KUNCI RAHASIA PEMBUKTIAN DAYA KAROMAH ILMU DAN PIRANTI HIKMAH
Siapa pun orangnya pasti pernah atau sering merasakan keragu-raguan dalam hidupnya. Keraguan itu muncul ketika kamu tidak mampu memilih yang terbaik buat dirimu. Dalam pikiranmu berkecamuk, ketika disuguhkan dua hal yang menurutmu terbaik, sehingga kamu tak mampu memilih.
Dalam prespektif keilmuan gaib, keraguan dimaksud bisa muncul ketika kamu menjalani riyadhoh atau tirakat. Terkadang, dalam ruang hatimu yang terdalam, bertanya-tanya;
Kalau sikap ragu demikian bersemayam dalam benak dan sanubarimu, maka jelas ini sangat tidaklah baik. Ragu-ragu itu memiliki dampak buruk bagi kehidupanmu. Sebab itu, kamu harus mengusahakan untuk bisa membuang segala keraguan. Demikian pula dalam hal tirakat keilmuan.
Di saat banyak keraguan terhadap sesuatu hal, termasuk dalam hal keilmuan hikmah, maka kemungkinan besar kamu tak akan mendapatkan apa-apa. Di saat itu kamu dihadapkan dengan sebuah pilihan, namun sulit untuk memilih akibat ragu-ragu, maka alhasil semua hilang atau tidak mendapat apa-apa.
Sebab itulah, keraguan adalah sikap yang harus kamu hilangkan. Kamu harus belajar untuk mengendalikan pikiran dan hawa nafsumu. Sikap ragu inilah yang oleh saya diistilahkan sebagai MELEKAT.
Selama masih ada sikap MELEKAT di dalam hati sanubarimu, maka jangan banyak berharap akan berhasil. Sebagai analogi, bisakah kamu menggunakan deodorant?
Jawabannya adalah tergantung. Jika tanganmu basah, maka kamu tidak akan bisa merasakan 'khasiat' dari deodorant tersebut. Karena dengan tangan basah, maka tanganmu licin dan sulit atau bahkan tidak bisa membuka tutup botol deodorant.
Kalau kamu ingin bisa merasakan khasiat dari deodorant tersebut maka keringkan dulu telapak tanganmu. Dengan tangan yang kering, kamu akan mudah membuka tutup deodorant. Selanjutnya, kamu pun bisa mencicipi 'aroma semerbak' dari deodorant tersebut.
Tangan yang basah diumpamakan sebagai hati yang MELEKAT alias penuh keragu-raguan. Jika kondisi hatimu demikian, maka kamu tidak akan pernah bisa merasakan khasiat atau power gaib dari sebuah ilmu atau piranti hikmah. Jika hatimu MELEKAT maka tuah ilmu dan piranti hikmah tidak akan aktif. Dengan kata lain, 'masih tersegel'.
Tanda hati MELEKAT yaitu kamu sibuk memikirkan dan menunggu-nunggu
Dampak buruk jika kamu masih MELEKAT atau merasakan keraguan, akan berujung pada penyesalan. Ketika kamu telah memahari ilmu atau piranti hikmah, kemudian dihadapkan pada keraguan maka sangat mungkin akan menyesal kemudian.
Ketika kamu gagal mendapatkan pembuktian, oleh karena sikap MELEKAT dan keraguan, maka akan muncul penyesalan dengan sejumlah uang yang telah kamu keluarkan. Ingat, penyesalan itu selalu datangnya terlambat. Karena itu, sebelum memahari ilmu atau piranti hikmah, kamu harus cepat memutuskan apakah sanggup untuk tidak MELEKAT.
Ketika ingin memahari ilmu atau piranti hikmah, niatkan semata-mata hanya untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lupakan khasiatnya. Jangan dipikirkan terus. Ini kuncinya!
Memang, adalah suatu kebohongan jika tak ada manusia yang tak pernah merasa ragu-ragu. Bahkan perasaan ragu terhadap diri sendiri sebenarnya adalah bagian dari emosi yang ada dalam setiap diri manusia. Setiap orang punya rasa ragu terhadap diri sendiri terkait apa yang dikerjakannya. Demikian juga dalam ritual ilmu gaib atau ketika kamu memahari piranti hikmah.
Pertanyaannya, kenapa ada orang yang sukses dan berhasil dengan ritual ilmu atau piranti hikmahnya? Nah, di sinilah saya tidak pernah bosan-bosan membahas tentang MELEKAT, karena memang ini adalah landasannya. Bila gagal di sini, maka gagallah semuanya.
Saya gambarkan secara sederhana ilustrasi tentang rasa MELEKAT itu: Pernahkah Sedulur semua punya pikiran ingin bisa cepat-cepat bisa tidur? Pasti pernah, bukan? Lalu apa yang terjadi ketika dihinggapi perasaan seperti itu? Ingin cepat terpejam mata dan tidur pulas. Kamu berusaha keras untuk segera tidur, tapi jadinya malah sulit atau tidak bisa-bisa tidur, bukan? Terus kapan baru bisa tidurnya? Ya, setelah kamu melupakan keinginanmu itu.
Nah, inilah yang dinamakan MELEKAT. Yaitu punya pikiran "ingin". Karena kamu MELEKAT ingin bisa tidur, yang terjadi malah sebaliknya. Susah tidur!
Demikian yang terjadi, di saat kamu memahari sebuah ilmu atau piranti hikmah dan kamu punya pikiran ingin bisa cepat-cepat merasakan khasiatnya, yang terjadi malah kamu tidak akan pernah bisa merasakan khasiatnya. Ilustrasinya sama seperti soal tidur di atas.
Oleh karena itu, kalau kamu ingin merasakan keajaiban sebuah ilmu atau piranti hikmah, jangan dipikirkan khasiatnya. Jangan ditunggu kapan bereaksinya. Lupakan!
Sekali kamu menunggu kapan terjadi pembuktian, maka seketika itu pula hatimu dibayangi keraguan atau rasa waswas.
Rasa MELEKAT itulah yang akan membuat kamu gagal. Sebab dia adalah emosi negatif yang kamu rasakan, yang membuat perasaanmu selalu ragu dan gundah gulana. Ujung-ujungnya tidak merasa ikhlas. Ini juga bisa menjadi stimulus untuk membuatmu menyesal dan putus asa.
Kunci agar keinginan Anda segera terwujud yaitu dengan melupakannya.
Sebagai contoh, kamu memahari ilmu atau piranti hikmah agar cepat dapat jodoh. Kalau kamu terus memikirkan kapan jodoh itu datang, maka bisa jadi jodohmu akan semakin menjauh. Atau ketika kamu merasa ragu dalam hati: “Apa iya piranti ini bisa memudahkan jodohku? Ah, rasanya gak mungkin!” Pikiran ini pun akan membuat jodohmu semakin sulit. Melekat atau ragu-ragu ini hanya akan membuatmu dibayang-bayang
Jadi lupakan kapan jodohmu datang. Jangan terlalu terbebani dengan perasaanmu. Biarkan semuanya mengalir dengan damai.
Hal yang sama juga berlaku ketika kamu memahari ilmu atau piranti hikmah untuk pelarisan. Lupakan, jangan dipikirin dan ditunggu-tunggu
Cukup fokus saja baca amalannya dengan istiqamah dan patuhi semua syarat-syarat yang telah saya berikan.
Seperti analogi di atas, orang yang hatinya MELEKAT, diibaratkan orang yang tangannya basah dan licin. Sekuat apapun dia berusaha, misalnya rajin tirakat puasa dan membaca amalan sampai ribuan kali, tapi kalau kondisi hatinya masih MELEKAT, ya percuma saja.
Orang yang memiliki sikap seperti itu tetap tidak akan bisa merasakan tuah ilmu atau piranti hikmah yang dimilikinya. Hal ini sama saja seperti kamu beramal saleh, sebesar apa pun amal tersebut, sebanyak apa pun pengorbanan dan biaya untuk melakukannya, namun jika tidak memenuhi dua persyaratan; yaitu ikhlas karena Allah dan sesuai dengan sunah Nabi Muhammad SAW, maka amalan tersebut tidak akan diterima oleh Allah SWT.
Amalan yang dikerjakan tanpa ikhlas karena Allah maka tidak akan diterima. Demikian pula ketika suatu ilmu yang ditirakati tanpa niat taqarrub ilallah maka tidak akan berefek apa pun.
Sedangkan orang yang tidak MELEKAT itu diumpamakan seperti orang yang tangannya kering, tidak basah dan tidak licin. Semakin hatimu tidak MELEKAT, maka semakin mudah bagimu untuk berhasil merasakan tuah piranti hikmah.
Demikian saya berikan gambaran atau perumpamaan agar bisa dengan mudah dipahami oleh para Sedulur semuanya, terutama yang pendatang baru di ruang ini.
Ingat, penyebab MELEKAT itu bisa terjadi oleh banyak hal. Bisa saja karena kamu type orang bucinan. Atau kamu type orang yang tidak ikhlasan. Misalnya, kamu memahari ilmu atau piranti hikmah tujuan utamanya cuma karena mengharapkan khasiat, khodam, karomah, mukjizat, dan lain-lain. Bukan karena dorongan niat taqarrub ilallah.
Apabila kamu memiliki type seperti itu, maka dzikir ini dapat membantu agar kamu memiliki hati yang ikhlas dan sabar :
ﻻ ﺇﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻭَﺣْﺪَﻩُ ﻻ ﺷَﺮِﻳﻚَ ﻟَﻪُ، ﻟَﻪُ ﺍﻟﻤُﻠْﻚُ ﻭَﻟَﻪُ ﺍﻟﺤَﻤْﺪُ، ﻭَﻫُﻮَ ﻋَﻠَﻰ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻗَﺪِﻳﺮٌ
La ilaha illallah wahdahu la syariikalah, lahul mulku walahul hamdu, wahua 'ala kulli syai'in qodiir
"Tidak ada yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa. Tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah kerajaan dan pujian. Dan Dia Maha Kuasa atas segala-galanya.
Amalkan dzikir di atas sebanyak seratus kali setiap malam sebelum tidur. Salah satu khasiatnya bisa menghilangkan seratus keburukan dan mendatangkan seratus kebaikan bagi pengamalnya.
Untuk bisa mendapatkan khowas dari dzikir ini, bacanya harus istiqamah, jangan bolong-bolong. Coba amalkan secara full selama satu bulan penuh, jangan bolong-bolong. Dan rasakan efeknya. Batinmu jadi lebih tenang dan damai. Hatimu jadi lebih ikhlas.
Dzikir di atas ampuh juga untuk mengobati orang yang punya 'penyakit' bucinan atau punya 'penyakit' hati seperti iri, dengki, benci, dendam, sombong, takabur dan arogan.
Sekali lagi saya tegaskan, agar ilmu dan piranti hikmah berkhasiat, jangan MELEKAT! Jangan dibayang-bayang
“Kalau saya awalnya satu bulan tidak terasa, akhirnya saya lepas keinginan ini itu dari produknya dan dilakukan rutin baru berefek,” comment klien yang pernah mahari Sabuk Pengasihan di status FB.
Dan perlu Sedulur semua ketahui, tidak semua yang ingin memahari piranti hikmah bisa saya layani. Kalau terindikasi jiwanya MELEKAT, maka curhatnya saya abaikan. Misalnya seperti ini :
“Punten, Pak Kyai, mau tanya. Kalau untuk memelet seseorang bisa gak ya? Maaf ya Pak Kyai kalau ada salah kata atau gak sopan,” inboxnya.
Orang yang konsultasi minta pelet atau biar bisa bayar hutang, sudah dipastikan jiwanya pasti MELEKAT. Bahkan amat pekat dan kuat rasa MELEKAT nya. Mereka pasti akan dilanda gundah gulana memikirkan dan menunggu kapan bereaksi daya gaib ilmu atau piranti hikmah.
Jadi saya rasa percuma saja melayani orang-orang seperti ini. Kalau tetap saya layani, kasihan mereka cuma buang-buang uang saja nantinya. Kalau saya diibaratkan sebagai show room mobil, saya hanya menjual mobil saya hanya kepada mereka yang benar-benar sudah mahir bawa mobil.
Dengan kata lain, saya hanya akan memaharkan produk saya hanya kepada mereka yang benar-benar sudah bisa niat taqarrub ilallah saja.
Saya tahu persis, yang isi konsultasinya minta pelet biasanya tujuannya negatif. Jika pelakunya pria, dia cuma untuk memuaskan keinginan mesumnya. Wanitanya bukan untuk dinikahi. Jika pelakunya wanita, biasanya dia cuma mau memoroti harta korbannya.
Tentunya saya memiliki tanggung jawab moral. Maka itu saya amat selektif dalam menerima pesanan atau dalam melayani klien. Hanya mereka yang tujuannya positif saja yang akan saya layani.
Terkadang ada juga yang chat minta anti cukur atau anti tembak, sudah pasti saya abaikan juga chat semacam ini. Rasanya tidak penting saya layani. Sebab, berdasarkan pengalaman saya praktek dari tahun 1999 dan sampai sekarang 2022, type orang yang chat seperti ini biasanya dipastikan amat sangat susah niat litaqarrub ilallahnya. Orang-orang seperti ini jiwanya masih dikuasai oleh hawa nafsu. Dia mahari piranti hikmah tujuannya cuma buat pamer, atraksi atau show.
Kalau misalkan dikasih ilmu atau piranti kesaktian, jatuhnya dia bisa sombong, takabur, arogan, atau petantang-peten
Jadi, berdasarkan pengalaman selama puluhan tahun melayani klien, saya sudah mendapatkan pengetahuan tentang apakah seseorang itu MELEKAT atau tidak, cocok dikasih ilmu/piranti hikmah atau tidak, cukup dari tutur katanya di chat WhatsApp.
Pengalaman saya buka praktek selama 23 tahun, sudah memberikan kepekaan batin tersendiri. Saya sudah bisa mengetahui karakter dari calon pemahar cuma dari pesan teks yang mereka kirim. Apakah chat itu perlu ditindaklanjuti
Mengakhiri tulisan kali ini, saya ingin menegaskan bahwa: "Sikap MELEKAT itu adalah laksana pengkhianat yang akan membuatmu terhalang untuk menjadi manusia yang memiliki kelebihan. Belajarlah dari seekor kupu-kupu, seandainya saja dia memiliki keragu-raguan atau sifat MELEKAT, maka dia pasti hanya akan hidup dan mati sebagai seekor ulat bulu yang hanya bisa merangkak."
Karomah
Saya menyangka dulu karomah hanya terbatas hal-hal di luar adat manusia seperti bisa terbang, jalan di atas air, bisa menempuh perjalanan jauh dengan sekejap mata, tahan bacok, mengubah kacang hijau jadi tentara, dan hal-hal yang lain yang berada dalam dimensi pancaindera. Demikian yang sering diceritakan oleh para guru-guru di pesantren.
Namun sebenarnya, karomah lebih luas dari hal tersebut. Ada karomah yang lebih besar dari hal-hal tersebut: karomah ilmu. Syaikh Abdul Wahab Sya'rani dalam Thabaqat Sughranya mengatakan tentang salah satu guru beliau Imam Suyuthi.
"Sekiranya Imam Suyuthi tidak punya karomah selain kitab-kitab beliau, maka itu sudah cukup."
Syaikh Abdul Wahab Sya'rani menganggap bahwa kitab-kitab ulama termasuk karomah bagi mereka.
Saya suka sekali dengan penjelasan ini. Karomah hissi (panca Indra) jauh berada di bawah karomah Maknawi yaitu karomah ilmu. Syaikh Sayyid Abdurrahim, ketika menjelaskan biografi Imam Syatibi, menyebutkan karamah imam Syathibi. Lalu beliau mengatakan bahwa karomah terbesar yang dimiliki imam Syatibi adalah al-Syathibiyah (Nazam Qiraat yang berjumlah seribu seratus lebih).
Imam Ibnu Malik memiliki karomah yang tinggi yaitu Alfiyah. Meski beliau diriwayatkan tak memiliki karomah terbang, atau jalan di atas air, Alfiyah Ibnu Malik merupakan karomah yang lebih besar dari itu. Nazam berkah ini disyarah, diikhtisahar, dihasyiahi dengan ulama-ulama setelahnya. Ratusan kitab ditulis untuk nazaman berkah ini. Jutaan orang dari berbagai generasi membacanya. Di madrasah al-Azhar, di Hijaz, di Zaitunah, di pesantren-pesan
Imam Baidhawi juga memiliki karomah yang luar biasa menakjubkan. Tafsir beliau dihasyiahi hingga mencapai ratusan Hasyiah! Demikian ungkap guru saya. Bukanlah ini juga karomah?
Demikian pula imam Nawawi yang kitabnya: Minhaj disyarah 200 lebih syarah oleh para ulama dan ulama-ulama lain yang kitab-kitabnya dibaca berabad-abad di berbagai madrasah dunia.
Abu Thayyib al-Mutanabbi, panglima para penyair juga tak kalah saing dengan Diwan-nya yang menginspirasi banyak penyair setelahnya. Diwan Mutanabbi merupakan Diwan yang paling banyak disyarah. Demikian kata Yaqut al-Hamawi. Saya kira Diwan beliau juga karomah yang dimilikinya.
Ibnu Ajjurum, pengarang kitab Jurumiyah karomahnya ya di kitab beliau yang tipis, tapi disyarah, dihasyiahi oleh puluhan bahkan ratusan ulama. Bahkan tak ada satupun ulama di awal-awal masa tahsil ilm kecuali telah membaca matan penuh berkah itu. Karomah Jurumiyah jauh lebih besar dari karomah-karomah
Dan masih banyak lagi karomah-karomah
Karomah hissi berhenti ketika orang yang diberi karomah meninggal. Karomah maknawi tetap mengalir keberkahannya meski orang-orangnya telah berada di bawah tanah. Bukankah Imam Nawawi, Imam Ibnu Malik, Ibnu Ajjurum dan lain-lain masih hidup bersama kita dengan kitab-kitabnya?
Salam kesuksesan dalam diri Anda.
Comments