KUAT BERMA'RIFAT PADA GURU ITU ADALAH SEBUAH KAROMAH
Karomah itu ada dua yaitu ada karomah syetan(relative) dan ada karomah Allah yaitu karomah yang haq(absolut). Kalau kita berbicara mengenai karomah maka mesti kita harus dekat dulu dengan Allah, bahkan ke syurga saja kita tak cari. Ayahanda Guru mengatakan bahwa kalau beliau bermunajat, maka beliau ke Allah dulu, turun dia nanti baru diambilnya daun di syurga, dan setelah itu nanti akan menjadi timbul kemudahan².
Jadi untuk mendapatkan karomah itu mesti kita kuat “Ilahi Anta Maksudi” disisi Allah. Oleh karena itu satu-satunya cara adalah dengan kita kuatkan berma’rifat kepada guru kita. Dan hebatnya begitu kita kuat bermakrifat kepada guru kita, maka otomatis karomah itu datang, dan yang tau itu kita sendiri, karena karomah itu tidak terpisahkan daripada keberadaannya “ada Allah maka ada karomahnya” aksesnya datang sendiri. Contohnya kalau suluk, maka kambing datang saja, jamaah datang saja, mau naik haji uang datang saja, kalau ada kesulitan ada saja jalan keluarnya, dan itulah karomah.
Tetapi kalau di luar itu namanya dikaromah-karomahan, dikarang-karang. Begitu juga dengan pengobatan, maka diserahkan keatas dulu, Dia yang bekerja “Wama ramaita idz ramaita walakinna rama”. Jangan dikaromah-karamohkan agar karomah, ditiru suara, dan gaya-gaya Ayah Guru. Sehingga kalau ada ketua surau yang sudah mulai meniri-niru, maka ujung-ujungnya sakitlah itu.
Dan banyak kita lihat ketua-ketua surau dan pemimpin-pemimpin alkah ada yang kena tangkap, stess dll, karena memang tidak mudah pekerjaan itu, kemudian mulailah dia mengganjil-ganjil dengan pakai topi warna merah, batuk-batuk seperti Ayah, kemudian sembahyang tak mau berjamaah, nanti kalau pas mau tawajjuh baru mau turun, batuk-batuk dulu dia .. ehem .. ehem karena ayah batuk-batuk dan semuanya ditirunya, itu tidak penting karena yang harus kita tiru itu adalah ilmunya Ayah Guru.
Kita tau bahwa Maradona itu hebat dalam bermain bola karena teknik bermainnya bagus. Tetapi karena orang kagum dengan Maradona, maka ditiru-tirulah gaya Maradona, gaya merokoknya, gaya berbicaranya dan gaya-gaya Maradona yang lain. Maka bodohlah kita, dan sama halnya dengan meniru Ayah Guru bahwa yang kita tiru itu ilmunya bukan gaya Ayahanda Guru.
Sumber :
YM Buya H. Sayyidi Syaikh Iskandar Zulkarnain Bin Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi