3 CARA UNTUK MENGETAHUI WATAK ASLI SESEORANG
Mengenal kepribadian dan watak asli seseorang tidak bisa dengan waktu yang singkat. Mengetahui sifat dan akhlak sebenarnya tidaklah instan, memerlukan waktu yang panjang
Cara yang paling mudah, paling efektif, paling tepat dan sesuai sunnah untuk mengetahui watak, akhlak dan sifat asli seseorang, apakah dia berakhlak mulia atau berakhlak buruk adalah dengan tiga hal
Pertama, Bergaul Dekat Sehari-Hari
Seseorang yang bergaul sehari-hari pasti mengetahui watak dasar seseorang.
Seperti sepasang suami isteri, tetangga dekat, satu pondok atau satu asrama pasti mengetahui dengan pasti bagaimana kepribadian seseorang yang sesungguhnya
Kedua, Pernah Bermuamalah Masalah Harta
Orang yang sering berinteraksi dan bermuamalah berkenaan dengan harta atau perdagangan dengan seseorang, pasti mengenal betul bagaimana sifat sebenarnya. Apakah dia jujur dalam menakar dan menimbang. Apakah tepat waktu dan tepat janji kalau membayar hutang, Apakah sering berdusta dan menipu. Semuanya akan tahu dan tampak jelas bagaimana karakter yang sesungguhnya
Ketiga, Pernah Safar Bersama Dengan Waktu Yang Lama
*Perjalanan itu berat, melelahkan dan merupakan salah satu bentuk siksaan. Jika bersafar bersama, minimal tiga hari, disinilah akan muncul sifat asli, watak dasar dan akhlak yang sebenarnya
Ketiga hal tersebut, tertuang dalam hadits dibawah ini.
ولذا لما شهد رجل عند عمر رضي الله عنه بشهادة قال له عمر : لست أعرفك ولا يضرك أن لا أعرفك ، ائت بمن يعرفك .
فقال رجل من القوم : أنا أعرفه .
قال : بأي شيء تعرفه ؟
قال : بالعدالة والفضل .
فقال : فهو جارك الأدنى الذي تعرفه ليله ونهاره ، ومدخله ومخرجه ؟
قال : لا .
قال : فمعاملك بالدينار والدرهم ، اللذين بهما يستدل على الورع ؟
قال : لا .
قال : فرفيقك في السفر الذي يستدل به على مكارم الأخلاق ؟
قال : لا .
قال : لست تعرفه ، ثم قال للرجل : ائت بمن يعرفك . رواه البيهقي في الكبرى .
Pernah ada seseorang yang memberikan persaksian di hadapan Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, maka Umar pun berkata, “Aku tidak mengenalmu, dan tidak me-mudharatkan engkau meskipun aku tidak mengenalmu. Datangkanlah orang yang mengenalmu.”
Maka ada seseorang dari para hadirin yang berkata, “Aku mengenalnya, wahai Amirul Mukminin.” Umar berkata, “Dengan apa engkau mengenalnya?” Orang itu berkata, “Dengan keshalihan dan keutamaannya.”
Umar berkata, “Apakah dia adalah tetangga dekatmu, yang engkau mengetahui kondisinya di malam hari dan di siang hari serta datang dan perginya?” “Tidak.”
*“Apakah dia pernah bermuamalah denganmu berkaitan dengan dirham dan dinar, yang keduanya merupakan indikasi sikap wara’ seseorang?” tanya Umar lagi. “Tidak.”
*Umar berkata lagi: “Apakah dia pernah menemanimu dalam safar, yang safar merupakan indikasi mulianya akhlak seseorang?” Orang itu berkata, “Tidak.” Umar menimpali, “Jika demikian engkau tidak mengenalnya.”
(HR. Baihaqi)
Berkata Salafus sholeh Rahimahullah :
وقال بعض العلماء: إنما سمّي السفر سفراً؛ لأنه يسفر عن أخلاق الرجال، أي: يوضحها ويبيّنها، فإن كثيراً من الناس لا تعرف أخلاقه ولا حسن سيرته إلا إذا سافرت معه، وكان بعض القضاة من السلف إذا شهد شخص لآخر بتزكية قال له: هل سافرت معه؟ فإن قال: لا، قال: هل عاملته؟ قال: لا، قال: إذن لا تعرفه.
Sebagian ulama berpendapat bahwa safar (bepergian) dinamakan dengan istilah safar karena dengan bersafar terbukalah (jelaslah) akhlak seseorang. Karena sesungguhnya kita tidaklah dapat benar-benar mengenal akhlak dan baiknya budi pekerti kebanyakan orang kecuali jika kita sudah pernah safar bersamanya. Merupakan kebiasaan sebagian hakim di jaman salaf dulu apabila ada seseorang yang menilai (bersaksi) atas baik seseorang lainnya maka mereka terlebih dahulu bertanya ‘apakah anda sudah pernah safar bersamanya?’ jika orang tersebut mengatakan, ‘belum’ maka ditanyakan padanya ‘apakah anda mengenalnya ?’ jika dia menjawab, ‘tidak’. Maka mereka akan mengatakan, ‘kalau begitu anda tidak benar-benar mengenal di si falan tersebut.
Dan dikatakan :
فالسفر يبيّن أخلاق الرجال، وكم من إنسان في البلد تراه كل يوم وتشاهده ولا تعرف عن أخلاقه ومعاملاته شيئاً، فإذا سافرت معه تبين لك من أخلاقه ومعاملاته، لا سيما فيما سبق من الزمان حيث كانت الأسفار تستمر أياماً كثيرة، أما سفرنا اليوم فإنه لا يبيّن عن أخلاق الرجال؛ لأن السفر من الرياض إلى القصيم في الطائرة في خمس وثلاثين دقيقة. ولكن الأسفار الطويلة هي التي تبيّن الرجال.
Maka dengan bersafar jelaslah akhlak seseorang. Betapa banyak orang yang jika ia berada di tempat tinggal yang kita lihat dan saksikan namun kita tidak benar-benar mengetahui akhlaknya dan mu’amalahnya sedikitpun. Namun jika kita safar dengannya maka jelaslah bagi kita akhlaknya dan mu’amalahnya. Terlebih lagi di zaman dahulu yang safar memakan waktu yang sangat lama. Adapun safar kita sekarang ini, maka belumlah dapat menjelaskan akhlak seseorang. Semisal safar dari Riyadh ke Qosim dengan menggunakan pesawat terbang maka hanya memakan waktu 35 menit. Namun dengan safar yang memakan waktu lamalah yang dengannya dapat diketahui akhlak seorang”.
Berkata Al-Maqdisi :
ومن كان في السفر آذى هو مظنة الضجر حِسنَ الخلق، كان في الحضر أحسن خلقاً .وقد قيل : إذا أثنى على الرجل معاملوه بى الحضر ورفقاؤه في السفر فلا تشكوا في صلاحه .
“Dan barangsiapa yang ketika bersafar mengalami kesusahan dan keletihan ia tetap berakhlak yang baik, maka ketika tidak bersafar ia akan beraklak lebh baik lagi. Sehingga dikatakan, jika seseorang dipuji muamalahnya ketika tidak bersafar dan dipuji muamalahnya oleh para teman safarnya, maka janganlah engkau meragukan kebaikannya.”
Semoga bermanfaat untuk kita semua.
Comments