusyu’an. Karena ayat al Qur’an itu bisa memberikan bekas kepada hati-hati yang memperhatikannya.
Karenanya Allah ta’ala berfirman :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan jika dibacakan al Qur’an maka dengarkanlah dan diamlah agar engkau diberi rahmat.” (QS. Al A’raf : 204)
8. Banyak mengingat kematian.
Kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja. Karenanya seorang hamba harus banyak mempersiapkan amal untuk dirinya bila waktu itu telah tiba.
Dan bisa jadi, ini adalah shalat terakhir baginya. Karena itulah Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam mengingatkan dengan sabdanya :
إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ
“Apabila engkau hendak mendirikan shalat maka shalatlah seakan-akan itu adalah shalat perpisahan.” (HR. Ahmad )
9. Menjauhi perbuatan sia-sia di dalam shalat.
Hendaknya seseorang menjauhi segala perbuatan yang tidak ada kaitannya dengan shalatnya, meskipun itu tidak sampai membatalkannya. Karena dengan itu semua, akan memecah kosentrasi dan focusnya hati di dalam shalat.
Al imam Sa’id bin Musayyib pernah melihat seseorang yang banyak bergerak di dalam shalatnya, maka beliau berkata :
إني لأرى هذا لو خشع قلبه، خشعت جوارحه
“Seandainya orang ini khusyu’ di dalam shalatnya, maka ia juga akan khusyu’ anggota badannya.”
10. Membaca kisah-kisah kekhusyu’an shalat orang-orang shalih.
Dengan mengetahui kisah-kisah mereka, akan mengerakkan hati untuk meneladani dan mengikuti bagaimana cara shalat mereka.
Dimana orang-orang shalih dahulu dalam shalatnya ada yang menangis hingga jatuh pingsan, ada yang karena kekhusyu’annya bertenggerlah burung-burung di badan mereka, ada yang shalat semalam suntuk hanya mengulang-ulang satu ayat dan lain sebagainya.
Wallahu a'lam.
_________
1. Al Mausu’ah al Fiqhiyyah al Kuwaitiyyah (36/234).
2. Faidh al Qadir (2/333).