MENGAPA BUNG KARNO DILENGSERKAN DENGAN CARA FITNAH YANG SANGAT KEJI?
Ini Jawabannya:
BUNG KARNO dilengserkan dengan fitnah yang sangat keji untuk merampok kekayaan alam Indonesia.
Ini Penjelasan Fakta Sejarahnya:
Soeharto yang telah sukses mengkudeta Bung Karno, mengirim satu tim ekonomi yang terdiri dari Prof.Dr Soemitro Djojohadikusumo
Di Swiss, tim ekonomi suruhan Soeharto ini menggadaikan seluruh kekayaan alam negeri ini ke hadapan David Rockefeler cs. Dengan seenak perutnya, mereka mengkavling-kav
Gunung Emas di Papua diserahkan kepada Freeport, Ladang Minyak dan Gas di Riau kepada Chevron, Ladang Minyak dan Gas di Aceh kepada Exxon, dan sebagainya masih banyak lagi yang lainnya. Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) tahun 1967 pun dibuat dan dirancang di Swiss, untuk menuruti apapun kehendak para pengusaha asing tersebut.
Sampai detik ini, perampokan atas seluruh kekayaan alam negeri ini masih saja terus berjalan dan dikerjakan dengan sangat leluasa oleh berbagai Korporasi Penguasa Dunia. Silahkan telusuri semua dengan fakta-fakta tak terbantahkan sebagaimana yang telah dilakukan George Aditjondro bahwa negeri ini tengah meluncur ke jurang kehancuran, dimana Soeharto dan Sumitro Djojohadikusumo
Sudah banyak sekali buku-buku ilmiah yang ditulis para cendekiawan baik dari dalam maupun luar negeri tentang betapa bobroknya kinerja pemerintahan di saat rezim Soeharto berkuasa selama lebih kurang 32 tahun itu, dengan jutaan fakta dan dokumen yang tak terbantahkan.
Sebab itu, tulisan ini memaparkan fakta apa adanya tentang Soeharto. Agar setidaknya, mereka yang selama ini menganggap Soeharto pahlawan, harus bisa bermuhasabah dan melakukan renungan yang lebih dalam, apakah sudah benarkah tindakan tersebut.
Fakta sejarah harus ditegakkan, siapa sebenarnya Soeharto sebelum dan sesudah menjadi presiden?. Soeharto lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni 1921, dari keluarga petani, karirnya diawali sebagai karyawan di sebuah bank pedesaan, walau tidak lama.
Dia sempat juga menjadi buruh dan kemudian menempuh karir militer pertama kali sebagai prajurit KNIL yang berada di bawah kesatuan tentara penjajah Belanda. Saat Jepang masuk di tahun 1942, Soeharto bergabung dengan PETA. Ketika Soekarno memproklamirkan
Salah satu ‘prestasi’ kemiliteran Soeharto yang sering digembar-gembor
Padahal, sesungguhnya serangan umum itu diprakarsai sendiri Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Sri Sultan Hamengkubuwono IX lah yang memimpin serangan umum melawan Belanda itu. Sri Sultan Hamengkubuwono IX adalah seorang nasionalis yang memiliki perhatian terhadap nasib rakyatnya, karena itu ia tidak mau untuk di jajah. (lihat biografi Sri Sultan Hamengkubuwono IX).
Kemudian pada 1959, Soeharto yang kala itu menjabat sebagai Pangdam Diponegoro dipecat oleh A.H.Nasution dengan tidak hormat karena Soeharto telah menggunakan institusi militernya untuk mengumpulkan uang dari perusahaan-peru
Untuk memperlancar penyelundupan ini, didirikan perusahaan perkapalan yang dikendalikan Bob Hasan. Konon, dalam menjalankan bisnis haramnya ini, Bob Hasan menggunakan kapal-kapal ‘Indonesian Overseas’ milik C.M. Chow.
Siapa C.M. Chow ini?.Dia adalah agen ganda. Pada 1950 dia menjadi agen rahasia militer Jepang di Shanghai. Tapi dia pun kepanjangan tangan Mao Tse Tung dalam merekrut Cina perantauan dari orang Jepang ke dalam jaringan komunis Asia.
Pada 1943, Chow ditugasi Jepang ke Jakarta. Ketika Jepang hengkang dari Indonesia, Chow tetap di Jakarta dan membuka usaha perkapalan pertama di negeri ini. Chow bukan saja membina WNI Cina di Jawa Tengah dan Jawa Timur, namun juga di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
Salah satu binaannya adalah ayah Eddy Tansil dan Hendra Rahardja yang bermarga Tan. Tan yang ini merupakan sleeping agent Mao di Indonesia Timur. Pada pertengahan 1980-an, Hendra Rahardja dan Liem Sioe Liong mendirikan sejumlah pabrik di Fujian, Cina.
A.H.Nasution kala itu sudah sangat marah sehingga ingin memecat Soeharto dari AD dan menyeretnya ke Mahkamah Militer, namun atas desakan Gatot Subroto, Soeharto dibebaskan dan akhirnya dikirim ke SSKAD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat).
Selain A.H.Nasution, A. Yani juga marah atas ulah Soeharto dan dikemudian hari mencoret nama Soeharto dari daftar peserta pelatihan di SSKAD, yang mana hal ini membuat Soeharto dendam sekali terhadap A. Yani. Terlebih Yani adalah anak kesayangan Bung Karno.
Kolonel Pranoto Rekso Samoedro diangkat sebagai Pangdam Diponegoro menggantikan Soeharto. Pranoto, sang perwira 'santri', menarik kembali semua fasilitas milik Kodam Diponegoro yang dipinjamkan Soeharto kepada para pengusaha Cina untuk kepentingan pribadinya.
Di SSKAD, Soeharto dicalonkan untuk menjadi Ketua Senat, namun D.I.Panjaitan menolak keras dengan menyatakan dirinya tidak percaya dengan Soeharto yang dinilainya tidak bisa dipercaya karena mempunyai banyak catatan kotor dalam karir militernya, antara lain penyelundupan bersama para pengusaha Cina dengan dalih untuk membangun kesatuannya, namun yang terjadi adalah untuk memperkaya dirinya.
Atas semua kejadian itu Soeharto sangat sakit hati dan dendam. Bertambah lagi dendam Soeharto, selain kepada A.H.Nasution, Ahmad Yani dan D.I. Panjaitan. Aneh tapi nyata, dalam peristiwa G30S/PKI/1965, musuh-musuh Soeharto, yaitu A.H.Nasution, Ahmad Yani, dan D.I.Panjaitan, menjadi target pembunuhan, sedangkan Soeharto sendiri yang merupakan orang kedua di AD tidak masuk dalam daftar kematian peristiwa G30S 1965.
Dan ketika A. Yani terbunuh, Bung Karno mengangkat Pranoto Rekso Samudro sebagai Kepala Staf AD, namun Pranoto dijegal oleh Soeharto sehingga Soeharto yang mengambil-alih kepemimpinan AD, kemudian untuk menghindari pertumpahan darah dan perang saudara karena Siliwangi di Jawa Barat (Ibrahim Adjie) dan KKO (Marinir) di Jawa Timur, dimana telah bersumpah selalu berada di belakang Soekarno dan jika Soekarno
memerintahkan untuk ‘menyapu’ bersih semua kekuatan Soeharto di Jakarta, maka mereka menyatakan siap untuk berperang.
Namun untuk menghindari perang saudara serta jatuhnya korban lebih banyak lagi, Bung Karno tidak memerintahkan, jadilah Soeharto sebagai KSAD.
Pasca Perang Dunia II, AS melihat Uni Soviet sebagai satu-satunya pihak yang bisa menghalangi hegemoninya atas dunia. Diluncurkanlah Marshall Plan sebagai upaya membendung pengaruh komunisme yang kian lama kian meluas, dari Eropa Timur ke arah Asia Tenggara, sebuah wilayah yang sangat strategis dari sisi perdagangan dunia dan geopolitik, juga sangat kaya raya dengan sumber daya alam dan juga manusianya.
AS sangat cemas jika wilayah tersebut dikuasai Uni Soviet. Dari semua negeri di wilayah itu, Indonesia lah negara yang paling strategis dan paling kaya raya. AS sangat paham akan hal ini, sebab itu di wilayah Indonesia merupakan satu-satunya wilayah yang disebut dalam Marshall Plan.
Namun untuk menundukkan Indonesia, AS jelas kesulitan karena negeri ini tengah dipimpin oleh seorang yang sukar diatur, cerdas, dan dicintai rakyatnya, dialah Bung Karno. Tiada jalan lain, orang ini harus ditumbangkan, dengan berbagai cara.
Sejarah telah mencatat dengan baik bagaimana badan agen rahasia AS yaitu CIA ikut terlibat langsung berbagai aksi pemberontakan bersenjata di Indonesia, diantaranya PRRI, PERMESTA dan pemberontakan yang lainnya. CIA juga membina kader-kadernya di bidang pendidikan (yang nantinya melahirkan Mafia Berkeley), mendekati dan menunggangi partai politik demi kepentingannya,
Setelah berkali-kali gagal menjatuhkan Bung Karno dan bahkan sampai hendak membunuhnya, akhirnya pada paruh akhir 1965, Bung Karno berhasil disingkirkan CIA lewat Soeharto dengan Gerakan 30 September/PKI 1965 yang terjadi di tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, yang mana dalang sebenarnya adalah Soeharto dengan bantuan CIA.
Setelah peristiwa 1 Oktober 1965, secara de facto, Soeharto melalui kudeta merangkaknya mulai mengendalikan negeri ini. Pada pekan ketiga Oktober 1965, Soeharto menugaskan para kaki tangannya membantai mungkin jumlahnya mencapai jutaan orang.
Mereka yang dibunuh adalah orang-orang yang dituduh sebagai kader atau simpatisan komunis (PKI), tanpa melewati proses pengadilan yang fair. Media internasional bungkam terhadap semua kejahatan kemanusiaan yang luar biasa itu, karena memang AS sangat diuntungkan.
Jatuhnya Bung Karno dan naiknya Soeharto dirayakan dengan penuh suka cita oleh Washington. Bahkan Presiden Nixon menyebutnya sebagai “Hadiah terbesar dari Asia Tenggara”. Satu negeri dengan wilayah yang sangat strategis, kaya raya dengan sumber daya alam, segenap bahan tambang, dan sebagainya ini telah berhasil dikuasai dan dalam waktu singkat akan dijadikan ‘sapi perahan’ bagi kejayaan imperialisme Barat.
Benar saja, November 1967, Soeharto menugaskan satu tim ekonom pro-AS menemui para 'bos' Pengusaha Internasional di Swiss. Dalam bulan November 1967 menyusul tertangkapnya ‘hadiah terbesar’ (istilah pemerintah AS untuk Indonesia setelah Bung Karno jatuh dan digantikan oleh Soeharto), maka hasil tangkapannya itu dibagi-bagi.
The Time Life Corporation mensponsori konferensi istimewa di Jenewa, Swiss, yang dalam waktu tiga hari membahas strategi pengambilalihan
Para pesertanya terdiri dari seluruh kapitalis yang paling berpengaruh di dunia, orang-orang seperti David Rockefeller, termasuk Raksasa Korporasi Barat yang diwakili perusahaan-peru
Di seberang meja perundingan, duduk orang-orang Soeharto yang oleh Rockefeller dan pengusaha-pengu
“Di Jenewa, Tim Indonesia terkenal dengan sebutan ‘The Berkeley Mafia’ karena beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika Serikat untuk belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka datang sebagai peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan oleh para majikannya yang hadir.
Menyodorkan butir-butir perundingan yang dijual dari negara dan bangsanya. Tim Ekonomi Indonesia menawarkan tenaga buruh yang banyak dan murah, cadangan dan sumber daya alam yang melimpah dan pasar yang besar.”
Ekonomi Indonesia telah dibagi sektor demi sektor.” Prof. Jeffrey Winters menyebutnya, “Ini dilakukan dengan cara yang amat spektakuler.”
“Mereka membaginya dalam lima seksi: Sektor pertambangan di satu kamar, Jasa-Jasa di kamar lain, Industri ringan di kamar satunya, Perbankan dan Keuangan di kamar yang lain lagi, yang dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang mendiktekan kebijakan-kebij
Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini berkeliling dari satu meja ke meja lainnya, mengatakan, ‘Ini yang kami inginkan, itu yang kami inginkan, ini, ini, dan ini.’ Dan mereka pada dasarnya merancang infrastruktur hukum untuk berinvestasi. Tentunya produk hukum yang sangat menguntungkan mereka.
Belum pernah terdengar situasi seperti itu sebelumnya, dimana pemodal global duduk dengan wakil dari negara yang diasumsikan sebagai negara berdaulat dan merancang persyaratan buat masuknya investasi mereka ke dalam negaranya sendiri.
Freeport mendapatkan Gunung Emas di Papua (Henry Kissinger, pengusaha Yahudi AS, duduk dalam Dewan Komisaris). Exxon mendapatkan Minyak dan Gas di Aceh, Chevron mendapatkan Minyak dan Gas di Riau, sebuah konsorsium Eropa mendapatkan Nikel di Papua Barat. Sang raksasa Alcoa mendapatkan bagian terbesar dari bauksit Indonesia. Sekelompok perusahaan Amerika, Jepang, dan Perancis mendapatkan hutan-hutan tropis di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua.
Demikian juga sebuah undang-undang tentang penanaman modal asing yang dirancang oleh Sumitro Djojohadikusumo
Oleh Soeharto, rakyat dijejali dengan propaganda pembangunan, Pancasila, dan trickle down effect terhadap peningkatan kesejahteraanny
Pada 12 Maret 1967, Soeharto dilantik sebagai Presiden RI ke-2. Tiga bulan kemudian, dia membentuk Tim Ahli Ekonomi Kepresidenan yang terdiri dari Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo
Nopember 1967, Soeharto mengirim tim ekonomi ini ke Swiss menemui para CEO Pengusaha Internasional. Lahirlah UU PMA 1967 yang sangat menguntungkan imperialis Barat. Prinsip kemandirian ekonomi Indonesia yang dijaga mati-matian oleh Bung Karno, oleh Soeharto ini dihabisi dengan menjadikan Indonesia sebagai negara yang sangat tergantung pada barat sebagai kekuatan kapitalis dunia.
Bahkan dijaman Soeharto ini,Soemitro Djojohadikusumo
David Ransom dalam buku berjudul “Mafia Berkeley dan Pembunuhan Massal di Indonesia, Kuda Troya Baru dari Universitas-Uni
Pertama, membangun satu kelompok intelektual yang berpikiran Barat. Dan Kedua, membangun satu sel dalam tubuh ketentaraan yang selalu siap bekerjasama dengan AS.
Yang pertama didalangi oleh berbagai yayasan beasiswa seperti Ford Foundation dan Rockeffeler Foundation, juga berbagai universitas ternama AS seperti Berkeley, Harvard, Cornell, dan juga MIT.
David Ransom menulis, dua tokoh Partai Sosialis Indonesia, sebuah partai kecil yang berhaluan sosialis-kanan,
Sedang tugas kedua dilimpahkan kepada CIA. Salah satu agennya bernama Guy Pauker yang bergabung dengan RAND Corporation mendekati sejumlah perwira tinggi lewat salah seorang yang dikatakan berhasil direkrut CIA, yakni Deputi Dan Seskoad Kol. Soewarto. Dan Intel Achmad Soekendro juga dikenal dekat dengan CIA.
Lewat orang inilah, komplotan AS, mendekati militer. Soeharto adalah murid dari Soewarto di Seskoad. Di Seskoad inilah para intelektuil binaan AS diberi kesempatan mengajar para perwira. Terbentuklah jalinan kerjasama antara sipil-militer yang pro-AS.
Paska tragedi 1965 dan pembantaian rakyat Indonesia, yang dituduh komunis, dan kelompok ini mulai membangun ‘Indonesia Baru’. Para doktor ekonomi yang mendapat binaan dari Ford kembali ke Indonesia dan segera bergabung dengan kelompok ini, di antaranya Emil Salim.
Soeharto kemudian membentuk Trium-Virat (pemerintahan bersama tiga kaki) dengan Adam Malik dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Ransom menulis, “Pada 12 April 1967, Sultan mengumumkan satu pernyataan politik yang amat penting yakni garis besar program ekonomi rezim baru itu yang intinya menegaskan mereka akan membawa Indonesia kembali ke pangkuan Imperialis. Kebijakan tersebut ditulis oleh Widjojo dan Sadli.”
Ransom melanjutkan, “Dalam merinci lebih lanjut program ekonomi yang baru saja digariskan Sultan, para teknokrat dibimbing oleh AS. Kemudian saat Widjojo kebingungan dalam menyusun program stabilisasi ekonomi, AID mendatangkan David Cole, ekonom Harvard yang baru saja membuat regulasi perbankan di Korea Selatan untuk membantu Widjojo.
Sadli juga sama, meski sudah doktor, tapi masih memerlukan “bimbingan”. Menurut seorang pegawai Kedubes AS, “Sadli benar-benar tidak tahu bagaimana seharusnya membuat suatu regulasi Penanaman Modal Asing. Dia harus belajar banyak dari Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Ini merupakan tahap awal dari program Rancangan Pembangunan Lima Tahunan (Repelita) Soeharto, yang disusun oleh para ekonom Indonesia didikan AS, yang masih secara langsung dibimbing oleh para ekonom AS sendiri dengan kerjasama dari berbagai yayasan yang ada.
Juni 1968, Soeharto secara diam-diam dan mendadak mengadakan reuni dengan orang-orang binaan Ford, yang dikenal sebagai “Mafia Berkeley” (untuk merancangkan susunan Kabinet Pembangunan dan badan-badan penting tingkat tinggi lainnya).
Sebagai Menteri Perdagangan ditunjuk Dekan FEUI Prof.Dr. Soemitro Djojohadikusumo
Tim ekonomi “Indonesia Baru” ini bekerja dengan arahan langsung dari Tim Studi Pembangunan Harvard (Development Advisory Service, DAS) yang dibiayai Ford Foundation. “Kami bekerja di belakang layar,” ujar Wakil Direktur DAS Lister Gordon.
AS segera membackup penguasa baru ini dengan segenap daya sehingga stabilitas ekonomi Indonesia yang sengaja dirusak oleh AS pada masa sebelum 1965 bisa sedikit demi sedikit dipulihkan. Mereka inilah yang berada dibelakang REPELITA yang mulai dijalankan pada awal 1969, dengan mengutamakan penanaman modal asing dan swasembada hasil pertanian.
Dalam banyak kasus, pejabat birokrasi pusat mengandalkan pejabat militer di daerah-daerah untuk mengawasi kelancaran program Ford ini. Mereka bekerjasama dengan para tokoh daerah yang terdiri dari para tuan tanah dan pejabat administratif. Terbentuklah kelompok baru di daerah-daerah yang bekerja untuk memperkaya diri dan keluarganya. Mereka, kelompok pusat dan kelompok daerah, bersimbiosis-mu
Itulah jaman keemasan KKN(Korupsi,Kol
Benih Orde Baru tumbuh di atas genangan darah dan tetesan air mata rakyatnya. Arah pembangunan (Repelita) didesain sesuai dengan keinginan Washington dengan mengutamakan eksploitasi segenap kekayaan alam bumi Indonesia yang dikeruk habis-habisan dan diangkut ke luar negeri guna memperkaya negeri-negeri Barat.
Inti pergantian kekuasaan dari Bung Karno ke Soeharto adalah berubahnya prinsip pembagunan ekonomi Indonesia dari kemandirian menjadi ketergantungan.